Tak lama kemudian, Shani dan Chika pun datang kerumah sakit. Saat ini mereka tengah berada diruang Ara.
"Ra...gimana Adel?" Tentu Chika sang kekasih Ara khawatir dengan keadaan adiknya.
"Ee... Adel."
"Ckk masih ada Zee pula, masa gw bilang gitu aja. Ntar kalo Zee tau gimana?" Batin Ara.
Semua orang menatap lekat kearah sang dokter. Ara ingin menjelaskan ssmua ke Shani dan Chika tapi karena diruangan itu terdapat Zee, ia bingung.
Ara tak mau ambil pusing...
"Adel cuma kecapean aja Chik...tapi harus dirawat dulu untuk sementara waktu. Adel butuh antibiotik untuk saat ini." Shani dan Chika menghela nafas lega. Begitu juga dengan Zee.
"Terus Adel dimana?!!" Ara merasa gemas melihat Chika yang begitu posesif dengan adiknya itu. Ara pun mengajak semua orang menuju kamar VVIP Adel.
"Tuhan...harapanku hanya satu, semoga Adel kuat dan bisa bertahan lebih lama lagi."
________
Pandangan Ashel hanya lurus kedepan, terlihat dari bola matanya yang menatap kosong. Ashel hanya bisa meratapi nasibnya saat ini, di satu sisi dia juga merutuki kecerobohannya yang mengakibatkan Adel menjauh darinya.
Ashel termenung dalam ruangan yang begitu luas dengan tangannya yang memegang surat perjanjian dari Aldo. Surat apa itu?
"Shel...udah dong lo bengongnya!! tu murid-murid lo pada eksplor, harusnya lo sebagai tuan rumah nemenin kek..."
"Lagian lo nglamun in apa sih!!"
Marsha benar-benar muak, ditambah pacarnya yang tak kunjung datang padahal dia sudah janji bakal ikut sama para JMT eksplor kediaman Ashel. Tetapi Marsha juga heran kok Adel ga ikut juga?
"Sha..." Terdengar suara Ashel yang begitu rapuh...Marsha menatap Ashel heran. Ashel kenapa? Kok dia nunduk?
Terdengar isakan tangis, tentu itu berasal dari Ashel. Tiba-tiba badan Ashel bergetar, tentu Marsha yang awalnya tak peduli jadi khawatir. Ada apa dengan sahabat karib nya ini?
"Shel u okey??" Ashel menggeleng lirih, ditataplah sang sahabat yang membuat Marsha makin bingung.
"Sha...gw bingung harus apa..." Marsha mengerutkan alisnya.
"Sumpah shel gw bingung, mending lo jelasin ke gw sekarang...! Lo kenapa?"
Flashback
____________Disuatu ruangan yang terlihat bersih dan rapi, terdapat dua insan yang kini saling berhadapan. Salah satu dari mereka menaruh secarik kertas diatas meja yang membatasi satu sama lain.
"Itu yang kamu mau..." Ucap sang pemberi kertas yang kini tersenyum pernuh kemenangan.
Orang yang berhadapan dengannya pun melihat sekilas isi kertas itu, terlihat banyak sekali kalimat yang tercetak dikertas itu. Membuat sang penerima jadi malas, tanpa membaca dan berfikir panjang ia langsung saja menandatangani surat itu.
"Nihh..."
Orang didepannya itu pun langsunh menerima kembali kertas itu. Ia tertawa bahagia didalam hatinya.
"Bodoh sekali Ashel...ternyata benar kalau Ashel benci membaca tulisan yang begitu kecil. Ashell ashel...gampang juga dapetin lo." Batinnya.
"Woi do!! Kok lo bengong sih?" Lamunan Aldo pun langsung buyar, ia pun terkekeh sambil mengusap tengkuknya.
"Ya udah, sesuai perjanjian setengah saham perusahaan gw bakal jadi milik lo."
"Tapi ingat ini hanya sebatas kerjasama!! Jangan geer kalo lo bisa deket sama gw lagi, mentang-mentang saham gw saham lo juga."
Ashel beranjak pergi dari ruangan Aldo, namun tiba-tiba Aldo menahannya menatap lekat netra milik Ashel.
"Shel...emang ga ada lagi kesempatan buat aku?" Ashel hanya tersenyum tipis, dia tidak ingin membawa suasana ini dengan emosi.
Ashel menggeleng yang menandakan jika keputusannya untuk tidak menerima Aldo dihatinya sudah bulat. Perlahan aldo melepaskan gengamannya, Ashel kembali melangkah keluar meninggalkan Aldo yang kini malah tersenyum dan tertawa terbahak-bahak.
"BODOH SEKALI LO SHEL...LO GA TAU DI KERTAS INI ADA PERJANJIAN JIKA LO DAPETIN KERJASAMA PROYEK YANG LO MAU, LO BAKAL NIKAH SAMA GW!!"
"Ashel...Ashel...lo bisa mutusin gw semau lo, tapi gw kebih cerdik buat lo tunduk sama gw."
Flashback off
_______"Terus yang lo pegang itu surat perjanjian lo sama Aldo?" Ashel mengangguk namuj setelahnya ia menggeleng cepat.
"Tapi ini hanya duplikat, bukan yang asli.. " Ashel kembali menunduk.
"Shel sumpah, gw akui lo manusia bodoh yang selama ini gw kenal." Ashel menggerutu kesal atas ujaran sahabatnya itu. Bukannyaerasa iba, Marsha malas semakin memberi tubiran.
"Ishh...Shaa!!! gw bingung nih, gw harus apa...selama ini gw dijebak. Gw takut Adel bakal pergi dari hidup gw sha..." Ashel kembali menangis, ia tak rela jika Adel pergi dan bakal memilih orang lain.
"Emang lo siapanya Adel?"
Beuhh sangat mak jlebbb sekali pertanyaan Marsha yang singkat padat nyelekit itu. Ashel cemberut kesal mendengarnya.
"Lagian gw liat liat, lo juga cocok kok sama si Aldo." Marsha terkekeh dengan ucapannya yang fakta itu.
"Ga!! Ga sudi gw, lelaki suka jajan cewe hiii mit amit."
"Yeuu...berkacalah Asheliaaa, kau pun juga sama. Malah lebih parah, lo bukannya jajan daddy daddy malah jajan anak gadis." Tentu Ashel melotot tak terima dengan ujaran Marsha.
Plak!!
"Mulut lo ngadi-ngadi bener!! Gw lagi sedih nih, bisa bisanya lo malah ngungkit begituan!" Ashel berdecak kesal! Sahabatnya ini memang susah diajak kerjasama waktu bersedih.
_______
Shani, Chika saat ini sedang berada diruangan Adel. Adel masih menutup matanya, belum ada tanda-tanda ia sadar. Padahal sebelumnya Ara bilang jika bentar lagi Adel bakal sadar.
Tentu Shani dibuat sedih dan bingung diwaktu bersamaan, Chika pun begitu. Sebenarnya Zee juga berada satu ruangan dengan mereka, namun dia mendapatkan panggilan telefon dari Olla untuk segera datang kerumah Ashel karena Marsha mencarinya.
Mau tak mau Zee pun izin pamit walau dipikirannya masih terlintas rasa penasaran tentang kondisi Adel.
"Chik...adek kamu kok belum sadar sih dari tadi?" Tatapan sedih telihat begitu jelas dari mimik wajah Shani. Chika merasa kasian melihatnya. Chika juga merasa sakit karena adiknya tak kunjung bangun.
Tiba-tiba terdengar decitan pintu dibuka, Chika tersenyum melihat siapa yang masuk keruangan mereka. Ara yang melihat kekasihnya tersenyum pun ikut membalasnya dengan senyuman.
"Aku mau periksa Adel..." Chika mengangguk paham dan mengikuti sang dokter dari belakang sembari melihat kekasihnya mengecek keadaan Adel.
"Ara...Adel kok belum bangun-bangun sih? Bunda kangen sama Adel." Rintih Shani yang membuat Ara tak tega mendengarnya.
"Maafin Ara...tapi Ara harus kasih tahu kalian tentang ini." Shani dan Chika langsung menatap Ara penuh tanya.
"Kenapa ra??" Chika mengikuti Ara yang berjalan menuju sofa diruangan tersebut. Begitu juga Shani dan sekarang ketiga orang itu duduk anteng menunggu ucapan selanjutnya dari mulut Ara.
Ara menghela nafanya panjang, ia memejamkan matanya sebentar sebelum mengatakan...
"Adel harus segera mendapatkan donor jantung..."
"Ma-maksud kamu ra!!?" Air mata Chika mengalir tanpa izin kala mendengar ucapan Ara barusan.
Shani tentu sudah terisak dia kasian dengan anaknya itu...Shani merasa gagal menjadi sosok bunda bagi Adel, karena Shani baru tau jika jantung Adel sudah lama melemah dan dia membutuhkan pendonoran jantung secepatnya. Jikalau tidak maka jangan salahkan takdir merenggut nyawa anaknya.
_____________
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Mommy (DelShel)
Teen FictionBer unsur fxg Adel adalah seorang anak manja yang ceria, penyayang dan jahil tapi semua itu berakhir setelah datangnya keluarga baru dihidupnya. Ditambah dia juga memiliki trauma akan masalalu dia yang bisa kambuh kapan saja. Ashel seorang pengusaha...