10. Quality Time

102 17 20
                                    

Suara grasak-grusuk itu mengundang perhatian Kai.

Benar saja.

Ada orang yang naik tangga, suara hentakan sepatu heels nya memenuhi ruangan lepas kost-kost an menyerempet apartment sederhana yang kini ditempatinya itu.

Orang itu Seulgi.

Kai memperhatikan sejak gadis itu naik hingga sampai di lantai yang sama dengannya. Melihat wajah merah padam Seulgi serta mata nya yang basah membuat Kai mengurungkan niatnya untuk menegur.

Tetapi begitu mata mereka beradu tatap, Seulgi menghentikan langkahnya, mengusap air mata nya dengan kasar. Kai mulai waspada karena tubuhnya memberikan sinyal kalau gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

Seulgi menghela napas "Gue duluan.."Ucap nya dengan suara pelan, kemudian merunduk dengan begitu tiba-tiba, bukan nya melangkah menuju kamarnya tapi malah merunduk hingga berjongkok, siapa yang tidak kaget? Sontak Kai langsung berdiri mengambil sikap, kedua lengannya sudah berjaga-jaga menyambut Seulgi jika sewaktu-waktu gadis itu menjatuhkan badannya, dengan wajah kaget nya Kai bertanya "Lo gapapa?"

Ternyata Seulgi hanya mau melepas high heels nya.

Namun, jelas sekali kaki gadis itu terlihat lecet.

"Gi, kaki lo luka!"Tunjuk Kai.

"Kok bisa? heels Lo ga nyaman apa gimana?"Tanya nya.

Seulgi mengusap wajahnya, menyibak rambutnya yang mau menutupi pandangan matanya. Sore itu Kai dan Seulgi saling tatap dengan pandangan yang berbeda. Seulgi menyiratkan ingin menumpahkan semuanya kepada Kai tetapi masih terlihat keraguan, sedangkan Kai menyiratkan rasa penasaran yang tinggi melihat gelagat gadis itu yang aneh.

Melihat Seulgi yang terlihat gelisah, sesak dan tidak sanggup merespon pertanyaannya, Kai akhirnya meminta Seulgi untuk duduk terlebih dulu "Duduk dulu, duduk."Kata nya sambil mengarahkan Seulgi untuk duduk di kursi.

Benar saja, Seulgi langsung membekap wajahnya dengan kedua tangan, langsung menjatuhkan tubuhnya ke sandaran kursi. Bahunya bergetar kecil.

Kai jadi bingung harus bagaimana. Dilain sisi, dirinya memang canggung dengan Seulgi. Apalagi di situasi seperti ini.

Tetapi tangan Kai bergerak sendiri untuk memberikan tepukan pelan di pundak Seulgi, hati nya tergerak untuk menenangkan gadis itu. Ditengah pikirannya yang bingung harus bersikap seperti apa, tetapi anggota tubuhnya malah bergerak sendiri tanpa menunggu instruksi dari pikiran nya.

"Gue dicopet, Kai! gue dicopet.."Adu Seulgi disusul dengan isakan yang kuat.

Kai memutar duduknya menghadap Seulgi sepenuhnya, menatap gadis itu yang semakin kacau dengan pandangan marah dan kaget, marah kenapa hal jahat itu terjadi kepada Seulgi yang tidak seharusnya merasakan hal jahat begitu, pikiran Kai langsung menjurus kepada kaki yang lecet, kini pemikirannya buyar, membayangkan hal yang tidak-tidak "Anjing! Dimana Gi kejadiannya? kasih tau gua dimana."Desak Kai yang sudah emosi.

"Jangan bilang kaki lo lecet karena di apa-apa in?"

Seulgi menggeleng lemah "Engga.."

Mengembuskan napas leganya. Kai memberanikan diri meraih tangan Seulgi, menarik pelan kedua tangan yang membekap wajahnya itu hingga Kai dapat melihat wajah yang basah berderai air mata.

Seulgi membuang napas nya yang sedari tadi seakan tertahan di dada "Duh.."Seulgi mengepalkan tangannya yang ada di genggaman Kai, hingga di detik berikutnya kepalannya merenggang disebabkan oleh tangan hangat Kai yang sedikit memberinya kekuatan dan ketenangan.

"Semua hilang, barang penting gue hilang.."Ucap Seulgi memberitahu dengan napas yang sudah teratur kembali.

Kai sadar, melepas genggamannya yang lancang "Maaf, tapi kenapa bisa gitu..Lo dimana? ga ada yang bantuin?"

DESTINY OF HATE (sestal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang