Lassitude

441 66 2
                                        

Mustahil kalau Karina bilang, ia tak pernah bermimpi menjadi seorang putri. Menikahi pangeran tampan dan kaya adalah salah satu yang membuat Karina tersenyum sebelum tidur. Selayaknya anak gadis pada umumnya, dongeng-dongeng indah puteri selalu Karina dengar dari sang Mama. Terkadang Karina selalu membayangkan menikah dan memiliki keluarga lengkap selayaknya keluarganya dulu.

Karina selalu menunggu waktu sampai cinta sejatinya datang menghampiri. Waktu-waktu yang indah dimana Karina masih percaya akan adanya cinta. Sebelum semuanya dirusak oleh ekspektasi serupa.

Karina mulai melihat kedua orang tua nya saling menyakiti dengan ucapan hanya karena cinta yang dulu begitu kuat tiba-tiba melebur dimakan waktu. Sampai pada akhirnya keduanya memilih hidup sendiri-sendiri tanpa peduli bagaimana nasib buah hati mereka.

Perasaan manusia memang yang paling sulit dipahami. Mereka yang begitu sangat mencintai tiba-tiba saja bisa saling menyakiti. Mungkin sejak saat itu, saat dimana Karina memutuskan tak akan menaruh hati pada siapapun. Cinta hanyalah omong-kosong. Dan Karina tak membutuhkan lelaki sebab ia bisa melakukan semuanya sendiri.

Di tengah malam yang kian dingin, perawakan Karina mengendap-endap dari balik celah dinding setelah berhasil berhenti di lobi hotel. Gadis itu mengenakan sesuatu serba hitam dan tertutup.Dirinya menuju kamar yang telah dipesan Yoshi.

Pemandangan lampu kota dari balik jendela kaca menyambutnya ketika Karina membuka pintu kamar. Perawakan Yoshi pun terlihat tengah duduk menikmati wine dengan tenang.

Suite room, yang dipesan Yoshi hanya untuk pertemuan membuat Karina merasa bahwa lelaki itu sengaja menunjukkan seolah Yoshi bisa saja membeli Dunia jika ia mau.

Karina duduk di tepi ranjang, melepas topi, jaket, kacamata hitam, serta masker nya. Lalu melemparkannya secara asal. Semua ini membuatnya gerah.

"Kenapa mengenakan sesuatu yang tertutup seperti itu? Kecantikan mu jadi sia-sia kalau tidak ditunjukkan." Ucap Yoshi di tengah hening. Karina tau bahwasanya kalimat Yoshi hanya sindiran belaka.

"Dasar idiot, kau yang membuat ku harus bertingkah seperti pencuri." Karina mendengus, meskipun seorang publik figur, Karina tak pernah sekalipun berpakaian seperti ini atau bertingkah seperti pencuri yang menggendap-endap. Tapi karena sekarang Karina terlihat skandal, dirinya harus sementara bersembunyi dari publik.

"Aku gila saat menginginkan sesuatu. Kau pasti sudah mendengar itu." Balas Yoshi.

Karina menyisir rambutnya ke belakang dengan kasar. Sebuah penyesalan bagi Karina bertemu dengan sosok Kanemoto Yoshinori.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?!" Tanya Karina retoris.

Haruskah Yoshi kembali menjelaskan kepada Karina perihal keinginannya? Bukankah kemarin itu sudah cukup jelas?

"Menikahlah dengan ku, kau akan dapat segala yang kau mau." Jawab Yoshi.

"Tidak, aku tidak akan menikah dengan siapapun." Balas Karina. Gadis itu cukup teguh dengan pendiriannya.

"Silahkan hancurkan aku sesuka mu, Aku tidak akan pernah tunduk pada kuasa lelaki manapun." Kata gadis itu penuh penekanan.

Karina kemudian bangkit, pada akhirnya berbicara dengan Yoshi adalah hal yang sia-sia. Baru saja Karina meraih kenop pintu, suara Yoshi kembali menginterupsi nya.

"Kenapa buru-buru begitu? Tidak sabar ingin bertemu banyak wartawan di bawah ya?"

Karina kembali berbalik, dari ekspresi Yoshi, pasti Karina menebak bahwa dirinya terjebak. Lelaki itu memang penuh rencana.

"Tidak ku sangka berita bohong perihal perundungan mu begitu meledak. Bagaimana kalau muncul berita baru bahwa aku memesan kamar bersama mu?"  Ucap Yoshi.

Karina menghela napas kasar. Hari nya begitu berat, ditambah dengan ucapan Yoshi yang sepertinya tak main-main. mirip seperti obsesi yang mengerikan.

"Kanemoto, Aku memang tidak percaya dengan adanya cinta sejati, tapi bukankah pernikahan tidak bisa asal dimulai?" Karina tidak percaya ia akan mengatakan teori sedemikian rupa. Walaupun akhirnya tak berguna.

"Masih banyak wanita yang rela membuka kakinya di depan mu, kenapa harus aku?" Tanya Karina lagi.

Sang CEO tersenyum kecil, Yoshi adalah cerminan kesombongan yang hakiki. Lelaki itu terus menunjukkan kepada Karina siapa yang berkuasa disini.

"Sudah tau banyak wanita yang mengejar ku, aku dengan baik hati ingin menikahi mu mengapa kau tolak?" Yoshi terkekeh setelah berhasil membuat wajah Karina memerah menahan emosi.

"Aku tidak mencintaimu." Entah kenapa Karina reflek mengatakan itu.

"Kau bilang tak percaya cinta?"

"Aku tidak ingin hidup dengan mu."

"Kalau begitu mati saja."

Enak saja kalau bicara. Karina lelah sendiri akhirnya.

"Karina, Aku menyukai sesuatu yang indah dan mahal. Ini adalah pertama kali Aku mengejar seorang perempuan. Jadi, semakin kau jual mahal, justru aku akan semakin gencar mendapatkan mu."

"Lagipula Aku tetap menawarkan keuntungan pada mu, Hidup mu akan sangat terjamin jika bersama ku. Kau hanya perlu hidup bersama ku setidaknya sampai aku bosan dengan mu."

Penjelasan Yoshi membuat Karina terdiam.

"Tapi kehidupan ku sudah sangat-sangat terjamin tanpa peran mu sekalipun." Ucap Karina sarkas.

"Tidak akan lama lagi, Dear. Tunggu saja kejutan berikutnya dan tidak akan ada lagi Karina sang Dewi yang dipuji-puji banyak orang. Aku memiliki banyak cara untuk membuat mu bersujud di depan ku."

Karina menatap Yoshi dengan lelah. Sejauh apapun ia menyangkal, Yoshi tetap pemenangnya sejak awal. Jadi, dengan langkah gontai, Karina kembali lagi menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya yang lelah. Karina menutup matanya, tidak peduli mungkin saja Yoshi bisa melakukan hal yang macam-macam kepada-nya.

Nanti saja Karina pikirkan semuanya akan bagaimana, yang jelas sekarang ia harus sedikit kooperatif untuk membuat musuh lengah lalu menghancurkannya perlahan.

"Kalau begitu, siapkan pernikahan yang mewah. Aku ingin pernikahan ku tercatat sebagai yang termewah di negara ini."

Yoshi tertawa, ia meletakkan gelas wine di atas meja lalu berjalan menuju ranjang tempat Karina berbaring. Yoshi mengambil tempat kosong di samping gadis itu lalu ikut merebahkan dirinya.

"Kau tidak bisa meremehkan ku soal uang, sayang."

Terserah Yoshi saja!


SCENIC || YORINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang