10.🌸 Always ✨

5 1 0
                                    

𝓡𝓮𝓽𝓲𝓼𝓪𝓵𝔂𝓪 𝓑𝓲𝓻𝓾𝓷𝓲

Sadar kalau cintanya nggak sebesar ke masa lalunya itu menyakitkan

_-:

Acaranya berjalan begitu lancar, Elma sedari tadi duduk sambil menatap sang suami yang akan memotong pita bersama jajaran dewan dan penjabat pemerintah. Wanita itu begitu handal dalam menyembunyikan luka yang begitu menganga. Yakinlah bahwa Elma tidak ingin siapapun tahu masalahnya dengan sang suami.

"Elma Aghnia?" sapa seorang laki-laki yang membuat Elma langsung berdiri, dia tersenyum kecil menatap sosok pria itu.

"Dipta, ternyata kamu juga berada di sini? Aku kira masih di Korea," kata Elma, dia juga cukup terkejut melihat pria yang menjadi sahabat dari ayahnya itu. Bukannya apa, ayahnya adalah seorang Akuntan. Bisa mengenal Dipta adalah hal wajar, karena dahulu dia sering berkunjung ke kantor di mana ayahnya bekerja. Dan pria ini menjabat menjadi direktur utama.

"Loh, nak Dipta. Pak Brata nggak hadir toh,"

"Nggak Tante, beliau sedang ada urusan di Singapura."

Elma terlihat melipir, takut mengganggu percakapan keduanya. Akan tetapi, Dipta terlihat menahan lengannya. Hal itu tidak luput dari mata tajam yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik wanitanya. Di seberang sana, Biruni mengeraskan rahangnya. Bahkan otot di tangannya terlihat muncul.

"Menteri keuangan emang nggak ada istirahatnya. Titip salam sama mama kamu, kalau begitu tante permisi dahulu." saat wanita yang seumuran ibunya itu pergi, Elma menutup mulutnya tidak percaya.

" Brata Rahardja itu papa kamu?" ujar Elma terkejut, pasalnya ia lumayan dekat dengan Dipta. Akan tetapi tidak menyangka kalau keluarga pria itu begitu berpengaruh. Mana menyangka, karena Dipta menutupinya dengan rapat.

"Em, kamu di sini sama suami kamu El?" Elma mengangguk, tidak lama sosok jangkung yang dibicarakan datang dan langsung merangkul pinggang Elma. Membuat Elma tersenyum kecil.

"Siapa El?" tanya Biruni, membuat Dipta menyodorkan tangannya.

"Ditpa Rahardja,"

"Biruni Akwila El Malik," jawab Biruni datar, bahkan dia terlihat tidak tertarik berbincang dengan pria yang begitu dekat dengan istrinya ini.

"Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu, " Elma tersenyum manis, dia mencoba melepaskan rengkuhan tangan sang suami di pinggangnya. Akan tetapi sia-sia. Kekuatan Biruni lebih besar daripada dirinya.

" Kalau begitu aku duluan ya Dip. Jangan lupa mampir ke rumah ayah." tatapan Dipta begitu dalam, pria itu membatin dalam hati seraya berdoa. Tatapan itu, membuat Biruni menghela nafas, bukankah ketara sekali kalau pria itu mendambakan istrinya.

"Hati-hati El.."

"Andai aku tidak terlambat El, saat ini pasti yang menggenggam tanganmu adalah aku" gumam pria itu tersenyum ironis.

***

"Lepas!" seru Elma saat genggaman tangan Biruni mengerat.

"Saya tidak akan pernah melepaskannya." setelah itu, Biruni berjalan menuju parkiran mobil. Membuka pintu agar istrinya masuk, dia kemudian melanjukan mobil itu membelah jalanan kota.

"Mas kita mau kemana? Acaranya belum selesai, kamu ini kenapa?" tidak pernah Elma melihat amarah sang suami sampai sebesar ini. Seharusnya dia yang marah, akan tetapi kenapa pria itu yang berapi-api.

"Siapa pria itu?"

"Teman ayah, kamu belum jawab pertanyaanku. Acaranya belum selesai mas.”

Mobil itu berhenti di sebuah apartemen, Elma menghela nafas lelah. Dia semakin lelah dengan suaminya, alhasil Elma turun sendiri dan meninggalkan sang suami yang masih di mobil. Pria itu berjalan tenang, akan tetapi setelah sampai di depan pintu apartemen. Biruni tiba-tiba mendorong Elma dan membuka pintu menggunakan satu tangannya, sedangkan tangan lainnya mengunci sang istri.

"Mas.." Biruni melabuhkan sebuah ciuman hingga membuat Elma enggan untuk bernafas. Pria itu melepaskan snelli yang di pakai, memperlihatkan kemeja hitam yang mencetak tubuhnya.

"Hapuslah jejak perempuan itu El." perintah Biruni, walau bibir Alea saja belum menyentuh bibirnya.

Elma tersenyum ironis. Dia enggan membalas ciuman sang suami, tangan kecilnya mendorong tubuh atletis Biruni. Kekuatan wanita itu kalah, pria itu tidak habis pikir, biasanya wanitanya akan membalas ciuman ini, bahkan dia bisa melihat tatapan penuh cinta dari Elma. Akan tetapi, kali ini yang tersisa adalah tatapan kecewa. Hal itu membuat Biruni ketakutan, dia mengangkat tubuh Elma dan membawanya ke meja rias yang ada di sana, semakin memperdalam ciuman mereka.

Hawa dingin apartemen malah membuat kedua sosok manusia itu bercucuran keringat, Biruni marah dan Elma masih kecewa, wanita itu kembali terisak. Akan tetapi Biruni terlihat tidak peduli dan meneruskan kegiatannya, jujur sejatinya pria itu kecewa pada dirinya. Seharusnya, dia tidak memberikan kesempatan Alea untuk menghancurkan keluarganya. Keluarga yang ia bina dengan air mata.

"Maaf, maafkan saya.." Biruni ambruk, dia membawa tubuh ringkih itu ke pelukannya, Elma terdiam. Membuat Biruni semakin ketakutan, wanita yang begitu cerewet ini terlihat rapuh secara bersamaan.

"Sekarang aku mau bicara mas, dan kamu diam. Kemarin, Mbak Alea mengirimkan foto dimana kamu tengah bersandar di bahunya. Dan tadi saat kamu berjanji untuk menjemputku, aku mendengar di telepon dia masuk ke ruanganmu dan memberikan snelli. Kalau menurut kamu itu hal wajar, namun aku sama sekali nggak menganggapnya wajar. Dan tadi, hal yang membuat kepercayaanku nyaris goyah, dia hampir mencium kamu mas. Sekarang apa yang mau kamu jelaskan," Elma tidak ingin masalah ini berkepanjangan. Wanita itu akan menyembuhkan lukanya setelah penjelasan dari sang suami. Sejatinya komunikasi adalah hal utama dalam sebuah hubungan.

"Bisa saya lihat fotonya?"

"Handphoneku di tas," ujar Elma. Biruni bangkit dari tidurnya, meninggalkan rasa kasar di kulit Elma. Karena hanya selimut yang menempel di tubuhnya.

Elma mendegus, apalagi melihat bahwa sang suami hanya menggunakan celana panjangnya.

"Passwordnya?"

"Ulang tahun kamu." lirih Elma, mau bagaimana ia tidak ingin di cap bucin. Sepertinya setelah ini ia akan mengganti password handphonenya.

Biruni tersenyum tipis, pria dingin itu mengelus rambut sang istri, kemudian membuka pesan yang dikirimkan Alea. Dia mengeraskan rahangnya, Biruni tidak menyangka kalau wanita ini akan kembali menghancurkan hatinya.

"Ini tidak seperti yang kamu lihat, foto ini di ambil saat saya sedang ketiduran. Dan saya benar-benar tidak tahu kalau ternyata Alea melakukan hal seperti itu. Dan untuk Snelli yang dia berikan, di ruangan itu ada beberapa orang. Kejadian tadi saya tidak tahu Ma, perempuan itu mencoba mencium saya, saat saya mencoba mendorongnya kamu datang tiba-tiba. Ini salah saya karena tidak bertindak tegas dengan wanita itu." Elma mengangguk, setelah mendengar penjelasan ini. Dia semakin yakin kalau Alea ingin menghancurkan keluarganya.

" Sekarang apa yang harus kamu lakukan mas?"

"Saya tidak bisa berjanji untuk menjauh sepenuhnya dari Alea Ma, mengingat dia juga keluarga saya. Namun saya bisa menjanjikan bahwa dia tidak akan mendekati saya lagi," tutur Biruni, ia kembali berbaring lalu mencium bibir semerah ceri itu. Membuat Elma memejamkan matanya, sudah begitu lama bukan mereka tidak bertemu?

"Tunggu! Aku masih marah sama kamu!" Elma memicingkan matanya, rasanya ia ingin menyendiri sekarang setelah penjelasan dari sang suami. Kebiasaan wanita itu setelah disakiti adalah bersahabat dengan sunyi.

"Aku mau waktu untuk sendiri Mas,"

Biruni mencium pelipis Elma, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Saya mengijinkan kamu untuk sendiri, namun saya akan tetap mengawasi" ucap Biruni singkat sebelum menghilang ke kamar mandi.

-+:

Elma, kamu sangat berharga. Tidak bisa dibandingkan dengan siapapun -

🌌Biruni Akwila El Malik

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Retisalya Birma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang