HIDUP SERU BELAKANGAN INI

13 2 0
                                    

Selagi mengobrol hangat dengan Rilian, handphoneku tiba-tiba berdering. Oh ini telepon masuk dari Kak Vivie, aku harus angkat dulu.

"Ril, aku angkat dulu yah bentar" kataku menyela pembicaraan kita.

"Iya santai aja, Ra" Jawabnya.

Belum kutempelkan handphone ku ditelinga, sudah ada suara lembut manja dan lucu menyapaku..

"Adeeeeeeeekkkk, giapa dek?"

Kak Vivie ini adalah seorang Dokter ahli syaraf yang bekerja di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Dia cerdas dan mengambil gelar S3 nya di Korea, yup! Negara yang akan kudatangi bersamanya tahun depan untuk sekedar napak tilas tempat-tempat syuting Kdrama favorit. Suaranya yang manja dan lucu tidak seperti usianya, memang begitulah aku mengingatnya.

Sekarang ini dia sudah menginjak 40 tahun dan sudah menikah. Kak Vivie dekat sekali denganku. Kami hanya sesekali berkomunikasi, namun bisa kuikrarkan bahwa dia sudah seperti kakakku sendiri karna aku tidak punya kakak.

Kedekatan kami sulit dijelaskan, karena isinya tidak melulu curhat atau bersenda gurau, namun ada rasa kehilangan bila sudah lama tidak saling menyapa atau mendengar kabarnya. Aku masih menyimpan sisir berwarna kuning darinya. Dibelakang sisir itu ada air yang dilapisi kaca plastik bergambar Belle, salah satu tokoh Disney princess, didalamnya ada pasir glitter dan manik-manik bintang.

Kami selalu sepakat dalam urusan kecantikan dan berdandan. Menyenangkan ada seorang teman untuk berbagi kebahagiaan kecil seperti itu, semisal berdandan bersama atau saling memberi hadiah.  

"Kakaaak, ihh aku lagi ketemu sama temen nih, pakabar? knapa kak?"

"Baek dek.. Adek, bisa cuti gak akhir bulan? ikut kakak yuk ke Bandung. Kakak ada seminar disana, sekalian kita maen nanti. Adek kan udah lama gak pulang-pulang juga. Skalian bantuin kakak dek, ada yang harus kakak urusin kayanya perlu bantuan adek deh."

"Oh gitu, tar aku lihat dulu jadwal ya kak bisa ga aku ambil cuti. Aku emang pengen ke Bandung sih, udah lama juga gak pulang. Tar aku telepon ya kak."

"Iya dek, kali aja ketemu jodoh pas pulang, hahahaha" Kak Vivie berkelakar, memang dia suka menggodaku

"hahaha iyaaa kak, aamiien. Dah ya kak, bye."

"bye dek"

Kumatikan telepon lalu kulihat Rilian tersenyum-senyum.

"Kenapa kamu?" tanyaku padanya

"Enggak" sambil tertawa

"Ehh serius kenapa sih?"

Aku ngotot bertanya, karena tertawa nya membuatku bertanya, apa dia mengejekku, atau apa? Karena aku tahu persis otak randomnya kalau sudah memperhatikan orang lain.

"Enggaaaak Ra, kamu lucu. Ternyata kamu masih sama,"

"Sama apanya sih? aku gak ngomong apa-apa tadi perasaan"

Wajahku mungkin memerah karna malu, untungnya aku pakai blush on berwarna peach, semoga dia tidak tahu aku sedang malu.

"Iya kamu lucu, kamu masih kaya dulu cara ngomongnya, suaranya.., kayaknya kamu udah kembali lagi ke kamu yang dulu ya, Ra, ceria seperti biasanya.."

"Masa sih, emang aku yang dulu gimana?"

Tanyaku penasaran terhadap pandangan dari seorang Rilian.

"Kamu ituu... idungnya terbang ga nih?"

"Nggaklah, emang gimana?"

"Kamu itu wanita yang lucu, mandiri yang bisa menyelesaikan semua permasalahan kamu sendiri, aku lihat dari pas kamu buka bungkus kopi pake gigi. Kamu polos, ceria, buta maps, gak bisa matematika, spontan, dan se-random itu buat jadi wanita. Suara ketawa kamu khas banget bahkan masih ada di kuping aku sampe sekarang. Kamu berisik, tomboy disisi lain kamu feminim, dan kamu gak sabaran"

IT'S YOU! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang