Hari berikutnya nya pun tiba...
Setelah Hendra menunaikan sholat subuh di kos'an, ia kembali melanjutkan tidur nya karna masih di selimuti rasa lelah. Berbaring di kasur nya dengan penuh ketenangan tanpa memikirkan masalah yang akan ia hadapi hari ini,yakni mencari lowongan pekerjaan.
Ketenangan tidur nya pun terusik ketika ada bunyi ketukan dari depan pintu kos'an, ketukan pertama masih hendra hiraukan, ketukan kedua mulai mengusik tidur nya, hingga ketukan yang ketiga membuat nya harus beranjak dari tempat tidur.
"Siapa sih orang mau bertamu pagi-pagi gini" Gumam hendra, padahal jam sudah menunjukan pukul enam lewat dua puluh sembilan menit. Berjalan lambat menuju pintu depan dengan masih di selimuti rasa kantuk.
Gagang pintu pun berhasil hendra raih, kemudian ia tarik pintu pun terbuka. Terlihat di depan mata hendra seorang wanita yang berjalan meninggalkan kos'an, seperti nya ia menganggap tidak akan ada balasan.
"Mbak, ada apa ya pagi-pagi kesini?" Nada bicara hendra pun ia tinggi kan agar wanita itu bisa mendengar dari jarak yang sedikit jauh dengan hendra, wanita itu berbalik dan nampak sedikit terkejut kemudian ia berjalan menghampiri hendra dengan kepala sedikit menunduk mungkin dia pemalu.
"AS. Assalamualaikum, ka!" Salam wanita itu.
"Wa'alaikumsalam, ada apa ya mbak pagi-pagi gini?" Hendra mengulangi pertanyaan nya, wanita itu pun menyerah kan sesuatu yang tersimpan di dalam plastik putih yang ia bawa.
"Ini ada titipan dari bu RT buat ka, hen... dra?" Hendra terdiam mematung, ternyata wanita cantik yang ada di depan nya saat ini adalah wanita yang ia temui malam tadi di rumah pak joko. Yang membuat hendra terkejut dari mana ia tau dengan nama hendra.
"Duh makasih banyak, tapi tolong bilangin ke bu tuti, ngga perlu repot-repot" Hendra pun menerima nya, namun hati nya merasa tidak enak.
"Kata bunda, itu buat balas budi ke kak hendra karna udah nolongin bunda" Dugaan hendra benar, ternyata wanita itu adalah anak dari pak joko dan bu tuti.
"Ma, makasih banyak yah kak, sudah nolongin bunda." Wanita itu tersenyum? Hendra tak dapat memastikan karna ia sedikit menundukan kepala nya mungkin malu.
Seperti nya bu tuti menceritakan semua kejadian yang ia alami kemarin kepada anak nya.
"Iya sama-sama, mbak nama nya-"
"Asma kak, panggil asma aja jangan mbak." Sela nya dengan mengangkat kepala nya yang ia tundukan ketika ia tanpa sengaja memberi tau nama nya.
Mata nya yang begitu indah dengan kulit putih susu dan terdapat kemerahan di pipi nya, nama wanita ini adalah Asma khairunnisa dengan hijab yang menutup rambut nya. Dengan pakaian gamis syar'i yang menawan indah.
Walaupun Asma terlahir dari keluarga yang biasa dan hidup di tengah-tengah kota, yang notabene nya jarang sekali ada wanita yang memakai hijab. Tapi ia justru menggunakan hijab untuk menutupi aurat nya sebagai seorang perempuan.
"Lagian ka hendra hendra kan lebih tua satu tahun dari pada asma," Asma melanjutkan. Hendra sekarang terkejut bagaimana ia yakin dengan itu, apakah bu tuti menceritakan tentang diri nya kepada Asma.
"Eh iya Asma sama-sama nama nya manusia kan harus saling tolong menolong." Tutur hendra ikut tersenyum membalas senyuman asma, rona wajah asma pun berubah menjadi merah merona ketika hendra memanggil nama nya.
"Ya... Ya udah deh kak, A....Asma pengen pulang dulu. Assalamualaikum." Dengan tergesa-gesa asma pun pergi dengan suasana hati nya yang tidak bisa hendra tebak.
"Wa'alaikumsalam," Balas hendra melihat asma menjauh dari pandangan nya. Hendra terkekeh melihat sikap asma.
"Jarang-jarang ada cewe kaya dia." Kemudian kembali masuk ke dalam kos, merasa cacing yang ada di perut nya seperti nya sudah mulai demo dengan segera ia pun mengeluarkan sebuah tupperware yang ada di dalam plastik putih yang baru saja asma berikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/355427801-288-k840676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Anak Rantau
RomanceHutang besar yang menimpa keluarga Hendra al azhar mengharuskannya untuk merantau menuju kota cakawala dan berkerja disana. Karna sifat nya yang suka membantu membuat nya disukai banyak orang,hingga sifat baik itu membuat satu persatu wanita mulai...