PERHATIAN!!
-berisi kata-kata kasar, dimohon untuk kebijakan pembaca.
-pembaca yang baik tidak meniru kata-kata kasar.
-umur 16+
-jika ada typo, author minta maaf.•▪︎■•▪︎■•▪︎■•▪︎■•▪︎■•▪︎■•▪︎
"Time for a break."
Beberapa siswa-siswi keluar dari kelas mereka dan menuju ke kantin, lantaran saat di kelas ada yang tertidur, atau sedang mengerjakan tugas. Saat ini, rata-rata siswa-siswi sedang bermain handphone atau berkumpul satu sama lain. Anka berjalan keluar dan menuju ke kamar mandi. Selama perjalanan, ia memikirkan pesan yang dikirim oleh North tadi.
"Rencananya diubah hari ini? Sialan! Siapa yang menyebarkan itu!? Sepertinya, dia memata-matai kita bertiga. But who?"
Seorang siswa tiba-tiba datang dan mengejutkan Anka dengan menepuk pundaknya. Namun Anka tak terkejut sedikit pun, "Ka, ayo ke kantin!" ajaknya, Anka melirik sekilas pelaku yang mengejutkan dirinya. Tentu ia menolaknya mentah-mentah.
"Kok, ga mau?" ujarnya heran. Sekali lagi Anka meliriknya sekilas. Ia meliriknya tak suka.
"Aku mau ke kamar mandi dulu. Nanti aku ke kantin sendirian."
"Loh? Varel di mana? Tumben lo ga sama dia. Gue nunggu lo di depan pintu kamar mandi gapapa kok. Gue ke kantinnya bareng lo."
"Ga usah. Kalau kau mau ke kantin, ke sana saja langsung. Aku tipikal orang yang ga suka buat orang lain menungguku, apalagi jika dia bukan sahabatku."
"Ga mau. Gue mau nya bareng lo."
"Why?"
"Yaa, mau aja. Kan, udah lama kita ga kemana-mana bareng."
"Aku ga enak sama kau."
"Alah, sans aja. Gue, kan, sahabat lo."
"You're not my best friend, Rav. Sahabatku itu Gev doang. Ga sama kau. Aku cukup satu sahabat, aku ga mau nambah sahabat lagi."
"Hah!? Lo bilang apa!?" heboh Araav, langkah mereka terhenti. Alis Anka terangkat sebelah begitu Araav bertanya dengan heboh.
"Why? Was what I said wrong earlier?"
"Oohh, jadi lo ga anggap gue sahabat lo, gitu!? Ga dia doang sahabat lo, Ka! Gue juga sahabat lo!Lo selalu bareng sama Varel! Sedangkan gue? Gue seperti diasingkan sama lo! Seolah-olah gue dijauhi sama kalian berdua!" Anka menatapnya heran.
"Tiba-tiba banget?!"
"What?! Since when have you been friends with me? I only think of you as my friend, Rav."
"What?!"
"Kalau lo merasa Anka sebagai sahabat lo, apa lo udah yakin kalau Anka menganggap lo sebagai sahabatnya?" sahut North tiba-tiba. Mereka berdua menoleh ke arahnya. Tidak hanya dia saja yang muncul, tetapi Fazil juga ada di sebelahnya. Mereka melangkah mendekati Araav.
"Fazil!? Dan tangannya.."
"Jangan anggap seseorang lebih dari teman, kalau dia ga anggap kita lebih dari apapun, Rav. Gue tau, seberapa kecewanya lo ke Anka. Tapi, lo juga salah! Menganggap Anka sebagai sahabat lo, tapi Anka anggap lo sebagai teman, bukan sahabat."
"Anka pernah bilang ke gue, kalau dia cukup satu sahabat, dan ga akan pernah ninggalin dia. Yaitu Gev," sambung North, Araav kini menatap Anka marah, "Tapi..saat itu, lo bilang ke gue kalau lo mau bersahabat sama gue, Ka!" bentak Aarav.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERITAN ANAK PERTAMA
FantasiSeorang kakak yang dibenci kelima adek kandungnya, dan bahkan lebih dari itu. Mereka menjauhinya, dan mengasingkan dirinya sendirian, meninggalkan dirinya sendiri di dalam kegelapan. Disaat ia berumur 16 tahun, ia tidak menganggap mereka sebagai ad...