"Jangan ikut campur, atau kau akan mengalami nasib yang sama. Atau bahkan, lebih mengerikan dari ini.."
•
•
•
•
•
HAPPY READIIINGGG
•
•
•"ANJIIRR!?"
"COOK!?"
Dua kata mutiara yang keluar dari mulut Rayyan dan North, membuat Raya memukul punggung mereka dengan keras sementara dua insan tersebut meringis kesakitan. "Heh!"
"Anjir lah! Merinding gue lihatnya cok!"
"Medeni jir."
"Ya Allah, tega banget sumpah. Siapa yang bunuh dia kayak gini sih!? Tubuhnya itu lohh.." ujar Rayyan melas. Tubuh tergeletak tak bernyawa yang tergantung di atas dengan tubuhnya yang sudah tak berbentuk utuh. Tangan, kaki, badan, tangan, dan kepala digantung di atas, dengan masing-masing anggota tubuh tanpa kulit. Jari-jari tangan maupun kaki tergeletak di lantai dengan darah yang menghiasinya.
Kondisi tubuhnya sangat buruk, sangat-sangat buruk. Tidak. Lebih tepatnya ia mati dengan keadaan mengenaskan. Sangat mengenaskan. Bagi siapa pun yang melihatnya langsung trauma. Tak itu saja, dengan matanya yang masih tersisa satu dan bola mata itu ingin terlepas dari matanya. Salah satu bola matanya telah dicongkel oleh seseorang. Rayyan dan North menatap tubuh mayat itu merinding, dan ngeri. North mulai mengambil foto. Namun, Raya menghentikan aktivitasnya, membuat North mengangkat alisnya sebelah.
"Don't," cegatnya.
"Why? Why can't it?" Raya menatapnya dingin. Sebelum ia menjawab pertanyaan North, ia menatap mayat tak berbentuk itu secara sekilas. Kini, mereka kembali memasuki ruangan yang mereka tinggalkan tadi, dengan berani (Raya). Mereka berdua dipaksa olehnya.
"Pantesan kita dikejar sama tuh hantu, ternyata ini yang ia maksud," kata Rayyan.
"Ayo kita bawa dia keluar dari sini, lalu kita kuburin dia," suruh Raya, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya yang sempat ia tinggalkan di ruangan rahasia tadi. Menyodorkan mereka dengan beberapa plastik hitam besar.
"Masuin mayatnya ke situ, terus kita bakar."
"Anjir?! Dibakar!? Kok, dibakar? Kan, harusnya dikubur, Ra," ujar Rayyan, North menimpalinya dengan anggukan, setuju apa yang diucapkan olehnya. Raya menatap mereka tajam.
"Ini perintah dari Pak Kepala Sekolah, jangan pernah berani membantah perintahnya!" ujarnya, dengan serempak, mereka berdua mengangguk cepat. Mendekati tubuh mayat yang digantung, dan melepaskannya dari tali dengan perlahan.
"Pak Kepala Sekolah psikopat jir."
•GFA•
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dingin, menatap seseorang dingin. Sementara yang ditatap menatapnya tenang sembari tersenyum."Oh ayolah, begini cara lo menyambut teman lo? Gue ke sini cuma mau ketemu sama teman gue," jawabnya tenang, Anka tetap menatapnya dingin.
"Jadi kau, yang telah membuat rumah sakit ini hancur, hah!?" serunya, menatapnya tajam.
"Woow, wooww. Rileks bro. Jangan asal nuduh, okey?" Anka menggertakan giginya, marah.
"Nuduh!? Aku ga nuduh kau! Dan itu memang kenyataannya!" geramnya, ia tertawa.
"Oh, memang ini salah gue. Tapi gue ga bermaksud buat bunuh lo. Gue cuma mau-"
"Aku tau! Kau ingin membunuh Gev, kan!? Kalau kau ingin membunuhnya, jangan sampai orang lain ikut terbunuh!!" Ia tertawa keras.
"Lucu banget sih, lo. Ya, terserah gue lah, mau gue bunuh orang lain atau ga, itu terserah gue," ujarnya santai, Anka menatapnya penuh emosi.
"BENAR-BENAR GA PUNYA HATI!" Seseorang di hadapannya kini tertawa kencang.
"Udah, ya. Gue pergi dulu. Masih banyak urusan gue." Ingin sekali Anka mencegahnya pergi, namun ia telah pergi dari sana, secepat mungkin. Anka memutuskan untuk mencari Fazil, diantara semua reruntuhan bangunan rumah sakit. Walaupun langit telah berubah menjadi orange, dan matahari yang ingin menenggelamkan dirinya.
•GFA•
"What the fuck!?"
"Anjirr, kejam banget cookk!"
Lion sedang asik menyaksikan tiga orang yang sibuk mengurus tubuh manusia, secara kejam. Satu orang memotong tubuh manusia, termasuk organnya dengan menggunakan kapak. Lalu, satunya lagi sedang menusuk-nusuk tubuh seseorang dengan pisau, menusuknya tanpa henti. Sedangkan satunya, ia melukai orang hidup-hidup dengan pisau yang sangat tajam, menggores tangannya, pipinya, lehernya, dan lain-lain, tanpa henti. Mereka saling tertawa satu sama lain. Seperti hiburan bagi mereka. Sangat menyenangkan dimata mereka. Tapi tidak dimata Lion. Tak ada sedikit pun raut wajah mereka yang terlihat takut, panik, sedih, khawatir, dan cemas. Hanya terpasang raut wajah gembira, dan menakutkan.
Lion tak kenal pasti mereka siapa, tapi yang pasti, mereka bertiga dari kedua sekolah yang sedang menginap di villa SMA Aquarius, atau sekolahannya sendiri. Lion menelan salivanya susah, keringat bercucuran, menatap mereka ngeri. Saat ini, ia berada di lorong bawah tanah, sebenarnya, ruang yang North jelajahi itu lorongnya panjang sekali. Banyak pintu terjejer-jejer dengan jarak yang jauh. North menyuruh Lion dan Renno untuk mencari sampai mana lorong ini berakhir. Tidak, bukan ruangan bawah tanah lagi, tetapi lorong bawah tanah. Dengan lorong sepanjang kereta, tidak, melebihi kereta, dengan lorong sepanjang 320 meter.
(Masa iya, kereta panjangnya segitu? Kan ga mungkin..)
"Kira-kira, siapa mereka?"
"Kok, mereka ngelakuin itu? Gue video ga ya, buat jadi bukti."
Lion terus bertanya kepada dirinya sendiri, hingga tak menyadari jika salah satu dari mereka ingin keluar dari ruangan yang dibanjiri oleh darah segar. Mereka telah membunuh lebih dari tiga orang. Ada yang seusianya, dan ada yang sudah dewasa. Tetapi, jika dilihat secara seksama, lebih banyak mayat seusianya, dibandingkan dengan orang dewasa. Sebelum orang itu benar-benar keluar, Lion tersadar, dan segera bersembunyi dengan perlahan namun cepat agar ia tak melihatnya.
Orang itu menyeret tubuh mayat yang tak lagi mempunyai kepala, dan tangan, tanpa ada rasa iba sedikit pun. Lion membeku melihatnya, melihat mayat itu ia jadi merinding dan ngeri. Apakah ia akan menjadi target selanjutnya? Ia rasa ia tak akan menjadi target sasaran mereka selanjutnya. Lion sempat melihat foto-foto siswa-siswi dan orang dewasa terpajang di dinding, dengan ada foto yang diberi tanda silang, dan ada yang masih bersih. Mungkin, foto yang diberi tanda silang adalah orang yang telah mereka bunuh, dan jika tak ada tanda tersebut, maka orang itu masih hidup dan menjadi target mereka bertiga. Nyawa mereka diambang kematian.
Lion melihat seksama orang tersebut, membawa mayat itu kemana. Ingin sekali mengikuti orang itu, namun, ia takut jika ia tertangkap basah dan menangkapnya, lalu membunuh dirinya dengan kejam. Lion bergidik ngeri memikirkan hal tersebut, dan memutuskan untuk keluar dari lantai itu dan mencari Renno. Tak sabar untuk menceritakan kejadian yang tak ia duga. Bayangkan, lorong yang dipenuhi kegelapan tidak dengan ruangan di dalamnya, lorong yang sangat panjang, dan lorong yang terasa sangat menakutkan.
"Psikopat jiirr. Pliiss, jangan ketemu salah satu dari merekaaaaa. Gue masih mau hiduuppp. Gue masih mau ngejahilin Rennooo. Gue juga masih mau ketemu sama ketuaa baruu!"
Lion terus berdoa agar tak bertemu mereka, sembari mencari dimana Renno berada. Sampai ketemu. Benar-benar sampai ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERITAN ANAK PERTAMA
FantasySeorang kakak yang dibenci kelima adek kandungnya, dan bahkan lebih dari itu. Mereka menjauhinya, dan mengasingkan dirinya sendirian, meninggalkan dirinya sendiri di dalam kegelapan. Disaat ia berumur 16 tahun, ia tidak menganggap mereka sebagai ad...