Harmonize

276 44 0
                                    

"Aku ingin yang itu."

Karina menunjuk salah satu sepatu setelah mencoba dan membandingkannya beberapa kali. Ia melirik ke arah Yoshi lalu tersenyum.

"Belikan ya." Katanya.

Yoshi membalas dengan senyuman serupa, memberikan kartu hitam miliknya kepada sang pegawai untuk menyelesaikan transaksi. Ia bahkan tak protes ketika mengetahui benda yang diinjak-injak itu seharga satu mobil.

"Apalagi setelah ini?" Tanya Yoshi. Ia jelas tahu barang-barang Karina tak mungkin barang-barang yang murah. Namun kalau boleh perhitungan, dari satu sepatu, kacamata, dan satu jam tangan Karina dapat membeli tanah dan bangunan di kota.

Untung Yoshi kaya.

"Belum terpikirkan, lagipula ini belum tentu aku pakai." Karina berucap ringan sembari menunjuk tiga barang yang sedang dipegang Yoshi.

"Harus kau pakai, atau buang saja sekarang." Balas Yoshi dengan sedikit dengusan.

"Baiklah, baiklah." Karina memutar bola matanya malas. Tapi memang seisi lemari nya tidak semua ia gunakan. Walaupun Karina menggunakan satu pakaian untuk sekali pakai, namun masih banyak yang bahkan masih memiliki label.

Keduanya berjalan beriringan tanpa ragu sekalipun. Meskipun Karina sempat mempertanyakan apakah aman jika keduanya berjalan-jalan di pusat perbelanjaan yang ramai. Namun ternyata semua sudah diatur Yoshi sedemikian rupa hingga Karina tetap bisa merasakan bagaimana rasanya berjalan santai tanpa harus menutupi apapun dari dirinya.

Entah kenapa Karina memeluk lengan Yoshi, gadis itu bahkan tersenyum cukup tulus, tidak seperti yang Yoshi lihat selama ini. Langkah lelaki itu mulai melambat, pandangannya tertuju pada lengannya yang kini dipeluk oleh Karina.

"Kenapa?" Tanya Yoshi, barangkali ada seseorang yang membuat Karina tidak nyaman. Tapi bukannya ia sudah menyewa beberapa orang yang sengaja disebar untuk mengawasi mereka dari orang-orang yang mungkin dapat membuat Karina tidak nyaman.

"Tidak, hanya saja jarang sekali aku dapat begini dengan seseorang. Kau tau kan? Sebagian hidup ku ku habiskan sendirian." Ucapan Karina membuat Yoshi tertegun. Ia melepaskan rengkuhan Karina membuat senyuman wanita itu perlahan luntur.

Namun sesaat kemudian Karina dibuat bingung ketika Yoshi justru menautkan jemari mereka. Lelaki itu bahkan mengusap kepala Karina lembut.

"Begini lebih nyaman kan?" Tanya Yoshi.

Karina tak menjawab, isi kepalanya seolah menghilang seiring dengan usapan yang tak pernah ia bayangkan akan diberikan oleh Yoshi. Sengatan hangat seakan mengalir mengisi seluruh aliran darah nya. 

Yoshi mendekat, semakin dekat sampai rasanya Karina sulit untuk bernapas. Jarak yang semakin terkikis membuat Karina memejamkan mata, hingga napas Yoshi dapat Karina rasakan dari jarak sedekat ini.

Yoshi menuju ke arah kiri, meniup leher jenjang Karina dengan senyuman yang tersungging.

"Aku hanya mencoba seperti laki-laki lain. Tidak usah terbawa perasaan begitu, wajah mu merah sekali." Yoshi mengaduh saat Karina mendadak memukul pipi nya. Memang tak keras sih, tapi Yoshi terkejut karena serangan itu terjadi secara tiba-tiba.

Wajah Karina semakin merah, ia melepaskan tautan jemari nya dengan kasar lalu menatap Yoshi sengit.

"Kau yang seharusnya jangan terbawa perasaan, saingan mu banyak sekali, kau tidak akan bisa melawan mereka." Karina mendengus, seolah kehilangan kemampuan akting nya. Ia bahkan tak mampu untuk sekedar melawan Yoshi.

"Mereka yang tidak bisa melawan ku Karina. Kau lihat sekarang siapa yang ada di samping mu? Begitupun sebentar lagi, mereka akan melihat siapa yang berdiri di samping mu saat di altar."

SCENIC || YORINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang