--05. Es Krim Dan Dia--

320 56 1
                                    

Bagi seorang Yerina Mauryn, makan es krim ketika PMS adalah satu kewajiban. Setidaknya sekali pada masa tamu bulanannya datang. Hitung-hitung memperbaiki mood yang rusak. Apalagi hari ini, parah.

Apa karena dirinya terlalu banyak overthingking atau negatif thinking. Yeri menghela napas berkali-kali sementara di depannya sudah ada satu cup besar es krim yang dipesan Gino beberapa menit yang lalu. Tapi, belum sepenuhnya menyingkirkan mood buruknya hari ini.

Gino menghela napas panjang. Pada akhirnya, dirinya yang harus duduk tepat di sisi gadis ini. Karena tiga cowok lain justru mengambil tempat paling jauh--sebisa mungkin menjebaknya dalam lingkaran Yeri.

Laki-laki bermata sipit itu melirik. Kini jadi saling pandang dengan James yang tersenyum kecut memandangi bagaimana rakusnya gadis mungil itu. Sesekali mencomot chiken pop lalu menyuapkan es krim setelahnya.

Kaduanya kemudian geleng-geleng kepala. Memilih untuk membiarkan saja--karena setelah melihat Mark di parkiran--gadis ini kembali lagi jadi harimau Sumatera.

Lagian, apa sih hubungannya dengan Mark?

"Teh," tiga cowok yang duduk di sekitar gadis itu jadi menoleh. Memandangi Aldi yang kini menatap Yeri serius.

Gadis mungil itu jadi mengangkat wajah dengan kalem. Sembari menyuapkan lagi es krim miliknya.

"Ada apaan deh lo sama Mark? Napa sewot-sewotan mulu sih?"

Yeri mendenguskan hidung. Bibirnya mencebik merasa malas sendiri. Apalagi wajah-wajah penasaran bocah-bocah ini semakin mengintimidasi. Tapi, diam-diam ia merutuk.

Ah, kenapa dirinya sewot hanya karena melihat Mark bersama Almina? Bukannya itu hal yang biasa?

Lalu, untuk apa dia merasa diberi harapan palsu padahal Mark tidak menjanjikan apapun selain es krim mochi?

Yerina Mauryn adalah gadis yang memiliki gengsi selangit. Alih-alih mengakui bahwa dirinya memang aneh--gadis itu berakhir menghela napas kasar dan melengos.

"Ck. Berisik deh. Es krim gue jadi cair," gadis itu mendengus lagi.

Membuat Aldi berdecak mencoba untuk menyabarkan diri dan tidak sewot. Tapi, ada sejenis Haikal Raditya diantara mereka.

"Nggak cair tuh cinta gue ke bu Airin," Haikal membusungkan dada jumawa. Membuat Aldi lagi-lagi berdecak malas.

"Lagian nih ya teh. Kalau bukan siapapun ngapain lo sewot-sewotan deh, kayak a Ecan dong. Happy kiyowo,"

"Happy kiyowo ditolak ter--astagfirullah teh," Aldi yang semula berkomentar mendadak panik.

Kini, Yeri benar-benar berhenti menyuapkan es krim ke dalam mulut. Sendoknya ia letakkan dengan kasar, yang kemudian jadi berdiri dari duduknya berusaha menggapai kepala Haikal. Membuat yang lain jelas langsung kelimpungan menahan gadis mungil ini yang siap sewot.

Gino segera meraih tubuh Yeri menahan. Dibantu James mendorong Haikal sampai tersungkur ke belakang.

Haikal memegangi dadanya merasa kaget. Menjauhkan kepalanya agar tidak dicapai oleh Yeri dibantu James yang mendorongnya tak tahu diri. Meski ia bisa merasakan kulit kepalanya memanas dengan beberapa helai rambut yang rontok.

Pemuda itu meringis dengan wajah nelangsa memungut lagi rambutnya yang jatuh di bahu kiri. Salah apa dia sebenarnya..

Aldi tak bisa menahan diri menabok belakang kepala Haikal. Membuat sahabatnya itu menggelesor bersandar pada sofa dengan tak berdaya.

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang