Chapter 4

188 34 9
                                    

Kuliah di London memang salah satu impian terbesar Althaf sejak dulu. Mengambil jurusan arsitektur di University of Cambridge dan menjalani hari seperti mahasiswa lainnya tanpa embel-embel nama belakang sang ayah. Althaf menikmati kehidupannya sebagai orang biasa selama di London, pergi kemana saja dia mau, makan apa saja yang dia suka dan berkencan dengan siapapun.

Selama dua tahun, Althaf memang pernah berkencan beberapa kali dengan pria disana. Namun tidak pernah awet karena selalu ada Hesa yang lebih dia butuhkan. Lelaki itu, selalu datang jauh dari Indonesia sekedar menuntaskan rindu diantara mereka. Akan ada malam dimana Althaf mulai memikirkan hubungannya dengan Hesa. Lelaki itu baik, selalu memanjakannya, tidak pernah lupa menanyakan keadaannya, ada disaat dia butuhkan, apalagi yang kurang? Dari segi finansial pun Hesa sudah cukup mumpuni karena kerja sampingannya sebagai selebgram yang sering di endorse sana sini.

Ah, itu.

Althaf tidak suka menjadi pusat perhatian. Berurusan dengan Hesa, berarti harus siap juga berurusan dengan dunianya yang ramai. Sedangkan alasannya melarikan diri ke London adalah untuk bersembunyi dari itu semua.

Sejak SMP, Althaf Radhika telah dikenal sebagai anak pengusaha dari Edgar Rahadika. Salah satu crazy rich di Indonesia, kata orang. Dia selalu menjadi pusat perhatian dan tanpa disadari mulai harus bisa memenuhi ekspektasi orang-orang. Dia bersikap ramah saat sifat aslinya lebih bar-bar. Dia harus banyak bergaul dengan orang asing saat dia lebih suka mengobrol dengan sepupunya saja. Dia harus tersenyum baik di depan orang lain saat setiap malam dia ingin pergi le club dan bersenang-senang.

Althaf hidup diatas ekspektasi orang lain selama ini. Dia tidak diwajibkan menjadi dirinya sendiri. Papa juga tidak banyak membantu, kadang menariknya ikut dalam suatu acara sebagai alat peraga saja bahwa beliau punya keturunan grade A yang akan menyelamatkan masa depan perusahaan. Sebuah eksploitasi yang membuat Althaf hampir kehilangan arah tujuan.

Lalu mereka datang. Mereka yang benar-benar tau sisi lain dari seorang Althaf Radhika. Yang bisa menerimanya tanpa sedikit pun cibiran dan mengimbanginya. Kapi lebih tua dari mereka, kadang bersikap layaknya seorang kakak, namun lebih sering ingin dianggap seumuran saja. Ada Jeje yang manja, sangat anak mama, mulutnya kadang membeberkan fakta dengan menyakitkan namun dia tetap terlihat menggemaskan untuk mereka semua. Lalu Hesa, penengah diantara mereka. Penenang paling ampuh untuk Althaf meski caranya agak berbeda. Althaf dan Hesa seumuran, tapi Althaf kadang merasa seperti Hesa lebih tua dari mereka semua. Mungkin karena pembawaannya yang tenang.

"Makan malam, Al."

Suara bass itu mengisi monolog Althaf. Dia beralih dari tv dan menemukan Evan sudah berdiri di depan kabinet dapur untuk membuka bungkusan plastik yang dibawanya. Aroma gurih dari kepiting saos padang membuat perut Althaf otomatis berbunyi. Dia mendekat, berdiri di belakang Evan yang masih sibuk dengan kepitingnya.

"Mas, jujur deh. Mas itu sebenarnya anak papa kan?" Althaf menyipitkan mata, mengintimidasi punggung lebar Evan yang hari ini kenakana kemeja biru tua.

"Habis nonton film apa lagi kamu?" balas Evan. Tidak sekali dua kali mendapat pertanyaan random dari sang majikan.

"Abisnya mas Evan suka tiba-tiba bawain makan, bawain jajan, beliin es krim, kemaren aja beliin sepeda listrik. Duitnya lebih banyak dari aku. Pasti anak papa kan?"

Evan akhirnya berbalik dengan semangkuk kepiting saos padang yang membuat Althaf meneguk ludah. Tadi siang dia hanya makan biskuit saja karena berat badannya memang naik sejak tiba di Indonesia. Tapi Kapi, Hesa dan bahkan Evan seperti tidak membiarkannya menurunkan sekilo saja dari berat badannya. Selalu ada makanan di atas meja dapur yang membuat Althaf kewalahan menolak karena makanan itu susah di dapat jika sudah di London.

Call You Mine | ChanhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang