19. The Truth

6.6K 492 41
                                    

₊˚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

₊˚. 🦢 ₊˚.

"Ada perlu apa anda memanggil saya?"

Baru saja tiba, Alister menaikkan satu alisnya melihat ruang kepala sekolah ternyata ramai, sepertinya bukan hanya dirinya yang di panggil kemari.

"Oh.. pemimpin asli sekolah sudah tiba..." ujar Damian tersenyum melihat kedatangan Alister membuat Chintya, Raven, Ana, Antariksa serta Lucian ikut menoleh.

"My daughter couldn't possibly do that...

"I won't be able to rest until you bring this case to justice!"

Pandangan Alister teralihkan melihat seorang wanita berpakaian lusuh menangis memohon kepada kepala sekolah di dampingi suaminya. Kepala sekolah menghela nafas, berusaha menenangkan pasangan yang berasal dari Iran tersebut, mereka jauh-jauh datang kemari berusaha meyakinkan kalau putri mereka tidak bunuh diri, kasus satu tahun yang lalu, putri mereka satu-satunya, Esther.

Anastasia dari tadi mencibir, kurang ajar sekali sepasang orangtua bau tanah dan miskin ini memanggilnya dengan tuduhan kalau ia dan yang lain adalah dalang di balik kematian Esther.

Padahal Ana tadi hendak masuk ke area ballroom untuk berdansa bersama teman-temannya.

"Please calm down, we will help you." ucap Alister mendekat tak tega.

"Alister sebentar k—————"

"Anda tidak sopan. Mereka datang jauh-jauh dari luar negeri, setidaknya biarkan mereka duduk dan minum dulu." potong Alister dengan nada sedingin es membuat kepala sekolah tercekat.

"Come on, let's talk somewhere else. There's no point talking to animals."

"Si bangsat itu ... Hewan? Kita maksudnya?" Ana menatap tak percaya sosok Alister yang baru saja keluar diikuti orangtua mendiang Esther.

"Lain kali anda tidak usah memanggil saya untuk urusan tidak penting seperti ini, menganggu saja." tukas Raven pada Herman, kepala sekolah mereka.

"M——maaf Tuan Muda Lingga, saya tidak bermaksud———— saya juga terkejut tiba-tiba mereka datang kema————"

Tak mendengarkan ucapan Herman, Raven memutar bolamata nya malas lantas berjalan keluar, ia mau berdansa saja dengan Alena. Bonekanya itu pasti kesepian karena menunggunya.

"Woy bentar! Raven lo mau kemana?!" teriak Anastasia di abaikan oleh Raven.

"Udah biarin aja." Damian menghela nafas, lalu melirik ke arah kepala sekolah. "Looks like you're bored with this job heh.." sindir laki-laki bermata biru tersebut membuat Herman panik bukan main melihat tatapan penuh ancaman dari para pewaris keluarga besar.

RETURN OF THE PRINCESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang