9

292 22 0
                                    

"eunghhh, aku dimana?"

"Chan..."

Dengan samar-samar Chan mendengar suara itu, seperti...

"Ibu..?"

"Iya sayang.."

"Aku sudah bersama ibu sekarang?"

"Tidak nak, ini alam mimpi muu.. kau memasukan ibu di dalam nya, jadi ibu di sini sayang.."

"Emm ibu.." ia memeluk ibunya.

"Yaa kenapa sayang?"

"Apa ini akhir dari kisah buku harian Chan? Apa akhirnya akan seperti ini?"

Nayeon tersenyum.

"Tidak sayang, cerita mu masih... Panjang, jadi jangan berhenti di sini ada paman Han dan mas nuu mu yg selalu menunggu mu bangun, lagi ibu Mina mu juga ikut menjagamu di sana.."

"Nak.. kau boleh kesal, kau boleh marah pada ayahmu.. tapi, satu hal yg perlu kau ingat.." nayeon menjeda bicaranya.

"Apa itu?"

"Ayahmu sebenarnya kesepian sayang, dia tak seperti kelihatannya.. semua kasih sayang yg dia berikan pada serim juga sebenarnya ingin sekali dia limpahkan padamu, tapi dia bingung entah dari mana dia mulai semua itu.."

"Nak.. jangan terlalu lama kau tidur sayang, kasihan paman Han menunggu di sisi mu setiap hari dan jarang sekali makan.."

"Sayang, jika kau sayang ibuu.. ibu mohon bangun dan bertahan lah sampai akhir dimana tuhan benar-benar memanggil mu untuk pergi bersama ibu, yaa.."

"Tapi Buu.."

"Janji sayang...?"

"Emm yaa Buu, Chan Janji.."

Nayeon tersenyum.

"Sekarang tutup matamu, dan kembali lah.."

Di sisi lain, Jeonghan terus mengajak Chan bicara walaupun dia tau tak ada gunanya bicara dengan tubuh yg sedang sakit seperti ini.

"Chan.. kau tau, sejak 2 Minggu lalu aku di sini.. kau bilang padaku waktu itu kan bahwa kau ingin sekali melihat Berlin dari dekat? Aku tau di balik kata-kata mu itu, kau ingin pergi jauh dari ayahmu kan..?"

"Maafkan aku sayang, maafkan paman mu ini karna terlambat pulang menjenguk mu di sini.."

"Kau tau, ibu mu Mina sudah memberi hukuman pada teman mu Yeri itu, dia juga di keluarkan dari sekolah seperti mu.. tinggal serim dan ayahmu yg harus mengetahui semuanya, kau ingin membalasnya sendiri atau kita membalasnya bersama?"

Jeonghan tersenyum.

"Mimpimu indah sekali yah sampai kau tak ingin bangun melihat paman mu? Apa ada ibu mu di mimpimu? Beritahu dia jangan dulu membawamu pergi sebelum kau bisa membalas ayahmu, aku tak akan membiarkan mu pergi begitu saja Chan.. Paman Han mu ini akan selalu menunggumu sampai kau bangun, ayo bangun.."

Tiba-tiba...

Tiiittttttt-

Bunyi salah satu mesin yg tersambung pada tubuh Chan berbunyi, lagi tubuhnya Chan bergetar.

Jeonghan yg panik langsung memanggil wonu supaya memeriksa keadaan Chan, wonu bergegas dengan beberapa dokter lainnya.

Jeonghan menunggu di luar ruangan sambil terus berdoa agar Chan baik' saja di dalam sana, jangan sampai ada hal serius lainnya yg harus di dengarnya.

Setelah beberapa menit, akhirnya wonu keluar dari ruangannya Chan.
"Bang..."

Jeonghan langsung menatap wonu penuh harapan bahwa Chan akan sembuh, tapi..

Menunggu - Chan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang