Prolog

753 60 10
                                    

Althaf menyungging senyum kala alunan lirik dari lagu favoritnya itu terdengar ke penjuru ruangan. Pintu dia tutup pelan, enggan usik dia yang tengah tenggelam dalam nostalgia. Matanya terpejam, telentang diatas kasur berseprai putih gading, aroma manis dari pengharum ruangan bercampur dengan parfumnya membuat Althaf tanpa ragu melangkah makin dekat.

Jika diberikan pilihan apakah Althaf ingin kuasai bumi atau genggam tangan pria itu saja, Althaf seratus persen yakin tangan pria itu saja telah siapkan seisi dunia beserta langit dan lautan birunya untuk Althaf. Tidak ada pilihan lain, Althaf disuguhi surga pun akan tetap memilih prianya. Meski neraka sudah menunggu di depan sana. Berkobar dan membara.

Seperti perasaannya.

Merah dan tidak pernah redup. Tidak akan.

"Suka banget sama lagu ini?" Althaf melirik ke arah spiker yang masih senandungkan lagu Call you mine milik Jeff Bernat itu.

"Lagu perjuangan kita soalnya," jawab suara bass itu. Matanya masih senantiasa menutup namun senyumnya lebih cerah dari matahari pagi ini.

Althaf mendekatkan dirinya, menyusup masuk diantara lengan pria yang sekejap juga telah merengkuh tubuhnya. Mereka berbaring dengan Althaf yang bersandar di dada bidang si pria. Kepalanya agak mendongak guna bersapa dengan wajah tampan itu.

"Sekarang udah bisa dipanggil mine kok. Baby juga bisa, love, sayang, cinta, terserah kamu mau panggil apa. Semuanya udah bisa."

Pria itu akhirnya membuka mata, temukan dua kelereng sekelam langit malam yang sudah membuatnya tenggelam begitu dalam. Bola mata yang dia puja dengan berbagai kalimat indah.

"Belum mine kalo belum sah," kelakarnya yang pancing helaan nafas panjang dari Althaf. Meski begitu bibir Althaf tetap agihkan senyum, merasa lega bahwa yang disampingnya sekarang adalah prianya. Bukan orang lain.

"Kita pulang dulu, ya. Minta restu lagi ke papa." Telunjuknya terjulur menyusuri rahang tegas sang kekasih. "Kita berdua kali ini."

Jika dihadapkan dengan pilihan, Evan atau Papa, Althaf akan jadi anak durhaka yang benar-benar siap menghuni neraka.

Dia inginkan prianya. Hanya Evandaru Halim yang siap menerjang neraka itu juga bersamanya.

Kecup panjang berlabuh manis di kening Althaf. Penuh sayang dan damba. Evan sangat tau bagaimana cara mencintai Althaf dengan kesederhanaannya. Evan tau bahwa apapun yang menjadi jawaban Althaf nanti, akan menghuni playlist spotify nya dengan sangat lama.

"Kalo aku lagu, menurut kamu aku lagu apa?" tanya Evan, mulai mengantuk lagi hanya karena mencium aroma parfum Althaf.

Hening sesaat, Evan biarkan Althaf memikirkan jawaban dari jutaan lagu yang kini berputar di memorinya.

"Oh! Troye Sivan, youth." Althaf mengecup ujung dagu Evan sebelum kembali berucap. "A truth so loud you can't ignore."

"My youth is yours."

###

Evandaru Halim
Evan
27 tahun

Evandaru HalimEvan27 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Call You Mine | ChanhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang