31. Macan Biskuat

238 44 6
                                    

⚠️Banyak anjir bertebaran
.
.
.

🍉🍉Fur Eye🍦🍦





"HEH! YERINI!"


Yeri mendelik ketika mendengar suara melengking yang ia yakini dari depan ruang radio. Gadis yang tengah mengerjakan tugas sejarah itu mendengus kemudian. Setelah menemukan Ajeng yang melotot tajam padanya.



"Pelan-pelan anjir. Ini gue lagi dapet hidayah ya buat kerjain pr lebih awal," jawab gadis itu tepat setelah Ajeng melempar tas mungilnya.


Gadis mungil berambut pendek anak kelas 11 TAV itu datang-datang langsung menyelonong. Melempar tubuhnya hingga menubruk Yeri. Membuat coretan memanjang di buku temannya itu. Tapi ia agaknya tak begitu peduli.


Karena sebelum Yeri membuka mulut, ia lebih dulu mengoceh mendahului. "Heh. Tolong ya, lo apain Mark sih hah?"


Yeri yang terlanjur kelas mendengus kasar. Menyingkirkan bukunya agar tidak terjangkau oleh Ajeng. Karena ia tahu, Laudya Ajeng datang hari ini untuk menjadi reog.

"Paansi ih," Yeri mengedik acuh. Seolah tak peduli pada pembahasan Mark Endaru. Meski diam-diam ia siap untuk mendengarkan keluhan Ajeng tentang cowok itu hari ini.


"Ya anjir! Sejak kemarin gue liat ig story Haikal yang ditinggal ke Onemis sama lo. Gue inget Mark juga kesana! Sama Arin," si rambut pendek begitu menggebu-gebu.


"Ya terus hubungannya sama gue tuh apa sih?" Yeri memilih memperbarui tulisannya yang awalnya tercoret oleh Ajeng.


"Astaga Yerina.." Ajeng mengusap dadanya spechless sendiri. "Lo! Lagi di kafe terus gebetan lo dateng sama mantannya. Fire nggak tuh? Fire kan?"

Lagi-lagi Yeri mendengus. Kali ini ia mendorong wajah Ajeng lebih dulu agar menyingkir dan tidak menghalangi pandangannya pada buku Sejarah. Gadis itu cuek saja menggeleng. Setelah benar-benar menyingkirkan semua alat tulisnya.


"Nggak tuh," ia menjawab cuek. "Ya ngapain juga gue harus fire fire. Orang gue nggak punya apapun sama tu cowok,"


"Gini ya, gue kayaknya emang cuma ditakdirkan jadi temennya aja deh,"


Ajeng yang akan mengambil air di water dispenser jadi berhenti bergerak. Ia hanya memutar kepala dengan wajah melongo. Benar-benar tidak tahu Yerina Mauryn yang selama ini selalu mengadu merasa hatinya lemah justru santai saja mengatakan hal tadi.


"Yer. Seriously?" mata Ajeng membelalak. "Lo baru aja mengatakan hal paling nggak masuk akal buat gue,"



Gadis berambut bob itu berjalan mondar mandir. Mengipasi diri dengan dramatis. Lalu, ia berhenti di sisi pintu meja siaran. Ia bersandar di sana, dengan tatapan mengintimidasi Yerina. Karena dia benar-benar tak percaya.



"Lo udah nunggu ditembak Mark dari bulan lalu. Terus sekarang lo dengan santainya bilang cuma temen?! Cuma temen?! Bazeng!"


Ajeng berputar-putar sendiri. Lalu berhenti tepat di bawah ac. Pandangannya kosong menerawang udara. Lalu tubuhnya menggelesor lemas di tangan sofa. Membenamkan wajahnya di sana dengan ruangan dramatis.


Yeri tidak heran. Karena Ajeng dan dirinya adalah duality yang serupa.

"Pantes ya! Pantes aja si Mark hari ini tuh kayak iblis," si rambut pendek menggerakkan kakinya dengan bruntal. "Nggak di kelas nggak di osis. Hawanya kayak orang PMS mulu anjir. Marah-marah nggak jelas,"



Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang