꧁•⊹٭𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶٭⊹•꧂🌔🌔🌔🌔
"Jika hari ini gagal, coba lagi besok.
Kalau masih gagal lagi, aku akan tetap mencobanya. Karena menjalankan hidup tanpa tahu tentang hari selanjutnya.""Bahkan, aku sakit pun rasa sedikit kasihan sulit aku dapatkan apalagi kasih sayang?"
-Alora Cassia Naiaraluna-
Mereka kembali fokus pada kegiatannya masing-masing. Alora yang berkutat dengan buku tulis teman sekelasnya itu sembari mendengarkan penjelasan dari bu Mayra. Bu Mayra dengan sangat telaten menjelaskan satu per satu ruangan yang mereka lewati. Di saat bu Mayra menjelaskan satu ruang ekstrakurikuler, Alora tersenyum antusias seakan dirinya bangkit karena satu ekstrakurikuler itu.
"Ini ruangan untuk belajar melukis, siapa tau nanti kalian minat pada saat pendaftaran silakan mendaftarkan diri," jelas Bu Mayra menunjuk ruangan yang bertulisan ruang lukis.
Alora mengangguk menyetujui isi otak dan hatinya setelah melihat ruangan lukis itu. Dulu, Alora hanya suka dengan hal yang berkaitan dengan lukisan abstrak. Beberapa kali ia mencobanya, namun hasilnya semakin lama semakin membaik. Menurut Alora, dengan melukis ia dapat mengeluarkan isi hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Kanvas lukis dan beberapa alat lukis lainnya dapat membantunya melampiaskan semua yang sedang ia rasakan tanpa harus melukai diri sendiri.
Seorang perempuan melambaikan tangannya tepat di depan wajah Alora. "Hei, kok senyum-senyum sendiri? Buruan tulis nanti ketinggalan."
Alora menoleh menghadap ke teman sekelasnya yang menyuruhnya menulis di bukunya. Tatapannya kembali fokus pada ruangan itu. "Aku suka sama lukis, aku mau masuk ke situ nanti," ucapnya.
"Bisa melukis lo? Hebat anak cupu," sahut perempuan itu dengan tawa meremehkan.
Alora mengetukkan jari telunjuk nya di dagu nya sendiri. "Hm, Shey. Aku bukan anak cupu!"
"Lo itu anak cupu. Buktinya lo nggak ada teman 'kan sekarang?" ucapnya tak berperasaan.
Sheyna sebagai teman sebangku Alora menganggap Alora adalah anak cupu. Sebab, terlihat di hari pertama masuk sekolah, semua orang sudah mendapatkan temannya masing-masing. Tetapi tidak dengan Alora. Ia hanya berjalan sendirian di barisan paling belakang.
Sheyna merebut paksa buku tulis yang ada di tangan Alora. "Sini! Nulis begini aja nggak becus lo!"
Alora terkejut ia menggeleng tak percaya. "Udah aku bantu tulisin, Shey. Harusnya bilang makasih," sahut Alora tak mau kalah.
Sheyna tersenyum miring. "Halah, dikit doang. Emang harus bilang makasih?"
"Sheyna! Alora! Kalian mendengarkan saya tidak?" Suara dari bu Mayra membuat keduanya terkejut. Bu Mayra menatap keduanya bergantian dengan tatapan tajamnya. "Jangan bikin ribut! Malu sama yang lain!"
"Ini bu, Alora nggak mau pinjemin aku bolpoin bentar. Padahal cuma bentar aja dia juga punya dua kok." Sheyna mengadu kepada bu Mayra dengan berbicara bohong.
"Alora?" ucap bu Mayra tegas.
"Bu, Sheyna bohong, tadi aku-"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIMPI ALORA
Teen Fiction⚠️Follow sebelum membaca! ⚠️Karya orisinil, No Plagiat! Sebuah tangan besar menampar cukup kencang pipi Alora. "ALORA CASSIA! MAU JADI ANAK PEREMPUAN NAKAL KAMU? JALAN SAMA LAKI-LAKI LAIN TANPA SEIJIN PAPA DAN PULANG TERLAMBAT BEGINI!" Tamparan ke d...