MULTI TAFSIR

23 2 1
                                    

Akhir-akhir ini rasanya tubuhku capek sekali, mungkin aku harus meluangkan waktu ke tempat massage favoritku, Zen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir-akhir ini rasanya tubuhku capek sekali, mungkin aku harus meluangkan waktu ke tempat massage favoritku, Zen. Biasanya aku selalu pijat disana untuk sekedar relaksasi, karna sepertinya tubuhku membutuhkan itu sekarang.

Aku suka sekali saat masuk ke tempat relaksasi pijat. Aroma khas peppermint dan jasmine sangat membuatku rileks. Ditambah lagi instrument yang selalu diputar seperti balinese spa, traditional relaxation instrument dan yang sejenis lainnya. Memang aku akui, akhir-akhir ini aku sedang sibuk-sibuknya sampai lupa waktu untuk diriku sendiri.

Aku ingat dulu saat aku masih menjadi penyanyi, biasanya aku mengambil waktu dua kali dalam satu bulan untuk pergi ke tempat massage. Bukan untuk bermanja-manja, dulu aku sering ke luar kota mungkin 6 kali dalam sebulan dan setiap hari pasti ada saja jadwal manggung. Jadi aku suka ke tempat pijat di sela-sela waktu, saat siang hari. Baru 2 tahun ini aku memutuskan berhenti menyanyi, karena syaraf ku terjepit atau yang orang bilang istilah medisnya adalah Hernia Nucleus Pulposus (HNP).

Sekarang aku sudah tidak bisa terlalu capek, angkat sesuatu yang berat atau bahkan melakukan koreografi yang ringan, rasanya sakit sekali, dan aku harus meminum obat pain killer dan pelemas otot agar rileks. Memang pada awalnya aku belum bisa menerima, karna cita-citaku sangat besar menjadi seorang penyanyi. Namun sekarang, tidak masalah.

Meskipun ribuan impianku gagal, di dalam otakku, imajinasiku, itu semua telah terkabul. Aku masih bisa ber-karaoke atau menyanyi melalui aplikasi karaoke dan menyimpan laguku sendiri setelah di download. Merupakan sebuah kepuasan mendengarkan lagu yang kunyanyikan sendiri meskipun tidak sempurna. Besok-besok akan aku nyanyikan ulang sampai mendapatkan rekaman yang paling tidak, menurutku tidak fals dan feel nya bisa masuk ke lagunya.

                             ***
Rilian belum memberiku kabar lagi pasca kemarin kutolak ajakan makan siangnya. Memang kami bertelepon 1 kali setelahnya dan percakapannya sangatlah singkat. Rilian bilang padaku jadwalnya full hingga hari rabu, itu artinya Ia tidak punya waktu lagi mungkin untuk bertemu denganku di Jakarta karena Ia akan pulang ke Bandung.

Perasaan kehilangan apa ini yang kurasakan? Aku seperti kesepian dan kehilangan sekali, padahal baru beberapa hari ini kami saling menghubungi lagi setelah 12 tahun. Aku kan bukan pacarnya..

Apakah aku memang sudah saatnya memiliki pasangan untuk berbagi hari ya? Sepertinya akan aku "iya" kan saja tawaran Ines soal blind date. Sebetulnya beberapa kali dia menawariku blind date, namun aku selalu menganggapnya bercanda. Tapi sepertinya mungkin akan lebih baik bagiku mengikuti sarannya untuk blind date ketimbang larut dalam perasaan aneh yang selalu kumiliki terhadapnya beberapa hari ini. Aku tidak mau menghitung kelopak bunga hanya untuk latihan matematika mempertanyakan antara apakah dia "suka" atau "tidak".

Mungkin siapapun bisa menduga-duga perasaanku atau Rilian. Namun sejak hari pertama berkenalan dengannya, selama ini hubungan yang kami miliki adalah sebagai seorang sahabat yang baik yang selalu berlandaskan saling menghargai. Terlihat dari berapa banyak kontak fisik yang kami lakukan. Bisa terhitung jari kami hanya melakukan jabat tangan itu saat bertemu dan berpisah, lalu saat aku memegang lengannya untuk menahannya dari amarah saat mau memukuli Rangga, selain itu Rilian hanya mengusap kepalaku sekali saja saat perpisahan kami terakhir.

Dia adalah orang yang berada disisi itu.. Menghargaiku dengan tidak menyentuhku.

Kami tidak pernah rangkulan sambil membeli eskrim, tidak juga bergandengan tangan untuk saling membahasakan kasih sayang. Dia menyayangiku dengan melihatku bahagia, meski dia sakit kala itu. Dia tidak ingin memilikiku, begitupun aku.

Namun jika ada sebuah ruang, aku hanya ingin dia selalu ada disisiku seperti dulu meskipun hanya saling bertukar pesan berbicara obrolan receh dan obrolan sampah lainnya.

Seandainya dia bertanya apakah aku masih membuka bungkus kopi menggunakan gigi? Ingin rasanya aku menjawab bahwa sepertinya sekarang lebih dari itu, aku memotong lakban untuk membungkus paket menggunakan gigiku. Kenapa dia memperhatikan hal yang sekecil itu tentang diriku sementara aku pun tidak sadar.

Kami ini, Aku dan Rilian, tidak pernah sama sekali bilang rindu satu sama lain. Ia bukan milikku dan akupun bukan miliknya, namun kami selalu terhubung oleh ikatan yang aneh.

Ya, mungkin dia adalah cerminku, dia adalah aku..

"Beep"

pesan baru masuk ke handphoneku dan bergegas kubuka dengan harapan itu dari Rilian.

"Dek, gimana bisa cuti?"

Oh ternyata Kak Vivie yang mengirimiku pesan, kupikir Rilian. Aku lupa mengabarinya bahwa atasanku telah memberiku izin cuti, tidak lupa.. cuti beserta pekerjaan. Ya, Setiandari, atasanku itu saking sayangnya kepadaku selalu memberiku pekerjaan ekstra untuk dilakukan.

Aku tidak bilang aku benci dia, yahh.. mungkin kadang-kadang.. hanya saja aku adalah anak emasnya. Begitulah cara mengungkapkan rasa perhatiannya padaku. Aku panggil dia dengan sebutan Madam atau Mam.

"Iya kak ayok kita ke Bandung, aku udah bisa cuti nih, cuman ada kerjaan yg harus aku bawa hahahaha"

"Asyiikk, ayukk dek tgl 29 kita berangkat ya! mwahh 💋"

"See youuuu kakk, mwahh"

{hening....}

Aku bukan lagi remaja yang sedang merasakan patah hati tapi obrolanku mulai melantur..

Dan untuk sekarang ini, aku tidak akan menyangkal..

Aku memang rindu..

IT'S YOU! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang