𝓡𝓮𝓽𝓲𝓼𝓪𝓵𝔂𝓪 𝓑𝓲𝓻𝓾𝓷𝓲
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Biru berjalan menuju kamar. Saat membuka pintu, matanya menajam ketika tidak menemukan sang istri di ranjang mereka. Sedikit menghela nafas, pria itu masuk ke kamar mandi guna membersihkan dirinya, keluar dari kamar mandi. Biru merasakan ada yang tidak lengkap di kamarnya sendiri tadi. Tidak ada gadis cerewet itu disini, mematikan lampu utama lalu menghidupkan lampu tidur. Menganggap bahwa dirinya akan tidur lebih tenang, meyakinkan kalau kasur ini lebih lebar dan nyaman. Biru memejamkan matanya mencoba tertidur, walau kini otak dan hatinya sedang tidak bisa disatukan.
"Cukup pejamkan mata Biru, ingat besok jadwal kamu padat!" meyakinkan diri sendiri, sudah balik kanan, balik kiri. Tengkurap bahkan laki-laki itu lakukan, tetap saja tidak bisa tidur. Masalahnya adalah guling hidupnya tidak ada di sini.
Ia menghela nafas kasar, bangkit dari ranjang. Langkahnya membawa Biru ke kamar sang putri, saat membuka mata, hal pertama yang dia lihat adalah sang istri yang sedang berpelukan dengan Elo. Bergerak seperti maling, karena takut membangunkan keduanya. Perlahan tapi pasti, tangan besar itu memisahkan dua tubuh yang melekat erat bagai perangko.
Dengan hati-hati, Biru menggendong Elma lalu membawanya menuju kamar mereka. Sudah dibilang kalau Elma itu tidur seperti kebo. Kalau nggak terjadi gempa ataupun halilintar, wanita itu tidak akan bangun.
Biru menyibak selimut guna menutupi tubuh sang istri, ia perlahan ikut masuk ke dalam selimut. Mengejar sang istri yang sudah masuk ke dalam alam mimpi. Nyatanya pria itu yang sulit tidur. Lengannya melingkar di perut Elma, menduselkan wajahnya lalu dalam sekejap nafasnya terdengar teratur.
Keesokan harinya terjadi perdebatan sebelum Elma berangkat ke kampus dan Biru yang akan ke rumah sakit.
"Kamu pindahin aku ya mas? Masa tiba-tiba aku udah ada di kamar aja, yang bener aja dong. Yakali ada setan yang kuat ngendong aku, " wanita itu melipat kedua tangannya, ini sudah kejadi ke beberapa kali loh. Setiap ia tertidur di kamar Elo, eh keesokan harinya bangun di kamar. Masa rumah sang suami horor, kan nggak mungkin banget.
"Kamu ngelindur kali, saya saja kemarin tidur nyenyak." pak dokter mengedepankan gengsi, pria itu memalingkan wajahnya. Terlihat menyembunyikan rona merah karena dia berbohong. Karena jujur pria itu tidak bisa berbohong.
"Papa bohong banget deh, orang kemarin aku lihat papa yang mindahin mama ke kamar. Kalau mama nggak percaya bisa cek CCTv di kamar Elo deh” didepan pintu masuk kamar Elo memang disediakan CCTV, jadi siapa saja yang masuk ke kamarnya akan terlihat dengan jelas. Tapi aksesnya yang punya juga King Biruni. Sudah beberapa kali loh aksi ini dilakukan papanya. Mungkin Elo sudah jengah dan akhirnya bocor juga.
"Huts, diam dulu kamu Elo. " Biru melirik anaknya dari balik spion. Dia yang mati-matian jaga image, eh malah sang putri menghancurkan dengan jentikan jari.
"Oh jadi gitu ya?” lirikan maut Elma sudah setajam pisau buat menyembelih hewan qurban.
"Mana ada si Ma, udahlah jangan dipikirkan lagi" ujarnya menghentikan ucapan Elma yang mencoba memojokkan dirinya.
"Makanya ma, kalau tidur di kamar Elo itu kamarnya di kunci. Ntar Elo bantu deh kalau mama mau tidur lagi disana.." gadis itu menyahut, tanpa melihat kursi depan dimana sang mama duduk.
"Ide bangus tuh Elo!"
"Eh apa-apaan." si bapak udah ketar-ketir duluan. Tatapan menatap sang putri tajam.
Setelah mengantarkan Elo ke sekolah dasar. Biru lanjut ke kampus. Mengantarkan nyonya Elma Aghnia El Malik tentunya.
"Mas uang jajan!" mengulurkan tangan seperti anak kecil.
"Bukannya udah, itu kartunya digunain aja kali Ma.."
"Maunya cash, buat jajan bakso" kalau sudah menunjukkan wajah imut gini mana bisa Biru menolak, walau tampangnya masih datar kaya dompet pertengahan bulan.
"Nih, jangan makan jajanan yang berwarna dan mengandung bahan pengawet. Apalagi makanan pedes, kamu punya Gerd loh ya" menyerahkan uang berwarna merah menyala itu.
"Siapa komandan,"
"Duluan ya mas..."
Setelah melangkah cukup jauh, Elma tersadar. Bahkan hpnya ikut berdering dengan sangat nyaring. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Raja Biruni.
"Iya mas kenapa?"
"Ha?"
Elma menepuk jidatnya, dia berlari putar arah menuju mobil sang suami. Membuka pintu dengan bar-bar lalu mengambil telapak tangan itu untuk di cium. Tak lupa dirinya juga menyodorkan kening, segala lupa salim aja ini laki-laki kembali menelepon. Memang suaminya ini agak laen.
"Giliran udah dikasih uang aja lupa segalanya"
"Yee ya maaf, dadah mas.."
Biru hanya terdiam, mengamati punggung Elma yang kian menjauh, menyalahkan mobilnya. Banyak juga mahasiswa yang melihat Elma kerap berjalan bersama dosen famous itu. Sampai Elma heran sendiri karena nggak ada yang membicarakan mereka berdua. Ini Lord Biruni Akwila El Malik loh, apa karena dirinya terlalu tidak pantas bersanding dengan Biru ya, sampai-sampai nggak ada yang peka kalau dirinya adalah istri dari dokter itu.
Biru mengernyitkan dahi, melihat nomor tidak asing mampir ke handphonenya. Ia menyambungkan lewat earphone bluetooth, menekan tombol ditelinga. Wajahnya kembali datar, bahkan suaranya dari tadi nggak berubah.
"Ada apa?"
"Aku nggak bisa mi.”
"Hm..”
***
"Maaf banget ya Wil, ngerepotin.. Kepala ku pusing banget, jadi nggak bisa nyetir sendiri" perempuan dengan rambut curly dan wajah seputih porselen itu memegang lengan Biru, dengan terkejut Biru menghindar.
"Nggak papa kali Al, lagian Biru nggak terlalu sibuk hari ini. Seharusnya Tante yang terimakasih, karena kamu mengantarkan obat herbal untuk Tante. Kaki kamu sakit banget pasti" jadi sebelum perjalanan ke rumah utama. Sosok wanita yang pernah mengisi hati dokter Biruni itu mengalami kecelakaan kecil.
"Naik ke mobil, biar saya antar ke rumah sakit." Biru berjalan menuju pintu pengemudi, kini ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Entahlah, sosok di hadapannya ini selalu membuat dirinya merasa tidak aman dalam segala hal. Apalagi rasa sakit yang ditorehkan, memang benar kalau menjalin hubungan dengan sepupu sendiri itu begitu rumit. Dan hal bodoh itu Biru lakukan, dia menjalani kasih bersama dengan Alea selama kurang lebih dua tahun. Waktu yang tidak singkat sebelum gadis itu pergi dengan dalih karirnya.
"Makasih ya Wil, padahal ini cuma luka kecil aja loh. Ngomong - ngomong sekarang Elo udah besar ya? Pasti sangat cerdas banget anak itu sekarang, andai aku nggak ninggalin kamu Wil.." ucapan itu terpotong oleh suara datar Biru.
"Semuanya udah selesai Lea, dan saya tidak mau ada perbicangan mengenai kita di masa lalu. Saya kemari karena menghormati hubungan kita sebagai keluarga, nggak lebih!" tatapan pria itu menajam, dia menginjak pedal gas. Membawa mobil menuju rumah sakit.
Wanita itu tersenyum masam, entah inisiatif dari mana. Telapak tangannya menyentuh tangan Biru hingga pria itu merasa kaget. Tatapan tajamnya kembali dia lontarkan, dengan kasar ia menarik tangannya " Wila, emang kita harus seasing ini?"
"Alea cukup!" bentak Biru yang sepertinya sudah habis kesabarannya, dia takut ada sosok yang salah paham. Mendadak hatinya kalut, saat tangan itu mencoba menyentuh lengannya. Dan perilaku wanita di sampingnya ini membuat dirinya benar-benar muak.
Pria itu meminggirkan mobilnya, berhenti secara tiba-tiba disana. Matanya terdapat kobaran api, sungguh dia tidak habis pikir dengan wanita yang dalam benaknya sangat dewasa dan cerdas mampu berprilaku seperti ini.
"Turun kamu dari mobil saya.” singkat, padat dan jelas namun membuat wanita berperawakan cantik itu menggeleng tidak percaya.
****
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya Birma
Romance❄️ Diwajibkan membaca sinopsis ❄️ EMJDA ( Elma Mencari Jodoh Dunia Akhirat) kriteria idaman: 1. Bertuhan ✓ 2. Mapan✓ 3. Soft 4. Peka (PENTING) 5. Bucin Dan kenyataannya adalah zonk besar! Elma rasanya ingin menyerah menghadapi manusia paling tidak...