KELUARGA

34 12 4
                                    

Tiga hari berlalu semenjak Hendra mulai bekerja di Senandung Cafe. Malam ini, terlihat Hendra yang baru saja mengantar kan sebuah pesanan di meja nomor 14 pergi ke dapur dan mengistirahatkan diri dari banyak nya para pelanggan yang datang.

"Gimana tiga hari nya di sini bro?" Tanya Radikta yang datang menghampiri Hendra lalu duduk di samping nya, Hendra terkekeh.

"Mantap Ta, lumayan banget buat gua nyari kerja tambahan." Radikta tersenyum senang.

"Untung dah bro kalo gitu, moga aja hutang-hutang keluarga lo cepet lunas."

"Aamiin." Sebenarnya Radikta bisa saja menyumbangkan harta nya untuk membantu Hendra melunasi hutang yang menimpa nya jika Hendra menerima bantuan dari yang Radikta berikan, tapi Hendra justru menolak nya. Sudah hampir di sepanjang hidup nya Radikta membantu Hendra dalam hal ekomomi dari awal mereka bertemu.

Dan kini ia tak ingin lagi merepotkan Radikta dalam masalah keluarga nya, Hendra sudah bertekad untuk menyelesaikan urusan keluarga nya dengan tangan dan jerih payah nya sendiri dan menjadi penanggung keluarga menggantikan sang ayah.

"Yaudah ta, kuy kerja lagi," Hendra bangkit dari duduk nya kemudian di susul oleh Radikta.

"Semangat!" Ucap Radikta kemudian membuat tos kekuatan dengan Hendra.

Hendra dan Radikta pun keluar dari dapur kemudian kembali menerima pesenan para pelanggan yang kunjung bertambah, ia menjadi barista yang mencatat dan mengantar pesanan para pelanggan, terdengar sederhana tapi pekerjaan itu juga perlu ke terampilan.

"Mau pesan apa kak?" Tanya Hendra siap mencatat pesanan di meja nomor 11 yang di isi 3 orang perempuan dengan kisaran anak SMA, mata ketiga wanita itu terpaku kepada Hendra membuat nya menghembuskan nafas panjang lagi.

"Mau pesan apak kak?" Hendra mengulang.

Salah satu dari mereka pun menepuk bahu satu teman nya untuk menjawab pertanyaan yang Hendra ajukan tanpa sedikit pun membuang pandangan nya dari Hendra.

"Eh... a, anu, milky latte satu... Sama cappucino espreso dua."

"Milky latte satu, sama cappucino espreso dua, ada yang lain?" Wanita itu menggeleng pelan sebelum akhirnya salah satu dari mereka berkata kepada Hendra.

"Anu.. Sama milk tea satu." Satu teman nya menoleh pada nya.

"Buat siapa?"

"Buat Elsa lah," Wanita itu terdiam bingung. Seolah otak nya berhenti berkerja hingga wajah nya menunjukkan ekspresi terkejut.

"Eh iya sama milk tea satu kak!" Serasa tak ada lagi yang tertinggal Hendra pun pamit meninggalkan meja nomor 11 tersebut.

"Di tunggu ya kak," Senyum tipis yang Hendra lontar kan tepat sebelum ia pergi. Sudah membuat tiga wanita itu salah tingkah, dan dengan hembusan pasrah ia berjalan ke meja berikut nya.

"Sabar aja bro, emang gini jadi nasib twentyone king." Tutur Radikta ketika berselisih dengan Hendra ia pun hanya tersenyum masam membalas Radikta.

"Nasib... Nasib..."

Milky latte, cappucino espreso, dan milk tea yang ada di nampan kini Hendra bawa kan menuju meja nomor 11, yang kini di sana sudah di isi oleh empat orang wanita dari yang sebelum nya hanya 3 orang.

"Milky latte satu, cappucino espreso dua, sama milk tea satu kan?" Ketiga wanita itu berebut menjawab.

"Iya.. Kak." Hendra pun meletakkan satu persatu minuman yang mereka pesan di meja dan dengan antusias ketiga wanita itu berebut untuk bisa modus berpegangan dengan Hendra, hingga minuman. Milk tea terakhir di letakan di hadapan seorang wanita yang terlalu fokus dengan gadget nya menghiraukan bHendra.

Tanah Anak RantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang