"Bukan perihal memaafkan, tetapi luka yang ditinggalkan akan berbekas selamanya."
- Anonim -
Ini adalah sehari setelah Todoroki ikut bertarung bersama penuh waktu dan SWORD di Kontainer. Pemuda itu kini tengah menunggu Yukio di sebuah taman, tempat yang dijanjikan oleh Yukio untuk mereka bertemu. Keduanya memang sempat bertukar nomor telepon, tentunya untuk saling bertukar pesan. Todoroki tidak ingin keduanya kehilangan kontak seperti beberapa minggu lalu.
Ah iya, luka yang ia dapatkan dalam pertarungan di kontainer juga belum sepenuhnya sembuh. Mungkin kalian bisa membayangkan bagaimana luka sebanyak itu sembuh dalam sehari, tidak mungkin kan? lebamnya mungkin akan berbekas hingga tiga hari. Itulah mengapa hari ini beberapa plester luka tengah menghiasi beberapa area tangan dan wajah rupawan pemuda berambut hitam.
Merasa waktu telah berlalu cukup cepat, Todoroki lantas melihat arloji hitam yang melingkari tangan kirinya, tersembunyi dibalik kemeja putih yang kerap ia gunakan bersekolah.
"Pukul 06.00 PM, pantas saja langit sudah mulai turun." batin Todoroki.
Pemuda itu sebenarnya sedikit cemas, garis bawahi sedikit. Meski baru bertemu beberapa kali, Todoroki tahu bahwa Yukio bukan pribadi yang mudah mengingkari kata-katanya. Keyakinan itu muncul ketika sebulan lalu gadis itu nekad menunggunya di depan SMA Oya demi membawakan sekotak bento buatannya.
Sejak saat itu, Todoroki memutuskan untuk mulai menaruh kepercayaan pada gadis yang baru ia kenal, seorang gadis asing yang tanpa sadar telah singgah di hatinya.
Memilih menghela napas pelan, Todoroki lantas bangkit dan mencoba berkeliling sekaligus merenggangkan punggungnya yang sudah pegal karena duduk sejak dua jam lalu. Mungkin ia akan mampir lebih dahulu ke minimarket untuk membeli soda.
Sambil berjalan dengan langkah santai, Mata dibalik lensa itu melirik ke langit yang mulai gelap, menyisakan semburat jingga yang terasa samar karena digantikan kegelapan yang mulai mendominasi. Hembusan angin juga terasa lebih dingin dari sebelumnya, pertanda malam akan segera tiba.
Distrik Oya masih cukup ramai, hanya saja beberapa tempat terasa lebih sepi dibandingkan siang hari. Contohnya adalah jalan yang sedang dilalui Todoroki, tidak gelap namun terasa cukup sunyi untuk jalanan umum. Pria bermarga Todoroki itu memilih cuek, terus berjalan dengan wajah datar khasnya. Sampai sebuah suara keributan menghentikan langkahnya.
Kakinya tanda sadar berjalan menuju asal suara, membuatnya dengan leluasa melihat apa yang tengah terjadi.
BRAK!
"TIDAK BERGUNA! MENCARI INFORMASI TENTANG MEREKA SAJA KAU TIDAK BECUS!"
Mata Todoroki membulat sempurna begitu melihat siapa yang baru saja dibanting oleh salah seorang pria berjas rapi. Tangannya bergetar hebat, pertanda bahwa amarahnya siap meledak kapan saja.
Di balik tempat persembunyiannya, Todoroki melihat gadis yang ia tunggu sejak tadi dibanting dan dipukuli oleh lima orang pria dewasa. Yukio sama sekali tidak bereaksi, Todoroki hanya melihatnya terdiam dengan tatapan hampa, seolah siap jika Yang Kuasa mengambil nyawanya kapan saja.
Tepat saat pukulan dari sebuah tongkat besi nyaris mengenai kepala Yukio, Todoroki bergerak dengan cepat dan menangkap tongkat tersebut. Hal itu tentu membuat orang-orang tersebut termasuk Yukio tertegun.
Todoroki kini menjadi tameng bagi gadis itu.
"Siapa kau, bocah?" Pria dengan pakaian tradisional jepang yang sejak tadi memperhatikan kegiatan tersebut dalam diam kini mulai maju. Senyum terbentuk di wajahnya yang tak lagi muda, terbukti dengan rambut putihnya yang nyaris rata satu kepala. Nadanya terdengar santai, namun terasa begitu mengintimidasi.
Todoroki membalas dengan tatapan tajam. Matanya melirik jas yang digunakan pria yang hampir memukul Yukio. Sebuah pin milik kelompok besar yang sudah tidak asing di telinga publik,
Kuryu.
"Bukan urusanmu." Todoroki lantas berbalik dan segera memapah tubuh Yukio yang kini penuh luka, meninggalkan Kurosaki Kimitatsu yang tersenyum kecil ke arah mereka.
"Tampaknya cucuku mulai bisa berteman dengan orang lain." Kurosaki lantas berbalik pergi, namun pria itu sempat berhenti sesaat.
"Awasi Yukio dan cari segala informasi mengenai pemuda berkacamata itu." titahnya sebelum pergi bersama para anak buahnya.
Halo Minna! Maaf kalau aku sempet ngilang beberapa hari karena lagi ngurus Hari-H proker hehe, tapi untungnya berjalan baik walau nggak terlalu lancar.
Anyway, ada disini identitas sebenarnya Yukio udah mulai terungkap ya, entar kita liat apakah Todo masih tetap sama dia atau bakal milih pergi:)
Mungkin sekian dari aku, terima kasih sudah berkunjung dan sampai jumpa di chapter selanjutnya!
Salam hangat
San
![](https://img.wattpad.com/cover/368149519-288-k550094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Silence - Todoroki Yosuke
FanficTodoroki tidak selalu menjadi remaja ambis yang mengejar puncak oya atau mengalahkan Murayama. Ia kadangkala bisa menjadi remaja seusianya yang bimbang akan masa depan atau mengharapkan untuk merasakan cinta seperti remaja pada umumnya. Namun sayan...