Masalah yang terus meneror komplek mekar sari akhir nya berakhir, dengan bantuan Hendra berpartisipasi besar dalam menangkap maling. Si dalang berhasil di masukan ke jeruji besi, ya walaupun akhir nya Hendra harus di larikan ke rumah sakit.
Melakukan perawatan intensif selama dua minggu jelas mahal, tapi dengan senang hati para warga memberikan sumbangan untuk biaya Hendra. Warga mana yang tak tau rasa terimakasih setelah masalah yang ada di tempat mereka berhasil di singkirkan.
Sudah hampir satu minggu, tapi ruangan Hendra tak pernah kosong dari pembesuk yang datang. tak terkecuali Asma yang tak pernah absen untuk datang membawa makanan.
Hari ini kunjungan nya bu Nisa, bersama beberapa murid sekolah Putri, Seli, dan lain nya. Mereka tampak antusias bisa membesuk Hendra, karna sudah satu minggu Hendra absen dari tugas nya.
"Nanti kalo sudah di ruangan nya kalian jangan berisik ya," pesan Bu Nisa yang di jawab mereka serempak.
"Iya... Bu!" Bu Nisa tersenyum, kini posisi mereka berada tepat di depan pintu dari ruangan Hendra. Bu Nisa mengetuk pintu ruangan berharap ada yang membuka, lebih tepat nya Bu Nisa ingin Hendra langsung menyambut mereka.
Harapan Bu Nisa pupus ketika yang membuka bukan Hendra, tapi perempuan cantik yang mengenakan khimar, siapa lagi kalo bukan Asma.
Asma melontarkan senyum kepada bu Nisa dan pada anak-anak lain nya, menyambut mereka dengan hangat.
"Bu Nisa ya?" Tanya Asma meyakinkan.
"Iya, saya Nisa." Dengan ramah Bu Nisa membalas mereka tampak menjadi dekat dalam sekejap.
Asma membuka lebar pintu ruangan mempersilahkan mereka semua masuk, para murid yang tak sabaran untuk bertemu Hendra masuk lebih dulu membuat Bu Nisa menghembuskan nafas pasrah.
Asma terkekeh kecil menepuk pelan pundak Bu Nisa, "sabar bu nama nya juga anak-anak."
"Iya," Bu Nisa masuk dengan mengekori Asma di dalam sana. Tak hanya Asma, tapi ada Nadhira yang ikut membesuk menemani sepupu nya, Asma.
"Kak Hendra gimana kabar nya?!"
"Bang Hendra menang gak lawan maling nya?!"
"Sakit nggak kak?!"
"Ajarin cara tarung dong kak."
Ribuan pertanyaan dari tiap anak menghujami Hendra, ia terkekeh pelan membalas satu persatu.
Nisa dan Asma hanya tersenyum melihat pemandangan itu, kemudian Asma berjalan mendekati Nadhira bersiap pulang.
"Kak Hendra, Asma sama Nadhira pulang dulu ya. Mau ngerjain tugas kuliah," pamit Asma yang di ikuti Nadhira berdiri dari duduk nya.
Hendra menatap kedua perempuan itu. "hati-hati, makasih udah mau jenguk lagi," tutur Hendra.
"Jenguk lagi? Memang nya udah berapa kali dia kesini?" Batin Bu Nisa penasaran.
"Tapi kalo di lihat-lihat sih wajah perempuan tadi mirip sama Hendra, oh mungkin adik nya Hendra," sambung nya lagi.
Asma mengucap salam, di ikuti Nadhira lalu mereka melangkah pergi. Sorot mata Hendra beralih menatap wanita dewasa berumur 23 tahun, Nisa.
"Ibu Nisa gimana kabar nya? Makasih sudah mau jenguk saya."
"Kebalik, Hendra. Harus nya saya yang nanya kabar, kamu gimana kabar nya?"
"Alhamdulillah bu, tuhan masih beri saya umur."
"Heh ngomong nya, kaya mau ngasih wasiat aja," canda nya Nisa.
"Kak Hendra! Kak Hendra! Tau nggak kenapa kami jadi ngejenguk kakak? Itu gara-gara bu Nisa loh maksa kami buat di temeni~" tukas seorang siswi yang di bungkam paksa Nisa.
![](https://img.wattpad.com/cover/355427801-288-k840676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Anak Rantau
Roman d'amourHutang besar yang menimpa keluarga Hendra al azhar mengharuskannya untuk merantau menuju kota cakawala dan berkerja disana. Karna sifat nya yang suka membantu membuat nya disukai banyak orang,hingga sifat baik itu membuat satu persatu wanita mulai...