4. Tidak Diharapkan

10 2 0
                                    

𝓡𝓮𝓽𝓲𝓼𝓪𝓵𝔂𝓪 𝓑𝓲𝓻𝓾𝓷𝓲

Gagal total! Elma tersenyum kecil. Hari ini mertuanya telepon dan menyuruh agar semua keluarga kumpul dirumah nenek Biru, alhasil rencana makan malam itu harus kandas. Sebenarnya Elma tidak merasa marah yang berlebihan, hanya saja ia harus menyiapkan mental dalam menghadapi keluarga besar El Malik.

Elma menyiapkan kemeja sang suami, memilih blazer yang sekiranya cocok dengan kemeja. Tak lupa menyiapkan segala keperluan, kemudian beralih ke kamar sang putri. Gadis itu sedang membaca sebuah novel fiksi. Cerminan dirinya di kala muda, Elma tersenyum cerah.

"Sayang, hari ini main ke rumah nenek ya. Elo udah mandi nih pasti, cukup ganti baju aja deh, mau pakai gaun apa celana sayang?" tanya Elma, ia terbiasa menanyakan pendapat Elo, biar gadis itu terbiasa untuk memilih sesuai keinginannya. Sekiranya keinginan itu salah, maka tugasnya adalah membenarkan.

"Rumah nenek ma?" tanya gadis itu menutup bukunya. Turun dari kursi lalu menghampiri Elma yang tengah memilih baju di almari. Diantara deretan baju-baju, jemari Elo menunjuk pada jumpsuit warna putih. Elma mengangguk, lagipula acaranya tidak mungkin terlalu formal.

**

Welcome to the world, dimana semuanya mengukur dengan sebuah nilai. Heran juga Elma, bisa-bisanya ia sudah berada di antara keluarga El Malik. Diantara banyaknya tamu undangan dan pesta yang dia kira tidak terlalu formal. Untung saja bajunya tidak terlalu norak, kalau salah dikit aja. Itu ibu mertuanya sudah ceramah menggunakan bahasa planet. Kalau bahasanya bisa diterima telinga sih okey-okey aja. Masalahnya kata-katanya langsung nyes ke hati.

"Malam Mi," Elma menyalami kedua mertuanya, gini-gini dia sangat menghormati beliau. Soalnya dari awal ia sudah memutuskan jalan ini. Jadi mau tidak mau seberapa curam jalan yang dirinya lalui, Elma akan terjang begitu saja.

" Anak mami ganteng banget sih, sudah makan belum Wil? Mami buatkan makanan spesial buat kamu," tanpa menghiraukan ucapan Elma, wanita dengan blouse white itu menatap anaknya dan sosok kecil di belakang dengan pandangan tidak hangat. Wila panggilan semua orang untuk sang suami, lain dengan dirinya. Dia memilih memanggil Biru, karena warna itu memiliki kesan mendalam untuk dirinya.

"Elo sama mama Elma dulu ya, biar Om Wila di sini sama nenek." Biru mengerutkan keningnya, sudah berapa kali dia bilang. Kalau panggilan itu sudah musnah lama. Dan maminya masih menggulang saja.

"Mi please, panggilanku sekarang papa. Dia anakku resmi di atas kertas" jawabnya mengandeng tangan sang putri yang bersembunyi di belakang Elma. Hati wanita itu sakit sekali, ini cucu kandungnya loh. Walaupun bukan dari Biru, setidaknya hargailah anak ini.

Elovia Putri El Malik sendiri bukan darah daging Biru, dia adalah anak dari kakaknya yang sudah meninggal karena kecelakaan pesawat beberapa tahun silam. Karena kedua orangtuanya sudah meninggal, ada setitik rasa yang membuat pria itu tergugah untuk menyayangi Elo. Bahkan kini pria itu resmi memiliki hak asuh Elo.

Elma menghela nafas, ini yang dirinya takutkan. Jika saja tadi dia sempat menitipkan Elo di rumah mamanya, dan ke sini berdua saja. Maka kejadiannya tidak seperti ini. Untuk masa lalu Elo sendiri dan kaitannya dengan mami Biru yang begitu membenci cucunya, Biru masih menyembunyikan dengan rapat. Ia punya segalanya dari sang suami, tapi tidak hati. Karena sejauh apapun dia berusaha, sang suami begitu tertutup.

"Elo ikut mama cari makanan yuk, mama laper nih." Elma mengandeng tangan kecil itu, menjauh dari kerumunan yang disebabkan sang mertua, samar-samar ia mendengar suara Alea menghampiri Biru.

"Ma pulang..." gadis itu sedari tadi merengek, masalahnya ini acara belum selesai dan dilihat-lihat sang suami masih di monopoli oleh orangtuanya.

"Coklat, es krim, cake?Mau yang mana?" tanyanya seraya mengambil piring kecil dan garpu. Acara ini outdoor, keluarga suaminya itu memiliki taman yang begitu luas di belakang, ada beberapa keluarga besar dan jajaran petinggi Malik Group.

"Mau tidur, Elo ngantuk," gadis itu menguap. Kalau begini ceritanya. Elma mengangguk, dia akan menidurkan Elo terlebih dahulu. Membawa gadis itu menuju salah satu kamar tamu yang ada disana. Selama satu tahun menikah, bahkan ia tidak tahu kamar sang suami di rumah utama. Itu juga dikarenakan sejak pertama kali menikah, Biru langsung membawanya ke rumah yang ditempatinya jauh setelah kuliah. Ia tidak terlalu mempermasalahkan juga, setidaknya dia tahu alasan pria itu meninggalkan rumah utama.

Setelah dirasa Elovia sudah tertidur nyenyak, dia keluar dari dalam kamar. Mencoba mencari makanan, ingatkan kalau sedari tadi Elma belum makan. Tadi soalnya ada yang janji makan di luar, sampai dia rela nahan lapar. Eh ternyata nggak jadi. Daripada makan hati. Lebih baik Elma makan beneran.

"Sudah berapa kali mami katakan, Elma itu nggak sepadan sama kamu. Dalam hal apapun, apa sih yang kamu cari dari perempuan kaya gitu. Keluarga nggak jelas juga, " wah, kalau ceritanya begini. Lebih baik Elma nahan laper sih. Tapi gadis itu tak langsung nangis, enak saja. Ini tuh Elma Aghnia loh. Dia berjalan mendekati sang suami, mengandeng lengannya seraya tersenyum manis kepada maminya.

"Mami tambah cantik banget, perawatan apa mi?" tanyanya, padahal sang suami menatap Elma dengan pandangan yang sulit dijabarkan. Takut?

"Pengen tahu aja kamu, jangan perawatan deh. Nanti malah habisin uang anak saya." sarkas memang, tutur katanya yang tajam. Persis dengan sang suami.

"Mi udah.." ucap Hertanto El Malik, kayanya sekeluarga yang waras cuma dia. Untung nih ya untung, para pasukan tante-tante Biru sedang mengerumuni Alea, jadi kekacauan ini nggak terlalu kelihatan lah.

" Yah mami mah, walau harta Mas Biru habis juga. Elma bakal bisa perawatan terus kok, ya kan mas?" Elma mengedipkan matanya, sementara Biru hanya geleng-geleng sendiri. Dia cukup lega karena Elma tidak terprovokasi dengan maminya.

"Jawab aja kamu" raut wajah nyonya besar sudah rada merah padam. Alhasil sang suami mengajaknya untuk menyapa sebentar para rekan kerja, dan dengan sangat terpaksa ketemu dokter Alea lagi.

"Hay El, cantik banget malam ini kamu." sapanya begitu ramah, sementara Biru terdiam. Elma berbasa-basi sebentar sebelum atensi wanita itu mengarah pada Biru.

"Kabar kamu baik Wil?"

"Seperti yang kamu lihat, " waduh, Elma rasa suasana rada awkward gitu. Jadi dia memutuskan untuk mengambil minuman di meja dekatnya. Sebelum tangannya menyentuh gelas itu, tengan lain menghalanginya.

"Itu ada kadar alkoholnya Ma," tangan Elma menurunkan lagi, kalau gini caranya gimana dia makan dong. Perut udah kritik-kritik tapi makan ini makan itu ada aja cobaannya.

"Biru aku mau bicara sebentar sama kamu, " lengan sang suami di pegang, sebenarnya Elma itu orangnya gampang emosian loh. Jadi jangan dipancing-pancing deh.

"Maaf Mbak, bisa lepasin tangan mas Biru?"

"Maaf-maaf El,"

"Kalau mau bicara sama aku bisa, kalian sudah nggak punya hubungan apa-apa lagi. Okay aku akui kalian adalah saudara sepupu. Tapi aku pikir hubungan keluarga nggak akan jalan seperti dulu lagi, apalagi jika sudah ada namanya hubungan percintaan sebelumnya. Mbak Alea sudah dewasa dan suami aku juga. Jadi paham kan?" bodo amat jika dia dikatakan tidak sopan, sedari tadi dia sudah memberikan banyak toleransi loh. Biru Akwila tersenyum kecil, ia menggandeng tangan sang istri menjauh dari sana.

"Elo mana, dari tadi saya nggak lihat dia?"

"Di kamar, sebaiknya mas gendong dia menuju mobil karena aku mau segera pulang. Kasian Elo, kalau aku nggak kuat gendong mas.." Biru mengangguk, dia berjalan mendahului Elma. Seakan tahu tempat biasanya ia menidurkan Elo di rumah ini.

***

Elma menghapus make up di wajahnya, melihat sang suami keluar dari kamar mandi dengan air yang jatuh dari rambut pria itu. Sial, pipinya memerah dikala melihat bahwa sang suami bertelanjang dada. Kebiasaan banget kalau mandi mesti nggak pakai baju dulu di kamar mandi. Alhasil dirinya menatap lama, rugi dong!

"Itu liur kamu sampai mau keluar," dengan bodohnya, tangan Elma digunakan untuk mengusap bibirnya.

"Mas bohong!" ujarnya kesal setengah mati..

-

TBC

Retisalya Birma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang