𝓡𝓮𝓽𝓲𝓼𝓪𝓵𝔂𝓪 𝓑𝓲𝓻𝓾𝓷𝓲
Untuk kamu, yang membawa serpihan rindu
***
"Kamu ngapain mas nemplok di depan pintu gitu?" tanya Elma membuat Biruni yang sedang melamun terjingkat kaget. Buru-buru dia menormalkan mimik wajahnya agar kembali ke setelan pabrik.
"Udah malam, sebaiknya kamu tidur Ma. Elo juga tidur, belajarnya sampai disini saja ya. Biar besok waktu Elo ulangan lisan bisa konsentrasi" tanpa masuk ke kamar sang putri, pria kepala tiga itu memberikan perintah. Lalu kembali berjalan menuju kamarnya.
Setelah memastikan Elo tertidur, Elma membuka pintu kamarnya. Perempuan yang sudah memakai baju pantai itu melihat ke sekeliling kamar, dan tidak mendapatkan sang suami disana. Alhasil pilihan terakhir adalah ruang kerja yang terhubung langsung dengan kamar utama.
"Masih sibuk mas?" tanya Elma sebari bejalan menuju sang suami.
"Hm"
Biruni terlihat berkali-kali lipat lebih tampan jika sedang fokus, dan Elma selalu saja menyukai saat-saat seperti ini. Hanya dia yang bisa menikmati pesona seorang Biruni Akwila El Malik.
"Lusa saya akan ke luar kota selama 4 hari, mau ngisi seminar disana sekaligus mengunjugi rumah sakit yang baru saja di bangun" kalau sudah begini bukannya Elma sendiri yang kalang kabut, dia menatap jengkel Biruni yang terlihat lempang dan tersenyum kecil.
"Ya ampun mas, kenapa nggak bilang dari awal sih. Tau gitu aku packingin barang-barangnya dari sekarang. Mas juga tahu aku besok perkiraan pulangnya sore karena harus persiapan workshop untuk lusa."
"Nggak perlu, nanti bisa saya yang packing sendiri. Sekarang kamu tidur soalnya sudah malam" Biruni memang selalu melakukan hal-hal terkait dirinya dengan penuh mandiri. Dia tidak pernah merepotkan orang lain, namun sejak muncul sosok Elma. Entah kenapa rasa ketergantungan itu ada. Elma dengan keinginannya mampu membuat Biruni jauh dari kata mandiri, karena Elma akan menyediakan segala kebutuhannya tanpa perintah. Bahkan pekerjaan Elma lebih bagus dari pekerjaan Biruni sendiri.
Elma keluar dari ruang kerja Biruni, berjalan ke walk in closet. Mengambil koper yang biasa Biruni gunakan jika keluar kota. Mengambil kemeja dan dua jas yang sekiranya cocok untuk acara seminar. Tidak lupa dia juga membawakan dua snelli untuk peresmian rumah sakit dan mengantisipasi jika snelli yang pertama kotor.
Yang terpenting, dia masukkan obat-obatan yang biasa Biruni konsumsi seperti vitamin dan obat yang sekiranya dibutuhkan. Setelah selesai menyiapkan barang yang akan di bawa Biruni. Elma berjalan menuju meja belajar disamping ruang kerja Biruni. Disana ada buku-buku milik Elma pribadi. Karena sejak kedatangan Elma entah kenapa perpustakaan kecil di ruang kerja Biruni menjadi tidak muat. Oleh karena itu terjadilah renovasi untuk memperbesar ruang kerja dan mencari tempat belajar yang nyaman untuk Elma.
Perempuan dengan rambut panjang itu menggelung rambutnya. Dia melanjutkan membaca materi untuk besok, tidak lupa membuat note kecil untuk persiapan MC. Elma kembali mengingat kalau besok jam pertama adalah sang suami yang mengajarkan
Fisiologi Anestesi. Oleh karena itu dia membaca sekilas materi yang diberikan Minggu kemarin. Karena Biruni sendiri suka membuat orang spot jantung. Tiba-tiba ulangan lisan, tiba-tiba mengerjakan soal.Waktu berjalan dengan sangat cepat, Biruni sudah selesai mengerjakan tugasnya, netra tajamnya menatap meja belajar Elma, wanita itu tertidur diatas meja belajarnya. Dengan hati-hati, dia mengangkat tubuh kecil sang istri dan membawanya menuju ranjang mereka.
Ia juga mematikan lampu utama dan menghidupkan lampu tidur, membawa tubuh kecil Elma menuju pelukannya. Memejamkan mata lalu perlahan Biruni turut tenggelam dalam mimpi.
***
Elma mengambil alih mobil sang suami. Siang ini Biruni akan melakukan perjalanan menuju Kalimantan untuk meresmikan cabang rumah sakit RGMH ( Rafflesia Graha Medika Hospital) yang hampir selesai di bangun.
"Hari Selasa kamu free nggak?" tanya Biruni, setelah Elma melepaskan pelukannya. Mereka kini sudah di Bandara Soekarno-Hatta, Elma tadi sudah menghubungi kakaknya untuk sekalian menjemput Elo.
"Emangnya kenapa mas, belum tahu sih." jawab Elma, ia kembali memeluk sang suami yang akan melakukan perjalanan dinas selama 4 hari ini. Yakinlah bahwa dia akan gabut jika tidak merecoki Biruni. Elma enggan saja melepaskan suaminya untuk ketemu para dokter cantik-cantik, Elma percaya 100% kepada suaminya. Tapi ia tidak percaya pada betina-betina di luar sana.
"Selasa malam akan ada peresmian rumah sakit, kebetulan kakek menyuruh saya ke sana sebagai perwakilan yayasan. Kalau kamu nggak sibuk nanti biar saya memesankan tiket ke Kalimantan." Elma sendiri butuh relasi, dan jauh dari segalanya. Pria itu percaya dengan kemampuan Elma dalam mencari relasi dan menjalin komunikasi.
"Nanti sekalian liburan ya mas, berdua aja!" Pria itu mencubit hidung mungil Elma, pikiran wanita didepannya ini selalu saja liburan. Sedangkan Elma cemberut, dia sendiri ingin sekali menghabiskan waktu berdua saja dengan Biruni di tempat indah.
"Saya sibuk Ma, kamu tahu kan gimana sibuknya RGMH. Apalagi jadwal operasi pasien yang mendadak " jawab Biruni, membuat Elma mengangguk, bukan karena sibuknya. Tapi wanita itu bukan prioritas utama seorang Biruni. Tapi Elma akan tetap tersenyum, lagipula dia sadar kewajiban sang suami sebagai seorang dokter. Elma lagi-lagi menyakinkan hatinya agar tidak egois.
"Iya-iya si paling sibuk, disana jaga kesehatan ya mas. Kalau mau keluar hotel jangan lupa kabarin aku. Di koper udah aku siapin obat-obatan dan vitamin yang biasanya kamu butuhin. Kamu paling mengerti tentang obat, kalau ada yang kurang nanti beli aja." Biruni mengangguk, setelah mendengar suara pengumuman bahwa pesawat yang ditumpangi Biruni akan lepas landas. Mereka berpamitan, Elma mencium tangan suaminya, dia menunggu sampai punggung lebar itu menghilang dari pandangannya.
Setelah dirasa jejak suaminya sudah tidak terlihat. Elma memutuskan untuk segera kembali ke kampus, dikarenakan dia akan mengisi acara workshop dengan pemateri salah satu dokter senior yang merupakan teman kakak laki-laki suaminya.
Saat Elma akan berbalik menuju mobil, dia sempat berpapasan dengan dokter Alea.
"Loh El, kebetulan kita ketemu. Kesini nganter Wila ya?" wanita itu berhenti membuat Elma mengangguk, dia tersenyum menatap wajah Alea yang begitu cantik.
"Iya mbak, mau ke Kalimantan juga?"
"Bener, entah kenapa Tante Sania suruh aku ikut buat temenin Wila. Soalnya disana juga ada rekan bisnis papa sih, jadi sekalian ketemu " Elma sudah tidak heran lagi, siapa lagi yang mempunyai inisiatif untuk mendekatkan Biruni dengan Alea kalau bukan mertuanya.
"Kalau begitu semoga perjalanannya lancar ya mbak, " dia pamit undur diri, sejujurnya Elma mencoba menahan dirinya agar tidak emosi.
"Entah kenapa Wila nggak pernah berubah ya?" gumaman itu membuat langkah Elma berhenti.
"Dia memang orang yang sama mbak, tapi aku menekankan. Sedekat apapun kalian dulu, dia sekarang suami aku." Alea tersenyum kecil, bukankah sesuatu yang sudah menjadi miliknya akan tetap begitu. Begitupun manusia yang tidak sadar diri, serakah.
**
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya Birma
Roman d'amour❄️ Diwajibkan membaca sinopsis ❄️ EMJDA ( Elma Mencari Jodoh Dunia Akhirat) kriteria idaman: 1. Bertuhan ✓ 2. Mapan✓ 3. Soft 4. Peka (PENTING) 5. Bucin Dan kenyataannya adalah zonk besar! Elma rasanya ingin menyerah menghadapi manusia paling tidak...