Felicity

267 42 1
                                    

Seperti sebagaimana keinginan Karina di awal. Pernikahan mereka haruslah tercatat sebagai yang termewah di negeri ini. Walaupun awalnya Karina hanya mengatakannya untuk membuat Yoshi membatalkan pernikahan mereka. Nyatanya sekarang ini, persiapan yang dilakukan justru malah semakin lebih dari rencana awal.

Semuanya dipersiapkan ulang secara lebih besar-besaran. Terutama karena keluarga Kanemoto ingin semuanya dilakukan secara sempurna tanpa celah. Yang mungkin tadinya hampir selesai kini harus dimulai dari awal. Dan jujur saja kali ini cukup melelahkan.

Yang tadinya hanya seribu undangan menjadi bertambah berkali-kali lipat seakan yang memiliki acara bukan hanya Yoshi dan Karina. Membayangkan saja sudah membuat Karina merasa lelah jika harus tersenyum sepanjang hari untuk orang-orang yang tidak ia kenali.

Mengapa menjadi serumit ini?

"Bagaimana?"

Gadis itu bertanya penuh binar semenjak tirai dibuka. Bak boneka yang baru saja dibuka dari bungkusnya, Karina sudah pasti terlihat cantik dengan gaun bernilai ratusan juta yang didesain sesuai arahan Mama dari Yoshi.

Sejujurnya selera Mama Yoshi tidak seburuk itu, malah Karina menyukai nya. Maka dari itu sedari dipakai, ia tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin.

Namun, reaksi tak terduga datang dari Yoshi. Jika sebagian mempelai laki-laki akan terkesima begitu melihat bagaimana wanita nya memakai gaun pengantin, Yoshi justru mengerutkan keningnya.

Setidaknya suara decakan membuat pegawai disana merasa khawatir mengenai respon Yoshi yang seakan tidak puas dengan hasil nya.

"Kau bisa bernapas dengan pakaian seperti itu?" Tanya Yoshi dengan kening mengerut. Pandangannya menilai Karina dari atas sampai bawah.

Jujur saja Yoshi akui bahwa wanita itu memang cantik. Terlebih karena hormon kehamilan, Karina akhir-akhir ini suka sekali makan banyak walaupun setelah itu muntah-muntah. Tapi tubuh Karina sedikit lebih berisi dari sebelumnya yang menurut Yoshi seperti orang yang tidak pernah makan.

Karina jauh lebih cantik dari sejak Yoshi bertemu dengannya dulu.

"Bisa. Tapi memang sedikit agak berat, ini wajar." Balas Karina malas. Ia butuh pujian, tapi Yoshi malah merusak suasana hatinya.

Yoshi melirik ke arah pegawai tak jauh dari Karina.

"Kau tidak memiliki bahan yang ringan untuk gaun pengantin? Putra ku tidak bisa bernapas dengan gaun seperti itu." Yoshi menunjuk gaun Karina.

Pegawai itu nampak terkejut, sedangkan Karina benar-benar malu karena Yoshi mendadak menyebut-nyebut putra mereka.

"Tapi nyonya besar memilih bahan yang paling mahal tuan, dan material nya memang berat karena memakai permata." Balas sang pegawai.

Yoshi mengerutkan keningnya sekali lagi. Hal itu membuat Karina jengah.

"Sudahlah, jangan berlebihan Yoshi. Aku tidak selemah itu." Kata Karina. Lagipula ia terkadang juga memakai gaun seberat ini.

"Ganti saja. Pilih yang paling ringan disini." Balas Yoshi.

"Maaf Tuan, tapi nyonya besar sendiri yang memilih——"

"Yang menikah Karina, bukan ibuku!"

"Cepat ambilkan yang paling ringan. Pastikan Putra ku bisa bergerak bebas di dalam sana."

Karina memutar bola matanya dengan malas. Bayi mereka bahkan mungkin belum terbentuk sempurna. Apalagi untuk bergerak, masih butuh beberapa bulan lagi. Tapi Yoshi membuatnya sangat dramatis.

***

Perusahaan Yoshi memang sebesar itu. Sejak pertama kali Karina menginjakkan kaki disini, entah kenapa hari ini Karina menjadi tertarik sekali dengan setiap sudut bangunan besar ini. Terutama tempat dimana Yoshi bekerja biasanya.

Maka dari itu, walaupun sedikit memaksa, akhirnya Karina kini berada di ruangan yang bisa dibilang luas hanya untuk ditempati oleh satu orang. Wanita itu berkeliling hanya untuk melihat bagaimana ruangan ini ditata.

Saking semangatnya, Karina merasa sangat lelah sekarang.

Yoshi menepuk paha nya, sebagai isyarat bahwa Karina boleh beristirahat disana. Dan entah sejak kapan berdekatan dengan Yoshi seakan menjadi kebiasaan Karina akhir-akhir ini. Wanita itu duduk diatas paha Yoshi, kepalanya ia sandarkan sembari mencari posisi yang nyaman.

Dan Yoshi mengusap lembut punggung Karina yang sering sakit semenjak hamil. Yoshi tidak tahu sebanyak itu perubahan yang terjadi semenjak putra mereka hadir. Dan, perubahan itu tak hanya terjadi pada Karina.

Seakan terhubung, Yoshi ingin selalu berada di dekat Karina untuk melindunginya. Tidak tahu apakah ini cinta atau hanya karena sebatas tanggungjawab nya saja. Lagipula, waktu sebulan itu masih ada. Yoshi harus melakukan semuanya untuk menghadirkan sesuatu diantara mereka.

Cinta.

Yoshi bukannya tidak pernah jatuh cinta. Ia pernah mengalaminya di masa remaja dulu. Tapi semenjak fokus mengurus bisnis, Yoshi jadi perlahan melupakan bagaimana rasanya mencintai seseorang. Ia sudah cukup bersenang-senang bersama orang asing, tak pernah menetap selama Karina.

"Nyaman?" Tanya Yoshi sekedar mengisi suasana yang terasa hening. Yoshi memang merancang ruangannya agar terhindar dari bising apapun untuk kenyamanannya saat bekerja.

Tapi, hening itu mendadak menyiksa saat Yoshi dapat mendengar jelas degupan jantungnya.

"Hmm." Karina mengangguk. Matanya tertutup karena rasa nyaman yang melingkupi.

"Tidak ingin pulang saja? Supir akan mengantar mu. Kau sudah melihat gedung ku kan sesuai keinginan mu?"

"Kau mengusirku?" Tanya Karina.

"Tidak."

"Kalau begitu diamlah." Ucap Karina. Kepalanya mendusal mencari kenyamanan. Dengan tangan Yoshi yang terus mengusap punggungnya membuatnya semakin mengantuk.

Karina bahkan tak sadar pintu ruangan Yoshi itu diketuk dan kemudian beberapa orang terlibat terkejut sesaat setelah masuk ke dalam ruangan.

"Ada apa?" Tanya Yoshi santai. Mengabaikan tatapan terkejut orang-orang yang baru saja masuk.

"Maaf Pak, anda ingin rapat dimajukan pukul satu siang. Jadi kami kemari untuk rapat."

Yoshi mengerutkan keningnya, lalu ia berdecak pelan saat mengingat ia mengajukan jadwal rapat karena nanti sore dia dan Karina akan melihat gedung pernikahan.

"Anda ingin rapatnya diundur, pak?"

Yoshi menoleh, ia menunduk dan menemukan bahwa Karina telah terlelap di dalam pelukannya.

"Sekarang saja. Tapi kecilkan suara kalian."

Para pegawai mendekat takut. Bahkan langkah mereka sengaja dipelankan agar tak sampai membangunkan Karina.

Walaupun sedikit kesusahan, tapi Yoshi memimpin rapat ini dengan baik. Butuh waktu sekitar dua belas menit untuk Yoshi menyelesaikan rapat ini.

Pegawai-pegawai itu akhirnya keluar satu persatu. Meninggalkan ruangan dalam keadaan hening seperti semula. Yoshi melirik singkat ke arah pintu, dirasa semua orang telah keluar, ia menghela napas singkat.

"Semuanya sudah pergi, Karina."

Yoshi kembali menunduk, ia tersenyum kecil melihat wajah masam Karina.

"Kau membuatku malu dua kali." Karina menjauhkan dirinya dari Yoshi, wanita itu bangkit, merapikan penampilannya yang sempat berantakan karena tertidur tadi. Ia terkejut ketika terbangun di tengah rapat yang sedang Yoshi laksanakan.

Tidak ada pilihan lain selain pura-pura tidur dan menunggu sampai rapat selesai. Tapi Yoshi justru menyadarinya.

"Sama-sama." Balas Yoshi. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena menahan tubuh Karina cukup lama.

"Ayo." Ajak Yoshi.

Karina melirik malas pada lelaki itu.

"Kemana?" Tanya Karina.

"Makan."

"Suara perut mu itu terdengar keras sekali, Karina"

"YOSHI SIALAN!"

SCENIC || YORINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang