part2

34 25 3
                                    

Yang vote and coment
Semoga rezekinya lancar, di permudah jodohnya, mukanya awet muda.

Yang gak vote and coment semoga kentut nya keluar pelangi.

.
.
.
.
.
  
Laki-laki tak boleh menangis.
Bagaimana rasanya di paksa kuat tapi hati ini hampir sekarat?
.
.
.
.
.

Bruk

Langit menjatuhkan tubuhnya diatas kasur. Entah kenpa badanya terasa begitu berat dan juga kepalanya mulai berdenyut. Sesaat dia menatap jam yang ada di dinding kamarnya. Hanya ada waktu 15 menit waktu istirahat sebelum ia harus berangkat les. Langit hendak memejamkan matanya namun, dering hp mengurungkan nya.

Tertera nama "mama" pada kontak itu.

Langit mengehembuskan nafas kasar sebelum mengakat panggilan tersebut.

"Halo ma..."

"Halo Lang, gimana kabar kamu hari ini?"

"Not bad"

"Hah...kamu kapan mau ketempat mama?"

"Libur semester"

"Oke, nanti kalau libur semester asisten mama bakal jemput kamu"

"Hmm"

"Kamu jangan terlalu capek, kalau gak kuat bilang mama aja"

"Hmm"

"Yaudah mama tutup dulu ya"

"......."

Tuuuut tuuut akhirnya panggilan pun di putus oleh sang mama.

Selalu saja seperti itu. Mamanya selalu saja menghubungi nya untuk menanyakan keadaannya dan juga memberitahunya untuk tidak memaksa kan diri, tapi entah kenapa hati nya tak pernah tergerak oleh perhatian sang mama.

Langit masih ingat betul bagaimana mamanya meninggalkan dirinya dan sang ayah saat keadaan ekonomi sang ayah sedang terpuruk. Dan sejak saat itu pula sang ayah selalu menyuruh nya untuk menjadi sempurna dan harus menjadi yang teratas.

Pernah sekali Langit tak mendapatkan juara 1 umum dan hanya mendapatkan juara 2. Di saat itulah ayahnya menghukum nya dengan sangat keras yang sampai sekarang masih menjadi trauma bagi langit.


FLASHBACK ON

Saat itu kenaikan kelas 8 dan Langit hanya bisa berada di posis kedua kerna sering absen. Dia sering absen pun bukan keinginannya dia sering absen kerna sakit.

Langit pikir ayahnya tak akan mempersalahkan nya kerna wajah sang ayah masih biasa saja saat berada di sekolah.

Tapi pikiran Langit itu salah besar. Saat tiba di rumah ayahnya langsung menampar wajah Langit dengan keras.

Plakkk

Sebuah tamparan mendarat di pipi Langit kala itu. Darah segar keluar dari bibirnya yang terluka kerna tamparan.

"Kenapa gak bisa berada di puncak?!" Tanya sang ayah dengan dingin

"Maaf" hanya itulah yang bisa Langit ucapkan. Kerna penjelasannya darinya pun pasti tidak akan di terima oleh sang ayah.

Plakkk

Lagi-lagi tamparan mendarat di pipi Langit yang membuatnya hampir mengeluarkan air mata.

"Maaf kamu bilang? Sudah berapa kali ayah bilang!!! Kamu harus jadi yang teratas biar gak ada yang bisa ngerendahin kamu!!!"

Melihat mata Langit yang berkaca-kaca bukanya merasa prihatin sang ayah malah semakin beringas.

maafkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang