DEATH NOTE #5

31 11 2
                                    

WARNING‼️

•no copy⚠️🚫⚠️
•hasil pemikiran sendiri.
•masih pemula jadi wajar kalo ceritanya gak nyambung.
•nerima saran kalian!!!
•typo di setiap bab, tegor aja authornya.

HAPPY READING ALL...
___________________________

Saat ini di sebuah kamar yang lumayan luas, dengan cat biru. Terlihat seorang remaja berusia 15 tahun, Tian. Dirinya sedari tadi hanya dapat terbaring di atas ranjang sembari mengutak atik ponselnya.

'Bagaimana cara mati?' Begitulah teks yang saat ini tertera di kolom pertanyaan google.
Sementara itu google hanya membalas 'ANDA TIDAK SENDIRI, jika anda atau seseorang yang anda kenal mengalami kesulitan, bantuan slalu tersedia setiap saat'

"Huh, bahkan aplikasi lebih peduli sama gue. Ketimbang Mama" ucapnya lirih di barengi dengan  helaan nafas berat keluar dari bibirnya.
"gue...capek..." keluhnya lalu menenggelamkan wajahnya di atas bantal dengan posisi tengkurap.

Tak lama ia kembali menangis saat mengingat ucapan Maya -ibu tian- sewaktu ia baru pulang kerumah.

"Dasar! Anak lemah bisanya cuma sakit sakitan. Dapat menyusahkan saja,huh!"

Begitulah kata yang di lontarkan Maya, saat ia pulang sekolah dengan keadaan maag kambuh.

"Hiks, Tian juga gak mau ma. Kalo harus sakit sakitan kayak gini" lirihnya sembari menangis dengan tubuh tengkurap. Walau sebenarnya Tian tau bahwa posisi seperti ini justru akan membuat dadanya terasa sesak.

"Hah~ hah~ cih dasar lemah" gerutu Tian dengan di barengi memukul mukul dadanya yang semakin terasa sesak. Dengan segera Tian mengacak laci nakasnya untuk mengambil inhaler yang berada di sana.

"Huh~ huh~" setelah menghirup inhaler Tian berusaha untuk menenangkan paru parunya sembari mengusap usap dadanya.
"Lo jangan berulah dong" gerutunya terhadap organ tubuh yang berada di dadanya. Dengan tubuh yang ia sandarkan pada headboard kasur miliknya.

Saat dirinya hendak memejamkan mata dengan samar dirinya dapat merasakan seseorang tengah mengelus rambutnya. Dan saat ini dirinya berusaha untuk tak menangis.
"Bang... iyan capek, kalo iyan mau susul abang boleh gak?" Lirihnya sembari menikmati elusan yang di berikan Charles. Kakak laki lakinya yang telah tiada 6 tahun yang lalu.

"Gak usah buru buru buat nyusul abang, tuhan masih bikin iyan bertahan itu berarti ada sesuatu yang harus iyan selesaikan terlebih dahulu"

Mendengae ucapan Charles rasanya dada Tian kembali terasa sesak. Dirinya benar benar merindukan sosok Charles.

"Abang sayang sama iyan"

Tian tersenyum saat Charles berucap seperti itu dan hal itu di barengi dengan sosok Charles yang mulai menghilang.

Sebenarnya Tian slaku di buat bingung setiap kali dirinya berpikiran untuk mati pasti sosok Charles akan muncul untuk membuatnya kembali bertahan. Seolah olah Charles belum mengizinkan dirinya untuk ikut bersamanya. Pada awalnya Tian berpikir jika itu hanya ilusinya tapi berselangnya waktu dirinya mulai menganggap itu nyata.

Dan saat ini Tian berusaha untuk menidurkan dirinya. Dan di saat dirinya baru saja akan memejamkan mata. tiba tiba suara teriakan yang berasal dari ruang tamu mengambil itensinya.
"MANA ANAK PEMBAWA SIAL ITU!!!" suara yang tak begitu asing, tapi siapa?

Bruk

Tar

Kini terdengar suara pecahan barang, yang membuat Tian kini akhirnya memutuskan untuk turun.

Death Note [7 suffering bodies]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang