22

890 176 26
                                    











"Chikaa..." Panggil Fiony.

Ini sudah panggilan ke 5. Harus dengan cara apalagi dia membujuk adiknya.

"Chik.. Cefio bikin kue. Kamu ga mau nyobain?" Untuk kesekian kalinya.

"Cee.." Itu suara Desy yang tidak tega melihat putri nya seperti putus asa. Fiony menoleh dan tersenyum kepada Desy.

"Biar mamah aja yang panggil Chika ya" Ucap Desy penuh kelembutan.

Fiony menggeleng, dirinya tidak ingin merepotkan sang mamah. Kedua orang tuanya sudah sangat membantu banyak selama dua minggu ini.

"Nanti Fio tawarin Chika lagi. Mungkin sekarang Chika lagi tidur" Ucap Fiony.

Melihat Fiony yang beranjak pergi menuju ke dapur Desy menghela nafasnya. Ini sudah memasuki minggu kedua bagi saudara kandung kembar itu mengalami permaslahan. Dan kedua belum juga menyelesaikan permaslahan ini. Desy dan Nino sudah melakukan beberapa cara, tapi sepertinya kali ini Chika sangat keras. Sulit untuk membuat Chika ingin menemui Fiony.

Fiony menghela nafasnya, saat ini ia sedang membereskan bekas memasak nya. Kue yang sudah di siapkan untuk Chika pun dia masukkan ke dalam wadah dan di tulis "Untuk Chika:>" senyum tipis terbit di bibir nya sejenak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya.







"Chika. Mamah tau kamu ga tidur, ayo buka, disini ada mamah" Ucap Desy mengetuk pelan pintu kamar Chika.

Pintu akhirnya terbuka, Chika menatap Desy dengan senyuman mengembang di bibirnya.

"Boleh mamah masuk sayang?" Tanya Desy.

Chika mengangguk dengan semangat "boleh banget mahh" Ucap nya.

Desy dan Chika duduk bersila sambil saling berhadapan di kasur empuk milik Chika.

"Chika kenapa? Udah mau 2 Minggu loh" Ucap Desy mengusap surai sang anak.

Chika menggelengkan kepalanya, "Chika gapapa mah. Chika cuman kecewa sama dia" Ucapnya.

"Panggil nya yang sopan Chika, dia Kaka kamu. Cefio" Ucap Desy memberi pengertian.

"Iya, pokoknya itu lah" Ucap Chika.

"Dasar" Ucap Desy.













Chika menatap Fiony yang berada di hadapannya saat ini. Bahkan orang di depannya ini nekat mencegat pintu kamarnya.

Chika menghembuskan nafasnya, mau apalagi manusia di depannya ini??

"Minggir" Untuk kesekian kalinya Chika mengucapkan kata ini.

Fiony menggeleng, bahkan dia menatap sendu wajah Chika. "Boleh aku ngobrol sama kamu? Aku kangen" Lirih nya.

"Minggir" Chika menarik tangan Fiony, tapi Fiony tetap kekeh pada pendiriannya.

Oke. Chika mulai jengah saat ini, demi apapun dia ingin melempar Fiony ke rawa rawa saat ini juga. Chika langsung menarik badan Fiony untuk menyingkir.

Berhasil! Fiony berhasil tertarik dari depan kamarnya. Chika tersenyum dalam diam, dia bangga akhirnya dia kuat.

Setelah membuka pintu kamarnya, Chika menatap Fiony dari dalam kamarnya. "Masuk. Mau ngobrol ga, kalau ngga yaudah. Mau tidur" Sebelum Chika benar benar penutup pintu itu. Fiony sudah lari masuk, menerobos tubuh Chika yang berdiri di tengah tengah pintu.

Chika berdecak, walaupun badan Fiony kecil tapi tetap sakit jika di tubruk tanpa aba aba seperti tadi.

"Cepet" Fiony menatap Chika dengan sendu.

"Kalau aku ga ngomong kaya gitu, kamu akan terus terusan di bully Chika. Aku gamau, kita adik kaka. Kita kembar, kalau kamu sakit aku juga harus ngerasain sakitnya" Ucap Fiony.

"Terus maksud lo kalau lo sekarat juga gue harus ngerasain?" Tanya Chika.

Fiony menggeleng, "sakit aku biarin aku yang ngerasain. Tapi sakit kamu, aku juga harus rasain" Ucapnya.

Chika terkekeh, kepalanya menggeleng. "Itu konsep adil menurut Lo? Itu ga adil sama sekali Fiony!" Chika menatap nyalang ke arah Fiony.

"Kamu bisa bagi semua kesakitan kamu sama aku. Aku minta maaf. Karena aku, kamu ga bisa ngerasain masa anak anak sama papa dan mama. Aku minta maaf Chika" Fiony menunduk.

Chika menyeka sudut mata nya yang basah. Demi apapun, ini adalah situasi yang paling ia benci.

"Jangan nunduk ce. Chika di depan, bukan di bawah" Mendengar nada Chika yang berubah pelan Fiony menatap ke arah Chika.

Terlihat wajah itu yang tersenyum dengan matanya yang beraliran air mata. Fiony langsung memeluk tubuh itu, menghapus air mata adik nya yang sangat berharga.

"Jangan nangis. Aku ga suka air mata kamu jatuh. Air mata kamu berharga Chika" Ucap Fiony.

Dengan bergetar Chika memegang tangan Fiony yang sedang mengelap air matanya. Dia langsung memeluk erat tubuh Fiony.

Dia merindukan momen ini, pelukan Fiony adalah pelukan yang nyaman setelah pelukan kedua orang tuanya.

Berada dalam pelukan Fiony membuatnya merasa aman dan tidak akan ada yang berani untuk menyakitinya.

"Maafin aku ya Chika. Kamu boleh ko benci aku, aku udah bilang sama papa mama liburan nanti kamu sama mereka aja yang jalan jalan. Aku di rumah" Ucapan Fiony membuat Chika menatap Fiony dengan raut tidak suka.

"Kalau cefio ga ikut. Aku juga gamau ikut, aku lebih pilih punya waktu berdua sama cefio yang selama ini aku sia siain. Aku yang harusnya minta maaf, maafin Chika ya cefio" Chika sangat gemas dengan keadaan hidung yang merah, mata yang merah karena menangis.

Fiony terkekeh dan langsung mencubit pipi Chika. Adik kecilnya yang akan selalu menjadi adik kecilnya.

"Aku sayang sama kamu Chika" Ucap Fiony dengan lembut.

Chika mengembangkan senyumannya, dia langsung berhambur memeluk tubuh Fiony. "Chika dulu emang kesel sama cefio, benci banget. Tapi sekarang Chika sayangggggg bangettt sama cefio. Hidup lebih lama ya ce" Ucap Chika.

Mendengar ucapan Chika, Fiony mendadak sedih.

'akan aku usahakan semuanya buat kamu Chika. Buat adik kecilnya cefio'

Fiony mengelus rambut Chika dengan lembut dan penuh dengan kasih sayang.















See You Next Part
















Iya ini update iya. Buset dahhh

Udah kan yee, siapa yang lupa alur?

Baca ulang lagi aja😌

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELALU MENGALAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang