Special Chapter 1 - Risol mayo"Yewrina maureen.."
Yeri menoleh tak minat ketika mendengar suara itu dari kejauhan. Ia saat ini berjaga di pos 2 security yang dijadikan tempat penjualan tiket pensi sudah tidak memiliki energi sedikitpun. Selain suasana yang makin temaram, badannya sudah lelah sejak siang berada di tempat ini.
Semuanya terasa remuk. Apalagi pikirannya yang sekusut benang bekas konveksi. Jadi, ketika Ajeng datang dengan wajah berseri ia hanya menoleh singkat.
"Kenapa sih loyo amat? Padahal bisa dibilang sukses lo jualan tiketnya," Ajeng memperhatikan beberapa bekas tempat tiket di atas meja. Pertanda memang banyak yang berminat dengan acara mereka.
"Lo nggak bawa makanan gitu Jeng? Laper nih dari tadi kita dipanjer disini," Ajeng hanya berdecak ketika suara Yohan menginterupsinya.
Hari ini memang jadwal Yerina, Yohan dan Karin untuk berjualan tiket festival pensi. Dan sedari siang mereka tidak meninggalkan tempat itu untuk menjual tiket yang nyatanya-- memang membuahkan hasil.
"Minta anggaran sama Hafiz dong, masa gue?" Ajeng menarik satu kursi dan duduk di sisi Yerina. "Btw Yer, kok gue nggak dikasih risoles Mayo juga?"
Perkara risoles mayo-- Yeri betulan sudah lelah dengan itu. Ingin melupakan segala kerja kerasnya untuk belajar meracik-- setidaknya masih bisa dikonsumsi-- tapi Mark Endaru justru tidak menghargainya sama sekali.
Yohan yang sudah menguping pembicaraan dua gadis yang bersamanya seketika menggeleng. Lantas memegangi kepala Ajeng dengan paksa.
"Jangan bahas masalah yang lebih rumit dari soal logaritma Cil," Ajeng mengernyitkan kening dengan bingung.
"Apasih? Risoles Mayo doang, gue kan juga pengen,"
Yerina yang saat itu tengah menata tiket di atas meja jadi mendengus keras. Kepalanya ingin meledak, emosinya benar-benar tidak bisa stabil. Hanya perkara risoles mayo yang ia buat dengan susah payah.
Mark Endaru itu, apakah dia tidak bisa menghargainya? Setidaknya jika itu tidak enak, Mark bisa memberikan saran yang baik alih-alih menuduhnya memberikan ke orang lain. Jika jelas-jelas tadi siang ia meninggalkan kotak makan itu dengan sticky note dan tulisan mungilnya.
"Iya. Cuma risoles mayo doang. Rasanya gue pen bejek bejek muka si Endaru Gabriel,"
Ajeng termundur beberapa senti. Sekarang ia berangsur mundur lebih jauh dan mendekat pada Yohan yang sudah geleng-geleng kepala. Menyatukan kepala mereka seolah-olah hal itu benar-benar ada di level waspada.
Yerina menarik napas panjang. Rambutnya yang sudah lepek ia ikat asal. Kemudian meraih totebag berisi tiket sisa untuk ia bawa ke sekre osis.
"Ayo Rin balik sekarang," ia berdiri dari duduknya. Mengajak Karin yang langsung mengikuti di belakangnya tanpa banyak bicara seperti dua orang lain.
Keduanya benar-benar meninggalkan Ajeng dan Yohan. Yang mana mereka tetap mengikuti di belakang dengan suara mencicit kecil dan berisik. Jika dirinya sedang dalam mode biasa, mungkin Yeri akan ikut-ikutan. Tapi energinya benar-benar sudah habis hari ini. Ia hanya ingin pulang, mandi dan tidur lebih awal.
Yerina melirik meja ujung, dimana Mark ada di sana bersama Alan dan Elsa. Yerina kira, Mark akan menemuinya lebih dulu. Nyatanya sampai ia benar-benar menyerahkan sisa tiket yang ada pada Chilla, cowok itu tetap diam di tempat.
Gadis itu mendengus kecil. Kini benar-benar melangkah menuju pintu keluar sekre osis. Sebelum Jeje datang dengan seringaian mentereng.
"Yer! Lo mau risoles mayo nggak?" Yerina menoleh. Menatap cowok bermata sipit itu yang memamerkan risoles mayo dalam wadah makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fur Eye ✓ [MARK | YERI]
Teen FictionR[13+] #TechnoUniverse Yerina yang percaya dengan mitos kuno selalu yakin jika seseorang merindukannya. Berbekal bulu mata yang jatuh, Yeri tetap memaksakan diri. Menganggap seseorang pasti merindukannya. Kemudian ia bertemu Mark Endaru yang jelas m...