Hendra membuka perlahan kedua mata nya yang terkena sinar matahari dari tembusan jendela kamar.
"Bangun juga kau akhir nya." Hal yang pertama Hendra dengar adalah suara seorang bapak dengan logat khas Batak, Hendra menoleh ke sumber suara.
"P-pak Dodi?" Hendra memincingkan mata, meyakinkan orang yang tengah duduk di samping kasur nya adalah pak Dodi.
"Kok pak Dodi bisa ada di-"
"Jangan banyak tanya dulu kau, nih minum." Sela Pak Dodi menyodorkan segelas teh hangat.
Ingatan Hendra yang masih terasa abu-abu menerima saja segelas teh dari pak Dodi.
"Gimana, udah enakan?" Hendra mengangguk.
"Jadi malam tadi saya kenapa, pak? Kok badan saya agak-agak sakit?"
"Astaga, kau benar-benar lupa kejadian tadi. Malam?" Kepala Hendra menggeleng, benar-benar lupa apa yang ia alami malam tadi.
"Semalam itu kau habis berkelahi sama maling, tapi sayang kau kalah."
"M-maling?" Sekelibat ingatan muncul di kepala Hendra.
"Hebat. Hebat... Gue akui lo hebat, Hendra."
"Nggak usah sok-sok an jadi pahlawan lo."
Hendra termenung memikirkan semua kejadian yang ia alami terasa begitu cepat.
Maling yang ia hadapi hampir tiap malam mengingat kan nya dengan laki-laki jakung yang ada di rumah pak RT waktu itu.
"Kayak nya saya tau siapa maling nya, pak." Manik mata pak Dodi membesar mendengar ucapan Hendra, dengan cepat beliau mendekat kan kursi nya.
"Siapa, Hen?" Hendra menelan ludah kasar sebelum menjawab.
"Saya nggak tau nama nya, tapi dia itu orang yang iku-"
Pintu kontrakan Hendra di ketuk, menyela ucapan nya. Pak Dodi bangkit dari kursi, memeriksa pintu.
"Assalamualaikum, pak Dodi.'' suara lembut mengalun indah di kedua telinga nya.
"Kak Hendra nya, ada?"
"Wa'alaikumsalam, kebetulan kau datang Asma. Kau bawa makanan tidak buat Hendra."
"Alhamdulillah bawa pak, nih." Asma menunjukkan kantong plastik yang ia bawa.
"Bentar, biar bapak kasih tau." Asma mengangguk ringan, ia pikir pak Dodi akan pergi ke kamar Hendra yang tak jauh dari pintu depan, tapi ternyata.
"Hendra, ini calon bini kau datang!!!"
Teriak pak Dodi dari tempat beliau berdiri yang terdengar sampai kamar Hendra.
"Siapa pak?!" Hendra balas berteriak.
"Biasa, anak pak RT!" mendengar itu Hendra tersenyum tipis, berbeda dengan Asma. Wajah nya tampak memerah malu, jika saja ia tidak menundukkan kepalanga, mungkin om-om kumisan satpam itu bisa tau perubahan di wajah Asma.
"Sini ikut bapak" Dengan segera Asma mengekori pak Dodi kedalam, ini kali pertama nya ia masuk kontrakan Hendra.
Sorot mata Asma menangkap sosok Hendra yang terduduk di atas ranjang, dan badan agak lebam. Pak Dodi membiarkan Asma duduk di bangku yang ia tempati, sementera beliau bersandar di daun pintu kamar.
"As.. Assalamualaikum kak."
"Waalaikumsalam"
"Kata ayah tadi. Malam kak Hendra habis kelahi sama maling yang ada di komplek kita ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Anak Rantau
RomanceHutang besar yang menimpa keluarga Hendra al azhar mengharuskannya untuk merantau menuju kota cakawala dan berkerja disana. Karna sifat nya yang suka membantu membuat nya disukai banyak orang,hingga sifat baik itu membuat satu persatu wanita mulai...