Malam hari di rumah Narendra, seseorang dengan gelar Ketua OSIS meringkuk di atas kasurnya, menangisi kepergian orang amat Ia sayangi.
Dan esok hari, mungkin saja hidupnya akan berubah, tanpa ada Kayfa yang akan menerangi hari harinya. Beberapa saat setelah itu, Narendra menoleh pada sebuah foto yang terkemas dalam sebuah figura. Foto dirinya dan Kayfa di anniversary pertama mereka.
"Napa sih lu harus cepet banget perginya? Gua udah siapin tiket buat kita pergi weekend."============
Pagi hari di sekolah, hari ini bukan hari Senin tapi semua siswa diminta berkumpul.
Pagi itu di aula sekolah, kepala sekolah memberikan berita duka tentang meninggalnya Kayfa dalam sebuah kecelakaan.
Dan di barisan paling ujung, posisi dari kelas 11 IPS B. Terlihat Clara, Una, dan Alvaro.
"Gua ga nyangka Kayfa pergi secepat ini...hiks.. hiks.." Una yang biasanya tegas mulai meneteskan air mata. Yang membuat Clara juga ikut larut dalam kesedihan.
"Kay..."Disini lain aula, Narendra tampak berantakan, rambut yang acak-acakan, dan seragam yang tidak terpakai dengan rapi. Ditemani Arya di sampingnya.
"Udah Ren, jangan sedih lagi... Ini udah takdir, kita ga bisa nolak apalagi ngerubahnya." Ucap Arya sibuk mengelus punggung Narendra.
"Hm... Gua tau, cuman-"
"Maafin gua," Arya menghela napas berat. "semenjak kita udah SMA gua udah ga pernah lagi main ama lo, gua terlalu iri sama lo. Sorry gua ngomong ini diwaktu yg ga tepat."
"Ya, ga masalah. Makasih juga udah nemenin gua di saat gua terpuruk." Narendra memeluk Arya, yang dibalas oleh sahabat masa SMP nya itu.Kepala sekolah mengakhiri pengumuman pagi itu dengan meminta beberapa siswa untuk menjadi perwakilan sekolah dalam melayat ke rumah duka siang hari nanti.
Waktu istirahat.....
"Gua ga pengen lu pergi aja," ucap Clara pada Una yang berada di depan pandangannya. Membuat si alpha female tidak dapat berbicara lagi, akhirnya Una urung mengajak Clara untuk pergi melayat siang nanti.
"Gua tau perasaan lu, gua juga ngerasain hal yang sama, tapi kita ga bisa terus kek gini" Una duduk di kursi samping Clara.
Saat itu mereka berdua sangat tidak bersemangat, hingga suara seseorang terdengar di telinga keduanya. Dia berdiri di depan mereka berdua dengan kedua tangan memegang minuman kemasan.
"Seenggaknya kalian minum dulu, girl's. Kalian juga harus jaga kesehatan... Terutama ellu."Suara itu terdengar dengan penekanan di akhir kalimat, kalimat yang dilontarkan untuk Una. Membuat yang di bicarakan mendengus kesal, lalu pergi menjauh dari sana.
"Eh!? Una, tunggu gua!!" Clara berdiri mengikuti Una. "M-makasih Alvaro."
Akhirnya kelas itu meninggalkan Alvaro seorang diri.Di ruang OSIS....
Dalam ruangan tersebutlah Narendra dan Felix berdua, pada awalnya ada Arya juga namun Ia pergi saat Felix datang.
"So... Just the two of us? Where are the others?(Jadi... Kita cuma berdua? Dimana yang lain?). Felix menggaruk tengkuk tak gatal, Dia heran dengan Arya yang tiba tiba pergi sesaat kedatangannya.
"Ga, gua cuma sendiri... Ga ada kayfa di sini," lirih Narendra dengan wajah tidak menunjukkan ekspresi sama sekali.Felix datang ke ruangan OSIS itu karena tadi di kelas Narendra yang memintanya untuk membereskan berkas berkas yang sudah menumpuk. Dan Arya, dia hanya menemani sahabat lamanya itu.
Lalu Narendra menghela napas panjang seraya berkata,"makasih Fel, udah mau nemenin gua, bantuin gua juga. Hahh... Biasanya Kayfa yang di sini nolongin gua ngurus berkas berkas ini."Felix yang tidak mengerti dengan arah pembicaraan Narendra, dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia juga sedih dengan kepergian Kayfa, apalagi Kayfa adalah orang yang sangat dekat dengan dirinya.
"Hiks...hiks..." Air bening itu mulai mengalir dari mata Felix.
"G-gua keluar bentar mau cari yang lain." ujar Felix sembari mengusap matanya yang basah.Felix berjalan di lorong tanpa tujuan hingga akhirnya seseorang memanggilnya, suara itu segera menghampirinya.
"Fel, lagi ngapain di sini?" Tanya Clara yang sedang berjalan mendekat ke arahnya, tak lupa Una yang sedari tadi ikut bersamanya.
"G-ga ada," Felix kembali mengusap matanya hingga Ia teringat dengan ucapan kepala sekolah tadi pagi. "Euhm... Kalian nanti ikut ga? Ke rumah Kayfa, kan kalian temen deketnya.""Ren..cana kami ikut sih? Kenapa ya Fel? Ucap Clara ragu ragu sembari menatap Una di sebelahnya.
"Si Narendra itu... Dia butuh temen pasti-" ucapan Felix di potong oleh suara keras Alvaro yang berdiri beberapa meter dari mereka.
"Una!! Sini cepat!" Alvaro melambai tangan, memanggil Una.
"Ngapain hah?" Una segera menghampiri orang yang telah ditunjuk menjadi rekan tim bulu tangkisnya.
"Kalian mau ke ruang OSIS kan? Yaudah dluan sana, ntar gua nyusul."
Melihat kejadian barusan membuat Clara cukup kebingungan sampai menggaruk tengkuknya.
"Tumben dia nurut aja, biasanya susah buat nyuruh dia apalagi kan Alvaro itu musuhnya."Menyisakan hanya sepasang teman yang sedang dalam masa pendekatan, kini Felix meraih tangan Clara. Membuatnya merespon dengan spontan, menepis tangan Felix.
"Sorry!!" Sontak Felix yang berpikir telah salah buat.
"Ehh!? Gapapa kok, aku yang salah."
"Okey... Jadi pergi sekarang?"===========
Di sebuah ruangan yang senyap, Narendra memaringkan kepalanya pada sandaran kursi yang Ia duduki.
Hingga terlarut dalam senyap nya ruangan itu.
"Gua balek... Hmm? Lagi tidur, pasti berat banget buat Dia." Lirih Arya yang melihat sosok Narendra saat pertama membuka pintu.
"Baguss... Ga ada dia." Batin Arya saat sadar tidak melihat orang yang dibencinya di ruangan tersebut.
Arya lalu membuka sebuah loker yang terdapat di sudut ruangan lalu melihat berkas berkas di sana.Tak berselang lama, pintu itu kembali terbuka, langkah kaki juga terdengar bersamaan dengan suara Clara yang mengudara. Membuat Arya terkejut hingga terjedot pada meja di sebelahnya.
"Heh? Ngapain lu di sini? Apa yang lu pegang? Sergah Clara. Membuat laki laki lain terbangun dari tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Girls and Their Boyfriends
Teen FictionSebuah kisah tentang seorang siswi SMA bernama Clara. Dirinya yang kekurangan kasih sayang seorang Ayah membuatnya sangat ingin mendapatkan cinta dari Felix, seorang siswa pindahan asal Inggris. Tak hanya tentang percintaan Clara dan Felix juga tent...