WARNING‼️
•no copy⚠️🚫⚠️
•hasil pemikiran sendiri.
•masih pemula jadi wajar kalo ceritanya gak nyambung.
•nerima saran kalian!!!
•typo di setiap bab, tegor aja authornya.HAPPY READING ALL...
___________________________Kini suasana rumah Maichel sedang di ambang kericuhan, di pasalkan sang pemilik rumah sedang menangis. Entah apa sebabnya.
"Huaaa...hiks...mau..piora...hiks" tangis Maichel menggema di seluruh ruangan yang berada di dalam rumah tersebut.
"Tuh anak kenapa anjir" geram Farist, sembari menutup telinganya dengan kedua telapak tangannya.
Artha hanya menggeleng memberikan sebuah jawaban "mana gue tau bego"
"Huaaa...piora...hiks"
Merasa sudah menemukan petunjuk "Ta, piora tuh apaan?" Tanya Renzo, kunci jawaban dari tangisan Maichel adalah piora, dan entah apa piora tersebut. Apakah makanan? cewek? Entahlah saat ini hanya Maichel yang tau.
"Mana gue tau, noh coba tanya google mungkin tuh mbah bisa jawab" usul Artha, dan hal itu langsung di hadiahi Renzo dengan tatapan dingin.
"Ah tau bakal kayak gini, seharusnya gue ikut Xavie sama Naren tadi" gerutu Farist, kesabarannya benar benar habis sekarang, kesabaran sudah setipis tisu malah di bagi dua. tipis banget ya rist?
Mereka kompak menyesali perbuatan mereka masing masing, tau jika akan terjadi hal seperti ini, seharusnya mereka ikut Xavie dan Naren berbelanja.
Dan tak lama "gue pulang" suara Xavie terdengar xari ruang tamu "loh, Maichel kenapa?" Tanyanya bingung. karna saat dirinya keluar Maichel masih baik baik saja dan sekarang malah menangis.
"Tuh, noh sana, tanya sama mbah google" maki Artha terhadap pertanyaan Xavie barusan.
"Gue nanya baik baik anjing"
Merasa dongol dengan Artha, Xavie pun nelenggang pergi ke dapur dengan Naren yang mengekorinya dari belakang.
Kini netra hazel milik Maichel tertuju pada Naren "Huaa...piora...hiks" ucapnya sembari merentangkan tangan pada Naren.
Semuanya terkejut jadi piora itu naren? Tunggu, iakah "eh piora tuh Naren?" Tanya Artha syok,
'aduh gak bisa di biarin nieh' gumam batin Artha karna menurutnya Maichel hanya boleh dengannya. Hhhh cemburu ya ta."Hiks, piora" rengek Maichel lalu memeluk Naren, eh bukan, melainkan memeluk benda yang ada di genggaman Naren.
Yaitu sebuah bone pinguin abu abu yang sudah lusuh "hiks, piora"
"Oh, jadi piora tuh boneka" ucap Renzo yang kini mengerti.
Melihat Maichel yang tadinya menangis hanya karna boneka pinguin tersebut membuat hati Artha tak tenang "itu kan?" Monolognya lalu sebuah ingatan kembali terputar di otaknya.
(^.^)
Taman kanak kanak angel. Tempat di mana persahabatan Maichel dan Artha di mulai.
Saat itu usia mereka masih 5 tahun.
"Hiks, huaa gak mau sekolah, hiks...gak mau" rengek Maichel terhadap Natasya.
"Maich, gak boleh kayak gitu, Maich harus sekolah katanya mau pinter kayak bang Vicktor?" Bujuk Natasya.
"Gak mau hiks, gak mau sekolah" rengek Maichel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Note [7 suffering bodies]
Mystère / ThrillerKematian? Adalah suatu hal yang sudah biasa dan pasti semua mahkkuk hidup akan mengalaminya. Tapi, bagaimana jika kematian tersebut di alami secara tak adil apakah hal itu masih bisa di sebut suatu hal biasa? Ya, itu lah yang mereka alami, kematian...