09: Andai dalam Kata

122 87 32
                                    

꧁•⊹٭𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶٭⊹•꧂

🌔🌔🌔🌔

"Ber-andai dalam sebuah kata yang tidak mungkin menjadi kenyataan."

-Alora Cassia Naiaraluna-

Bagi sebagian orang, posisi anak tunggal perempuan pasti akan menyenangkan dan mendapatkan kasih sayang yang tak akan pernah kurang. Menjadi gadis semata wayang akan selalu dijaga atau bahkan dijadikan ratu di rumahnya. Namun, tidak bagi gadis satu ini. Semenjak sang papa menikah lagi dan ia mempunyai saudara tiri, hidupnya tidak akan pernah berubah menjadi lebih baik sesuai yang ia bayangkan. Seperti gadis ini ingin tidur saja agar mendapatkan mimpinya itu untuk bahagia dengan keluarganya.

Gadis ini terdiam sembari jemarinya dengan lihai membuat ukiran cat yang terlihat sangat indah. Ia terus menyelam dalam kedalaman sebuah lukisan indah yang ia hasilkan.

Lukisannya yang hampir usai itu terpaksa berhenti ketika mendengar suara yang terdengar hangat. Namun, kehangatan suara itu bukan untuknya. Tetapi, untuk saudara tirinya.

Ia tersenyum kecut sembari mengusap kelopak matanya. Ia terus memasang telinga untuk mendengarkan perbincangan keluarganya.

Baru pulang, Kak? Ke mana aja?

Pasti cape, kan baru pulang?

Setelah ini istirahat aja ya, sayang. Mama udah bikinin makan malam buat kamu sama Papa.

Mereka saling berbincang dengan kehangatan yang menyelimutinya. Gadis ini terdiam sembari mengelus dadanya sendiri.

"Andai, itu buat aku. Bukan buat kak Akasa," gumam Alora dengan membanting kuasnya.

Langit yang semakin gelap dengan adanya taburan bintang dan bulan yang menyala di atas sana. Gadis ini terisak dengan dadanya yang terasa sesak dan perih mendengar itu semua.

Tak lama setelah ia menguatkan dirinya sendiri, seorang laki-laki menghampirinya dan duduk tepat di sampingnya. Ia memandangi kolam ikan yang ada di depannya tanpa melirik laki-laki yang duduk di sampingnya.

"Ra, lo sakit gue ada di rumah ini?" tanyanya.

Merasa tertarik dengan pertanyaan yang laki-laki ini keluarkan, Alora menolehkan kepalanya sekilas.

"Jawab, Ra."

Alora menarik nafasnya sejenak dan tersenyum. "Kalau aku bilang iya, kamu tetap ada di rumah ini 'kan? Terus, aku harus bilang apa lagi, Kak."

Laki-laki ini mengusap lengannya sendiri dengan tatapannya terus menatap wajah putih nan pucat gadis itu.

"Lo ingat dengan kejadian dulu? Jangan lupa, Ra. Kita udah kenal lama sebelum akhirnya mama gue nikah sama papa lo."

Alora menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Aku nggak lupa dengan dulu."

"Gue cinta sama lo sampai sekarang, Ra."

Deg

Jantung Alora berdetak lebih kencang, ia tak menyangka Akasa akan berkata seperti itu dengan mengungkapkan perasaannya kembali. Perasaan yang dulu pernah tak di dengar dan hilang seiring berjalannya waktu. Namun, sejak bertemu lagi, perasaan itu kembali tumbuh tetapi dengan rasa yang berbeda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MIMPI ALORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang