꧁•⊹٭𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶٭⊹•꧂
🌔🌔🌔🌔"Sedang berdamai dengan kenyataan yang tidak bisa diubah."
-Alora Cassia Naiaraluna
Hari sudah berlalu, hari kemarin sudah terlewati walaupun ia harus melewatinya dengan menangis. Keputusan Gyan tidak bisa ia bantah lagi. Alora percaya, mungkin ini adalah takdir keluarganya. Alora juga berprasangka baik, bisa saja dengan Gyan menikah lagi, ia bisa mendapatkan kasih sayang yang tulus dari Gyan. Ia akan berusaha menerima kenyataan yang tak bisa ia ubah.
Hari ini adalah hari libur. Alora hanya menghabiskan waktunya di rumah bermain bersama Luna, kucing kesayangannya. Ia terus mengusap lembut bulu kucing yang berada di pangkuannya. Bahkan, ia mengajak kucingnya itu berbicara seolah paham dengan bahasanya.
"Semoga kita punya keluarga baru yang baik-baik, ya, Lun," ucap Alora sembari tersenyum. Kucing itu bersuara seolah menanggapi.
Suara ketukan pintu rumahnya membuat Alora menoleh. Ia meletakkan kucingnya itu di karpet. Kemudian ia beranjak untuk membukakan pintu rumahnya.
"Hai, Pa-" Belum selesai melanjutkan bicaranya. Ia terkejut ketika melihat Gyan pulang tidak hanya sendiri. Tetapi ada dua orang lain yang berada di belakangnya. "Papa, sama siapa ini?" tanya Alora polos. Ia lupa bahwa hari ini sang papa melangsungkan pernikahan. Tentu, tanpa kehadiran dirinya.
Gyan menggandeng tangan seorang perempuan. "Kenalin, ini mama Thea," ucap Gyan sembari melirik perempuan itu dengan sudut matanya. Alora menggeleng pelan dan mengedipkan matanya berkali-kali. "Aku nggak salah dengar? Mama?" tanya Alora memastikan kebenarannya.
"Iya, dia mama kamu. Mama Thea namanya," tambah Gyan. Perempuan yang bernama Thea ini mengangguk ramah. "Hai anak cantik, ini Mama kamu."
"Mama aku udah nggak ada," ucap Alora acuh.
Thea terlihat bingung dengan penuturan Alora. Gyan yang mulai paham pun ia hanya menatap tajam anak semata wayangnya itu agar tidak berbicara seperti itu.
"Kenapa, Pa? Benar 'kan?" tanya Alora kepada Gyan.
Gyan hanya berdehem pelan. Kemudian pandangan Alora salah fokus pada seorang laki-laki yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan. Alora membuka mulutnya lebar ia menggeleng tak percaya. Laki-laki itu tidak asing di mata Alora. Dunia sesempit ini kah? Pikir Alora.
"Oh, ini Abang kamu namanya kak Akasa," ucap Thea memperkenalkan anak kandungnya. Terlihat seorang laki-laki yang memakai pakaian serba hitamnya dengan tindik putih melekat di telinga kanannya.
"Hah?" Alora membungkam mulutnya sendiri.
"Ketemu lagi kita," ucap laki-laki itu dengan senyum lebarnya.
"Kalian saling kenal?" tanya Gyan dan Thea kompak dan Alora mengangguk ragu.
Rejeki anak sholeh, untung bisa serumah, batin laki-laki itu dengan penuh kemenangan.
Kenapa harus dia? Ini aku nggak mimpi 'kan? racau Alora dalam hatinya.
"Yaudah bagus kalau gitu, ayo masuk!" ucap Gyan yang kemudian masuk ke dalam rumah diikuti oleh Thea dan Akasa. Sampai Akasa berada di samping Alora, ia berbisik. "Jadi adik gue juga lo sekarang," ucapnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIMPI ALORA
Ficção Adolescente⚠️Follow sebelum membaca! ⚠️Karya orisinil, No Plagiat! Sebuah tangan besar menampar cukup kencang pipi Alora. "ALORA CASSIA! MAU JADI ANAK PEREMPUAN NAKAL KAMU? JALAN SAMA LAKI-LAKI LAIN TANPA SEIJIN PAPA DAN PULANG TERLAMBAT BEGINI!" Tamparan ke d...