Sore sampai malam hari Chan habiskan berendam di dalam bathtub kamar mandinya, bahkan saat kedinginan pun dia enggan keluar dari bathtub.
Sampai dia mendengar suara ibunya yg memanggilnya dari balik pintu kamar mandi, dia segera menyudahi berendamnya dan langsung memakai handuknya.
Chan membuka pintu kamar mandinya.
"Nee, ada apa Bu?""Kau belum makan kan dari siang nak, ayo makan dulu ibu buatkan makanan favorit mu, ayam spicy.." Chan melihat meja belajarnya memang ada nasi dan juga ayam kesukaannya.
"Nee nanti aku makan, terimakasih.."
"Jangan sungkan nak, jika ada apa-apa bicara pada ibu yah.." Chan hanya mengangguk. "Yasudah ibu keluar dulu yah, makan jika sudah taruh saja di meja depan, nanti ibu ambil.."
Chan tak menjawabnya, dia langsung pergi ke arah lemari dan mengambil pakaiannya.
Ibu nya yg mengerti dengan keadaan Chan sekarang, dia langsung meninggalkan putranya itu sendirian. Setalah memakai pakaiannya, dia duduk di depan meja belajarnya memandangi makanan yg di berikan oleh ibunya.
Tak sedikitpun dia memakan makanan itu, dia malah langsung menaruh nya di meja luar kamarnya. Chan benar-benar tak nafsu makan sekarang, dia tidur dengan perut kosong malam itu.
Pagi harinya Chan terbangun dan segera pergi mandi, karna hukuman kemarin selain membersihkan halaman belakang sekolahnya, dia juga di skors untuk tak masuk sekolah selama 1 hari. Jadi setelah mandi, dia kembali membaringkan dirinya di kasur.
Di sisi lain sang ayah yg tak melihat Chan melewati mereka saat sarapan heran, kenapa putranya belum pergi ke sekolah. Biasanya dia akan pergi ketika Mereka sedang sarapan, tapi ini.. tak ada tanda-tanda Chan akan turun atau pergi ke sekolah.
Setelah istri dan putra kesayangannya pergi, Seungcheol tak langsung berangkat bekerja. Dia pergi melihat putranya dulu di kamar, biasanya jika sudah pergi sekolah pintu kamarnya tidak di kunci.
Seungcheol mencoba membuka pintu kamarnya dan ternyata itu di kunci dari dalam, berarti putranya masih ada di dalam kamarnya. Ia pun mengetuk pintunya dan terdengar suara sahutan dari dalam, benar saja Chan membuka pintunya.
"Ada apa ayah?" Tanya Chan.
"Kau tak pergi ke sekolah?"
"Tidak." Jawab putranya singkat.
"Kenapa, kau mau mempermalukan ayah dengan menjadi anak bodoh?"
"Bukan kah ayah memang malu mempunyai anak seperti aku, bahkan sekalipun aku pintar di kelas tetap saja serim yg selalu dapat pujian dan dukungan darimu.."
Perkataan Chan memang benar, selama ini memang dia tak pernah menganggap putranya itu bagaimana dia bisa mempermalukan nya dan lagi dia tak pernah sekalipun lagi memuji dan memberikan dukungan nya pada Chan setelah hari itu.
"Sudah ayah? Aku di skors karna masalah kemarin, jadi jika ayah mau pergi bekerja pergi lah.. aku akan menghabiskan hari ku di kamar, jangan pedulikan aku lagi."
Chan kembali masuk ke kamar nya, dia juga sebenarnya sedang tidak enak badan hari ini. Karna kemarin dia berendam terlalu lama di bathtub dengan air dingin, jadi badannya sedikit demam.
Setalah mendengar mobil ayahnya pergi menjauh, Chan membaringkan dirinya lagi di kasur.
Sampai siang hari Chan belum juga makan, bibinya yg tau pasti Chan tak mau makan membuatkannya sesuatu. Ia membawanya kepada tuan mudanya itu, bibi membuka pintu kamarnya dan melihat Chan yg meringkuk di atas kasur.
"Nak.. kau belum makan dari tadi pagi, ayo makan dulu.. bibi buatkan bubur untuk mu.." bibi mencoba membangunkan Chan, dan dia terkejut dengan suhu badannya Chan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu - Chan [End]
Casuale"jika saja dulu aku pergi bersama ibu, pasti hidupku tak akan seperti ini.. ibu lihat sendiri dari atas sana kan, aku tersiksa di sini buu.. aku tak bisa melakukan apapun selain menurut pada ayah, dan saudara tiriku.. istri barunya kadang masih terl...