Malam hari di bawah cahaya rembulan, sepasang kekasih sedang menyantap makanan yang berada dihadapannya. Menikmati malam bersama.
"Buka mulutnya sayang!" Manja Kayfa. Dengan bintang bintang yang menerangi cinta dan kemesraan mereka. Mereka sedang merayakan anniversary tiga tahun mereka.
"Lagi dong sayang!" Balas Narendra tak kalah manja. Kayfa benar benar dapat menaklukkan Narendra yang begitu dingin dulunya.
"Ayy... Kamu bahagia ga sama aku?" Narendra meraih jari jemari ramping milik gadis di depannya. Membuat Kayfa tersipu malu.
"Ya bahagia dong," ucap Kayfa tersenyum manis. "Ehm... Ayy, kita kan udah tiga taun nih. Aku pengen liburan gitu bareng kamu."
Mendengar hal itu membuat Narendra berpikir sejenak lantas tertawa kecil. Lalu mengelus lembut rambut pujaan hatinya.
"Weekend ntar kita pergi ke Puncak Bogor mau ga?" Tanya Narendra yang dibalas riang oleh Kayfa.
"Mau dong, apasih yang engga buat ayangku nih,""Gua harus kasih kado spesial pas weekend nanti," senyum Narendra.
===========Sedangkan di komplek Clara.....
Clara di temani Felix melihat cahaya kerlap kerlip dari serangga bernama kunang kunang.
Sebenarnya mereka baru saja selesai makan malam bersama, keluarga Felix diajak oleh Mama Clara untuk makan malam bersama. Dan hal yang membuat mereka bisa bersama sekarang adalah Ibu Felix yang sangat memaksa untuk bersama Clara malam itu.
"Cantik," ucap Felix tanpa sadar yang membuat Clara tersipu malu.
"E-emang iya yah??" Tanya Clara kikuk dan canggung.
"Iya lho,nih kunang-kunang nya cantik cantik smua." Felix melihatkan serangga bercahaya itu pada perempuan disampingnya.
"Bisa bisa gua kepedean banget."Tanpa disadari mereka berjalan menyusuri jalanan yang diterangi lampu, mengikuti kunang-kunang yang terbang dibawah cahaya bulan.
Tiba tiba Clara tertawa lepas mengingat kejadian tadi pagi.
"Hahaha... Kamu tadi lucu deh," ucap Clara terkekeh gemas.
"Hah?" Melihat reaksi Felix membuat Clara semakin gemas.Flashback on.
Plakk...
Sebuah tamparan melayang tepat di pipi kiri Narendra. Membuat yang melihatnya bergidik ngeri dengan perubahan sifat Kayfa Yang seketika.
"Kamu gimana sih!!" Kayfa mendengus sebal. "Una ini mau pergi beliin kita lho,biarin aja dulu."
"Ga nyangka kalo Kayfa orangnya gini." Kaget Felix.
Pada akhirnya Narendra harus menunggu untuk pertanyaannya.Setelah selesai menikmati makanan yang dibeli oleh Una,sebuah pertanyaan dilayangkan oleh Ketua OSIS itu.
"Lu ngapain sama Alvaro?" tanya Narendra sembari memperbaiki posisi duduknya. Hal itu membuat seseorang menatap tajam pada Felix.
"Napa lu nanya gitu?" Una meneguk habis minumannya,"harusnya yang jadi pertanyaan kenapa ada cowok yang masuk toilet cewek!?" Dengan nada tinggi Una menunjuk sarkas Felix.
"What?? I'm not like that."(Apa?? Aku tidak seperti itu.) Empat pasang mata yang tertuju padanya sekarang membuatnya merasa tertekan.
"Tunggu... Gua baru sadar kenapa lu bilang gitu. Sebenarnya lu kan yang didalam gudang sama Alvaro." Sergah Felix dengan wajah merah masam.Mendengar hal itu membuat Una mematung, sadar bahwa Felix tidak membicarakan apapun tentangnya. Sebenarnya memang tidak ada yang tahu tentangnya dengan Alvaro di gudang. Dia sendiri lah yang memberi tahu hal itu. "Bodohnya gua..."
"Jadi lu mukul dia di sana?? Itu kenapa idungny sampe kluar darah?" Narendra yang memang terlihat cuek ternyata mampu menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi. "Dan Felix, ngapain lu di sana? Bukannya lu dihukum tadi pagi." Aura intimidasi Narendra semakin terasa.
"Y-ya gua... Tadi kebelet pipis makanya gua ga liat kalo itu toilet cewek," jawab Felix dengan bibir dimonyongkan. Membuat Kayfa dan Clara tertawa terbahak melihat ekspresinya.Flashback off.
Mengingat hal itu Felix menyipitkan mata tak suka.
Waktu semakin larut, dingin malam juga menusuk hingga ke tulang. Vina datang memanggil Clara untuk masuk ke rumah.
"Ra,sana pamit sama Felix. Habis itu pulang trus tidur," ucapnya.
"Pamit sama Felix? Emang dia suami gua?" Batin Clara sambil memandangi Felix yang berada di hadapannya.
"Cepat gih pamit mah Felix." Suara Vina kembali mengudara dengan ekspresi marah terlihat jelas diwajahnya.
"I-iya iya," Clara terlihat canggung dan kikuk saat berpamitan dengan bule muda itu. "Fel... G-gua balek dulu ya, byee."
"Byee, Clara. Good night."
"Night too"==========
Di lorong gedung sekolah menengah atas itu, Narendra si Ketua OSIS berjalan sembari menyelempangkan tas pada pundak kanannya. Membuat dirinya tampak sangat gagah.
"Pagi, Bu," sapa Narendra saat berpapasan dengan Bu Siti di tengah langkahnya.
"Ya, pagi Naren," balasnya dengan santai lalu berjalan dengan lenggak lenggok kembali.
"Aduhh napa sih Alvaro ganteng banget??" Batin Bu Siti, salting. Ternyata Dia baru saja menemui Alvaro di kelasnya.Setibanya di kelas yang dituju, Narendra sedikit bingung karena tidak melihat sosok cintanya itu. Akhirnya dia mengenyakkan pantatnya pada kursi di sudut ruangan dan duduk menunggu.
Di kelas 11 IPS B.....
Dalam kelas itu sekarang seorang laki-laki rupawan idaman Bu Siti sedang duduk di kursinya, wajah penuh lebam. Mungkin akibat perkelahian kemarin.
"Ga nyangka gua cewek secantik dia ternyata keras dan kasar." Menung Alvaro dengan senyum tipis yang melihatkan gigi serinya.
Namun senyuman itu tak bertahan lama karena kedatangan Arya, orang yang sangat benci padanya. Arya berjalan menuju mejanya sembari menatap sinis ke arah Alvaro,begitu pun dengan Alvaro. Kedua aura lelaki itu berbenturan di ruangan kelas itu.
"Lu masih ga senang mah gua?" Tanya Alvaro sarkas.
"Ga usah banyak bacot! Sini baku hantam kita."
Amarah keduanya saling tak tertahankan, saling melihatkan taring. Membuat beberapa siswa yang melihatnya ketakutan.============
Berjalan menyusuri tikar aspal yang panjang disinari mentari pagi dan ditemani orang yang disuka ternyata tidak selamanya pengalaman yang indah.
Pagi ini Clara dan Felix memutuskan berjalan kaki menuju sekolah mereka.
Felix tidak ingin diantar oleh Ayahnya lagi karena Dia merasa itu akan membuatnya berbeda dari teman temannya.
"K-kamu kok ga diantar lagi??" Clara merasa canggung dengan keberadaan Felix di dekatnya. Bahkan ronah merah sedikit melekat di wajahnya.
"Ehm... Ya soalnya aku mau jalan bareng sama kamu."
Mendengar hal itu nyawa Clara rasanya mau melayang. Tersipu malu.Bagaikan daun yang gugur oleh hembusan angin. Rasa senang Clara hilang seketika saat melihat sosok yang amat dekat dengannya, tergeletak bersimbah darah di seberang jalan.
"Ga mungkin Kayfa kan?? Ga mungkin dia" Air mata sedih menetes menyentuh aspal jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Girls and Their Boyfriends
Teen FictionSebuah kisah tentang seorang siswi SMA bernama Clara. Dirinya yang kekurangan kasih sayang seorang Ayah membuatnya sangat ingin mendapatkan cinta dari Felix, seorang siswa pindahan asal Inggris. Tak hanya tentang percintaan Clara dan Felix juga tent...