LOVE ALARM

14 2 1
                                    

Pertemuanku dengan Ardhika berlangsung sangat cepat, meskipun memakan waktu dari sore hingga malam hari pukul 7. Terlalu cepat untuk menceritakan 15 tahun terakhir yang terjadi padaku dan dirinya.

Aku melihat Ardhika menghabiskan waktunya selama 15 tahun terakhir ini dengan hidup normal dalam versiku. Hidupnya sepertinya tidak ada lonjakan roller coaster atau pasang surut kagalauan remaja. Dia seperti bisa mengatasi perubahan emosinya sendiri. Tapi aku tidak tahu kebenarannya karena Ardhika sangat sulit ditebak.

Aku jadi teringat Ardhika pernah bertemu denganku sekali sewaktu aku duduk di bangku SMA. Kami pernah bertemu di salah satu Mall di kota Bandung. Saat itu Ardhika menghampiriku yang sedang berjalan sendirian di Mall, sambil memanggil namaku. Aku pun menoleh dan aku melihat sosok Ardhika sewaktu SMA. Di belakangnya ada sosok gadis berambut ikal panjang yang menemaninya, mungkin pacarnya.

Setelah bersalaman, aku pun bersikap seolah terburu-buru pergi dengan langkah kaki yang cepat tanpa dia berhasil meminta nomor teleponku.

Memang pasca kelulusan SMP, aku menghindar darinya karna dia masih bersama Erina. Aku lebih memilih untuk pergi dan melanjutkan hidupku, mengolah perasaanku sendiri dan berlalu tanpa sempat berpamitan sejak SMP.

Di kala pertemuan di Mall itu, aku sudah bersama Rangga. Rambutku sudah kupotong pendek dan memakai jaket jeans pudar ke sekolah. Ya, benar kala itu Rangga sudah melakukan kekerasan baik mental maupun fisik padaku.

Tidak adil rasanya aku melihat cinta pertamaku bersama gadis lain sementara aku sedang nelangsa. Sepertinya akan adil jika Ardhika melihatku sedang berjalan bersama Rilian, ketimbang aku pergi sendirian.

Kukembalikan motor Ratna yang kupinjam sambil menghabiskan waktu bercengkrama dengan keluargaku, lalu pulanglah aku ke Hotel pukul 11 malam untuk menginap dengan Kak Vivie. Kami mengobrol lagi hingga jam 3 dini hari.

Perasaan yang kurasakan membuatku sulit tidur, entah perasaan senang, sedih, atau euphoria semata. Aku memikirkan Rilian dan Ardhika dalam waktu yang bersamaan. Apakah mungkin seseorang bisa menyukai dua orang di waktu yang sama?

                                ***
Hari berlalu dimana aku menghabiskan waktu seharian penuh bersama Kak Vivie. Dia bisa membuat duniaku berhenti sesaat seperti sedang berkunjung ke Disney Land. Kami bermain, tertawa, makan yang banyak, bercerita sampai hari petang, melihat pernak pernik yang menyilaukan mata, cukup sibuk untuk memikirkan Rilian dan Ardhika.

Keesokan harinya di siang hari, aku menerima tawaran kak Vivie untuk membantunya menjadi Mistery Guest atau Mistery Shopper di salah satu tempat bisnisnya.

Tugasku adalah menjadi pengunjung biasa yang mencatat setiap kekurangan men-detail mengenai karyawan, sistem pelayanan, dan lainnya yang lebih terperinci. Boleh lah untuk menambah uang saku ku membeli sprei baru dirumah.

"Ra, aku otw ya, kamu santai aja siap-siapnya.."

Pukul 6.30 Rilian mengirim pesan menandakan dia siap menjemputku.

"Iya aku udah mandi kok, bentar doang siap-siapnya"

Jawabku santai, tapi bohong. Sebetulnya aku memerlukan waktu lebih lama untuk memilih baju ketimbang memulas makeup di wajahku. Karna dia Rilian.

Seingatku, aku tidak bisa menggunakan baju berkancing didepannya karena dia takut kancing. Dia akan lebih terhibur jika aku menggunakan warna warni ketimbang aku memakai warna hitam. Karna hitam itu warna nya.

Pukul 7 aku turun ke lobby dan berjumpa dengannya yang duduk santai di sofa sambil memainkan handphonenya. Rambutnya sedikit berubah. Mungkin Ia habis bercukur sebelum menjemputku, karna aku masih bisa melihat jejak semprotan vitamin rambut yang mengkilat dan menempel di rambutnya. Ia bersinar..

IT'S YOU! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang