DALANG?

17 6 2
                                        


Motor PC-X yang Hendra Kendarai dengan Asma memacu kecepatan sedang keluar dari komplek mekar sari.

"Nanti Asma beritahu jalan ke madrasah nya kalo kita udah keluar komplek," tutur Hendra kepada orang yang ada di belakang nya, Asma.

"Iya kak... Anu kak, maaf jadi ngerepotin gini." Ucap Asma dengan perasaan bersalah memenuhi wajah cantik nya yang terbalut khimar indah nya.

"Enggak papa... Lagian saya senang bisa bantu Asma, hitung-hitung balas budi ke Asma gara-gara udah mau ngirimin saya makanan," ujar Hendra lagi.

"Eh... Makasih banyak ka."

"Iya sama-sama, ngomong-ngomong ini jalan nya kemana?" Kini mereka sudah keluar dari komplek mekar sari dan mulai menyusuri kota Cakawala di malam hari, mengikuti arahan Asma untuk menuju madrasah tahfizh yang letak nya ada di pusat kota Cakawala.

Madrasah At-tanwir merupakan sekolah anak yang belajar mengaji atau bahkan menghafal kitab suci umat islam, al-quranul karim.

Sekolah islam anak terbesar di cakawala yang di bangun oleh almarhum dari ayah nya Guru Jamaluddin as-shayuthi dan kini di pimpin oleh beliau sendiri mengganti kan sang ayah.

"Asma udah lama ngajar di situ?" Tanya Hendra.

"Baru... Tiga bulan sih kak, tapi Alhamdulillah Asma di sukai sama anak-anak," balas nya.

"Wah bagus tuh, berarti aura keibuan Asma tinggi." Puji Hendra sederhana tapi membuat orang yang di puji wajah nya bisa menjadi merah semerah tomat.

"K,kak Hendra bisa aja, kebetulan aja anak-anak yang Asma ajarin pada nurut," elak Asma.

"Ngomong-ngomong kak, Nadhira pernah cerita kalo kak Hendra pernah nyelamatin dia waktu ada maling di rumah nya, ya?" Asma dengan segera mengganti topik.

"Iya pernah dua hari yang lalu," jawab Hendra.

"Kejadian nya gimana?" Tanya nya lagi.

"Ya,,, gitu." Dengan singkat nan padat Hendra mulai menceritakan kronologi kemalingan di rumah Nadhira dua hari lalu, namun ada hal yang Hendra ketahui di hari itu. Walaupun maling itu tidak dapat mencuri suatu di rumah Nadhira, tapi Hendra sudah berhasil mencuri hati seorang perempuan, Nur Nadhira Zazkia.

"Ini kak madrasah nya." Tepat Asma mengatakan itu motor yang mereka berdua kendarai berhenti di depan bangunan besar dengan cat berwarna hijau kubah dengan jendela-jendela besar terpasang di sana, bahkan Hendra pun bisa melihat sebagian murid yang ada di dalam dari tempat nya menghentikan motor.

"Sekali lagi makasih kak, udah mau anterin Asma kesini," tutur Asma dengan senyum simpul.

"Sama-sama, Nanti kalo mau pulang telfon aja." Rona wajah Asma kembali memerah.

"Ng... Nggak usah kak, nanti ngerepotin," Bela Asma. Belum sempat Hendra membalas ucapan Asma, nama wanita yang mengenakan khimar indah itu di panggil oleh beberapa anak.

"Tuh udah di panggil sama anak-anak," tutur Hendra kembali menyalakan mesin motor.

"Saya pamit, assalamualaikum." Motor PC-X itu melesat pergi tepat setelah perempuan berkhimar yang indah itu menjawab salam.

Lepas beberapa menit akhir nya Hendra tiba di komplek mekar sari lagi kembali ke rumah Pak Joko yang kini di halaman rumah beliau sudah ada 5 motor lebih milik para warga yang menghadiri rapat.

"Rapat udah mulai belum nih?" Hendra bermonolog, tepat setelah turun dari motor ia bergegas ingin memasuki rumah namun tanpa sengaja menabrak remaja yang berpas-pas an keluar dari rumah pak Joko.

"Eh maaf saya nggak sengaja," Hendra menatap wajah remaja itu.

Laki-laki jakung dengan postur tinggi kurus itu hanya menyeringai menatap Hendra, sudah sekitar seminggu lebih Hendra tinggal di cakawala tapi ia belum pernah melihat remaja ini sebelum nya.

Tanah Anak RantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang