Empat Cahaya Kavala

87 7 4
                                    

Empat Penunggang Kuda

Bercerita Melalui Senjata

*

*

*

Awalnya aku berpikir bahwa bangunan ini hanya punya bentuk megah di luar ruangannya saja, tapi setelah aku masuk kedalam alangkah terkejutnya tubuhku melihat setiap kilauan yang mengelilingi setiap sudut ruangan ini. Semuanya berlapis dengan material yang begitu mahal, bahkan hal seperti ini tidak pernah aku bayangkan untuk bisa melihatnya selama hidupku. Tapi, aku tidak boleh terlena dengan hal remeh seperti ini, kata Fena setiap kilauan yang ada di dunia ini tidak tentu semuanya baik, jadi jangan terpaku pada barang mewah hanya untuk menumbalkan hidupmu.

Aku duduk dibagian tengah aula, disini sangat sesak, walaupun memang megah tapi aku sangat tidak suka dengan keramaian, siapa yang suka rombongan besar yang menyesakkan tubuhmu? tapi entahlah, mungkin hanya aku saja yang tidak menyukainya, mau bagaimanapun, aku adalah orang yang berasal dari daerah kumuh, wajar saja aku berbeda dengan orang lain.

Saat ini sedang berlangsung kata sambutan oleh Sani, benar apa yang dikatakan oleh orang-orang, ia terlihat berwibawa dan sedikit maskulin dengan postur tubuhnya yang tegap dan wajahnya yang begitu bersih. Aku bahkan tidak mengira bahwa ia adlaah seorang penyihir saat pertama kali bertemu dengannya, menjadi seorang kesatria munngkin profesi yang lebih menguntungkan baginya karena bisa menggunakan tubuh yang bagus itu dengan baik, sayang sekali tubuh bagus itu hanya akan jadi pajangan yang tak terpakai.

"Wahai anak-anak muridku, harapan kota Kavala, calon penyihir berbakat dengan potensi yang tidak terbatas. Belajarlah dengan baik, jadikan Akademi sebagai tempat berkembang bagi kalian. Pesanku sekarang hanya satu, jangan pernah kalah dari siapapun, ingat itu" Ucap Sani sebelum ia turun dari pentas besar yang ada di depan aula.

Semua orang berteriak kencang dan bertepuk tangan, siapa yang tahu bahwa dia punya banyak penggemar seperti ini. Suara mereka saja seakan-akan bisa meruntuhkan seisi Akademi, memang pantas didapatkan oleh penyihir berbakat seperti Sani. Namun, aku yakin kemampuan sihirnya tidak lebih baik daripada Fena, dan itu bisa aku pastikan sendiri nantinya.

Setelah Sani turun ada seseorang yang naik diatas panggung, ia berpakaian seperti guru yang mengajar disini. Baju yang mewah, celana yang rapi, dasi panjang, dan juga sepatu yang ia pakai membuat tubuhnya semakin terlihat gagah. Orang itu bilang kalau setelah ini adalah tes kemampuan sihir para murid, ada tiga tingkatan tes yang harus diikuti oleh para murid, pertama adalah tes kemampuan sihir, elemen apa saja yang dikuasai oleh para siswa. Kedua adalah tes kekuatan senjata ilahi, para siswa berhak meluncurkan serangan dari senjata ilahinya kearah target yang sudah disiapkan. Ketiga adalah pengukuran potesi siswa, setiap siswa wajib memegang kristal pembaca energi alam yag disiapkan oleh Akademi, kristal akan memberitahukan potensi murid melalui warna yang berubah dari kristal, ada tiga tingkatan yaitu hijau dengan potensi rendah, kuning dengan potensi sedang, dan merah dengan potensi tinggi.

Giliranku sepertiya masih lama, antrian belum sampai ketengah aula dan masih belum ada yang menarik menurutku, semuanya biasa saja seperti sihir-sihir yang aku lihat di daerah kumuh, dan senjata ilahinya juga tidak ada yang unik, kecuali orang yang menantagku pagi tadi. Senjata ilahi anak itu adalah double dagger dan elemen bawaannya adalah listrik dan angin, pantas saja kecepatannya diluar nalar. Potensi sihirnya juga berada ditingkat tinggi atas, entah akan jadi seperti apa dia nanti kalau berkembang lebih jauh sekarang, dan aku tidak boleh kalah walaupun aku tidak yakin dengan hasil tesku.

Selain anak tadi, aku juga melihat beberapa anak yang mempunyai kemampuan menarik. Ada salah satu anak yang memakai sabit panjang dan mempunyai elemen api dan tanah, ada yang memiliki senjata sejenis seruling dan mempunyai elemen angin dan air, dan ternyata masih banyak yang memiliki senjata ilahi yang unik. Hanya satu yang orang lain miliki namun tidak kumiliki sama sekali, yaitu elemen bawaan yang lebih dari satu. Entah apa reaksi mereka yang paling penting aku sudah siap dengan kondisi apapun, entah itu akan dilempari dengan batu atau akan dicaci dengan hebat, karena sekarang adalah giliranku untuk tampil.

Night KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang