2. Pertanyaan Yang Sama

7 2 0
                                    

𝓡𝓮𝓽𝓲𝓼𝓪𝓵𝔂𝓪 𝓑𝓲𝓻𝓾𝓷𝓲

Di sebuah rumah berlantai dua, dengan mobil SUV Lexus RX legendaris yang terparkir di dalam garasi, menjadi awal mula sepasang suami istri itu menjalin hubungan ke jenjang serius. Rutinitas pagi berjalan seperti biasanya, dimana sang nyonya rumah akan memasak sarapan setelah menyiapkan segala keperluan dari suaminya. Terbiasa bangun pagi hari, wanita yang seharusnya akan berumur 25 tahun itu terus berkutat di dapur. Dengan baju tidur bermotif temannya Nobita. Sebelumnya dia sudah menyiapkan pakaian kerja untuk sang komandan.

Biruni Akwila El Malik, seorang dokter anestesi di sebuah rumah sakit swasta ibu kota. Pria yang mempunyai penggemar di sekitar komplek perumahannya, maupun di rumah sakit tempatnya bekerja. Sampai Elma sendiri kewalahan untuk mengusir nyamuk -nyamuk yang mengerubungi sang suami. Selama sibuk memasak, ia juga membuatkan bekal untuk putri kesayangannya. Gadis kecil yang berhasil mengikat hatinya dalam pertemuan pertama. Alasannya menerima lamaran dari pria matang yang sekarang sudah menikah dengannya selama hampir satu tahun.

"Putri mama bangun dulu yuk, katanya nanti ada ulangan di sekolahan. Ayo- ayo bangun anak cantik. Nanti nilainya di patok ayam loh. Kemarin kan udah belajar sama ayah, masa masih mau tidur lagi!" menyibak selimut, membulatkan mata ketika bagian atas adalah kaki sedangkan kepala gadis berumur 8 tahun itu berada di bawah. Elma sendiri hanya menggelengkan kepalanya.

"Elovia Putri El Malik!"

"Iya mama Iya, Elo mandi nih!" gadis itu berlari menuju kamar mandi, nyaris saja kakinya tersandung selimut yang membelit tubuh kecil itu. Untung tadi Elma sempat menahan tubuh gadis mungil itu agar tidak terjatuh, coba saja kalau tidak ia tahan. Pasti jidat putrinya akan memar nan benjol.

"Waktu kamu 20 menit dari sekarang ya sayang, karena papa kamu nggak mungkin ada toleransi. Paham kan sikap papa kamu, jadi gunakan waktu kamu sebaik mungkin. Kalau dalam 20 menit kamu nggak turun untuk sarapan, kamu bakal di tinggal sama papa, dan otomatis di antar mama pakai sepeda motor, karena kalau pakai taksi online harus nunggu lama, yang ada nanti tambah telat.. Nah kalau telat, kamu nggak bisa ikut ulangan, kalau nggak ikut ulangan, nilai kamu bakal jelek. Kalau jelek berarti belajar kamu jadi sia-sia. Kalau sia-sia —”

"IYA MAMA IYA! TUH DiCARIIN PAPA!"

"Udah- udah!Mandi yang bersih, mama ke kamar dulu." sebelum beranjak dari kamar bernuansa pink ala anak gadis pada umumnya. Elma menyiapkan seragam sekolah untuk sang gadis yang super manja itu. Heran juga mengapa anak itu sangat ceroboh, padahal nih ya. Keluarga dari suaminya itu super duper hati-hati dalam segala hal. Bahkan Elma masih merasa terpesona ketika melihat sang suami yang sangat-sangat irit bicara. Sangking terpananya, bahkan ia sering mencak-mencak sendiri.

Beralih ke beda ruangan, kali ini nuansanya sangat berbeda dengan kamar sang putri. Indra penciuman Elma langsung disajikan oleh aroma sabun yang biasa sang suami gunakan. Heran sendiri dia, kenapa sih laki-laki kalau di kamar mandi tuh wanginya tahan sampai dua abad? Bahkan kadang-kadang ia mendapati sabunnya cepat habis, padahal baru kemarin seingatnya Elma membeli.

Kamar bernuansa abu-abu itu terlihat rapi seperti biasa, tidak lama kemudian muncul sosok malaikat tampan dengan air yang menetes dari tubuhnya. Sudah berkali-kali melihat juga, gadis itu masih saja blushing.

"Kenapa nggak pakai baju dulu sih!" gerutunya, mengambilkan baju yang telah dipersiapkan agar sang suami lebih dekat menjangkaunya.

Pria itu mendekat, mengambil baju yang telah dipersiapkan. Setelah semuanya rapi, ia memakai jam tangan. Seperti biasanya, bagian Elma hanya memakaikan dasi. Tak jarang dia berlama-lama dalam memakaikan dasi sang suami, curi-curi kesempatan dulu sambil memeluk leher itu. Walaupun agak kesusahan juga karena tingginya hanya standar SNI.

" Mas sayang nggak sama aku?" pria itu mengerutkan keningnya, memilih memakai jam tangan daripada menjawab pertanyaan yang dilontarkan istirnya berulang-ulang setiap pagi.

"Mas ih jawab dulu!"

"Aku hampir telat loh Ma, pertanyaan kamu tuh setiap hari sama aja. Kalau tanya itu seharusnya yang ada isinya" mengambil jas putih yang istrinya ambilkan, raut wajah Elma sudah kusut. Walau begitu ia tetap melayani sang suami.

"Tinggal jawab gitu aja kok repot, apa susahnya sih tinggal bilang iya. Nggak-nggak kalau pita suara kamu lepas mas, heran sendiri aku tuh! Kok bisa-bisanya nikah sama kamu!" bergerutu sendiri, Elma mengikuti langkah sang suami yang menuruni tangga. Seperti biasanya, laki- laki itu harus memastikan bahwa harinya berjalan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tidak ada yang bisa menganggu gugat, bahkan Elma sendiripun tak berani mengganggu jadwal sang suami yang padat.

"Elo mana Ma?" mendudukkan dirinya di kursi, Elma mengambilkan sang suami nasi dan beberapa lauk lainnya. Kecuali ikan, karena sang suami anti terhadap benda itu. Berkebalikan dengan Elovia, gadis itu tergila-gila dengan makhluk yang hidup di air itu.

"Selamat pagi dunia!" gadis itu berdiri di tengah tangga, tebar pesona memamerkan sepatu yang kemarin Elma belikan sebagai hadiah ulang tahun.

"Nih ada makanan empat sehat lima—"

"NYUGSEP!" ujar Elma melihat Elo terjatuh dari tangga. Tidak terlalu parah tapi Elma yakin itu sangat sakit. Bahkan kini kaki kiri gadis itu tertekuk.

"Mama!Bukannya di tolongin malah diketawain sih!Dasar orangtua durjana!" gadis dengan rambut sebahu itu menghentakkan kakinya, tidak sadar kalau kaki kirinya telah terkilir. Alhasil setelah sadar, Elo harus berjalan dengan gaya terseok-seok.

Dr. Biruni Akwila El Malik, Sp.An. KNA

Di ruangannya, pria bermata tajam itu tersenyum sendiri membayangkan kejadian tadi pagi. Padahal hanya sebuah senyum tipis, tapi jika Elma yang melihatnya. Wanita itu pasti akan loncat -loncat.

"Permisi dok," setelah mengetuk pintu, seorang suster memasuki ruangan dokter anestesi itu.

"Ada apa?"

"Tadi Dokter Fitria menitipkan sesuatu pada saya. Katanya berisi riwayat pasien yang akan kita operasi Minggu depan." kata suster itu sopan. Salah satu suster senior yang mendampingi Biruni selama beberapa tahun ini. Laki-laki itu adalah sosok yang pemilih, dan entah kenapa pria pemilih seperti Biruni menjatuhkan sisa hidupnya untuk berdampingan dengan Elma Agnia Primaloka. Gadis lola, suka makan dan juga sangat cerewet. Jauh dari tipe idealnya.

"Terimakasih”

"Sama-sama dok."

"Ada apa lagi?" Biru menatap suster Vera karena tidak kunjung meninggalkan ruangannya.

"Mbak Elma kayanya dari tadi menelepon dokter, tapi nggak bisa-bisa dok. Saya disuruh untuk menyampaikan kepada dokter" tuturnya hati-hati, sehabis ini dia akan meminta pertanggungjawaban kepada yang bersangkutan. Enak saja dirinya dianggap sebagai pengantar pesan dadakan, masalahnya ini bukan kali pertama Sus Vera melakukan hal serupa. Jika terjadi pertengkaran, pasti' perantara suratnya adalah Suster Vera.

"Oh iya, handphone saya lowbat. Terimakasih atas informasinya, kamu boleh keluar," Suster Vera meninggalkan ruangan itu. Siapa coba yang rela berlama-lama didalam ruangan dokter anestesi itu. Ruangannya saja sudah mirip pendingin sayuran.

***

TBC

Retisalya Birma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang