08: Hilang Kepercayaan

156 109 46
                                    

꧁•⊹٭𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶٭⊹•꧂

🌔🌔🌔🌔

"Kenapa aku selalu disalahkan di rumah ini? Aku nggak sekotor itu, Pa."

-Alora Cassia Naiaraluna-

Hari ini hari yang ditunggu oleh seorang gadis yang sedang membaca novel di taman sekolahnya. Bagaimana tidak? Pasalnya, gadis itu akan mendaftar ekstrakurikuler favoritnya. Apalagi kalau bukan melukis.

Dengan semangat yang menggebu-gebu, ia sedikit tergesa-gesa menutup buku novelnya lalu beranjak menuju ruangan lukis. Semalam, ia mendengar kabar dari sosial media sekolahnya bahwa pendaftaran ekstrakurikuler akan dibuka tepat hari ini.

Telapak tangannya mengepal sembari mengetuk pintu kaca berkali-kali. Seseorang menjawabnya dari dalam ruangan itu menyuruhnya untuk masuk ke dalam. Gadis itu membuka pintu secara perlahan lalu menghadap ke seorang laki-laki yang sedang berdiri membelakanginya.

Dengan kepala menunduk gadis itu berkata, "Kak, daftar," ucapnya singkat.

Laki-laki itu membalikkan tubuh kekarnya. Terlihat wajah datarnya, namun justru akan menambah ketampanannya. Ia berdehem pelan lalu mengarahkan telapak tangannya agar gadis itu duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Nama lo siapa?" tanya laki-laki itu.

Alora yang baru saja duduk di sofa itu mendongak. Dengan ragu Alora menatap manik mata tajam laki-laki itu. "Alora, Kak."

"Alora? Nama lengkap?" tanyanya lagi.

"Alora Cassia Naiaraluna," ucap Alora mengeja namanya setiap kata agar laki-laki itu langsung paham dengan nama panjangnya itu.

"Kak Kanez, emang daftarnya sama Kakak, ya?" tanya Alora pelan dan Kanezka mengangguk.

Bukan pertama kalinya Alora melihat manusia seperti Kanezka. Ini keempat kalinya ia bertemu dan berhadapan langsung dengan Kanezka. Tentu, perasaan gugup dan takut terus mengalir di tubuh Alora.

"Iya, Ra. Sama gue," jelas Kanezka.

"Udah berapa kali lo terlambat?" Pertanyaan Kanezka secara tiba-tiba membuat Alora berpikir sejenak. Mengapa Kanezka bisa bertanya seperti itu dengannya.

Setelah Alora paham dengan pertanyaan itu, Alora menggeleng pelan. "Sekali aja," ucap Alora apa adanya.

"Lo nggak bercanda mau daftar ekstra lukis?" tanya Kanezka seolah mengintrograsi gadis yang berada di depannya.

Alora menggeleng cepat. "Serius, emang mau belajar."

"Yaudah, minta nomor lo. Gue kabarin kalau udah jadwalnya!"

Kanezka menyodorkan handphone nya di hadapan Alora. Dengan tangan sedikit bergetar, Alora menerima handphone itu dan jemarinya menginput nomor telepon miliknya. Setelah sudah tersimpan, Alora menyerahkan kembali handphone Kanezka.

"Oke, pulang!" perintah Kanezka singkat.

Alora sedikit membuka mulutnya, ternyata ia sedang berbicara dengan manusia sedingin es bak di kutub Utara. Belum lagi wajah datarnya yang seakan ingin menikamnya begitu saja.

"Oke," jawab Alora singkat kemudian ia beranjak meninggalkan ruangan itu.

Gadis ini menyelusuri koridor menuju gerbang sekolahnya. Hari sudah mulai sore, semua orang sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Hanya ada beberapa siswa saja yang masih berada di sekolah.

MIMPI ALORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang