LOMBA

3 1 0
                                    

Gev melamunkan sesuatu. Kegelapan kini menyelimuti dirinya. Saat ini, Gev berada di gudang. Ia dihukum Baskara selama tiga hari, tanpa cahaya sedikit pun di sana. Tak mengapa. Saat kecil, ia selalu dihukum seperti ini. Jadi, ia tak takut dengan ruangan yang mengurungnya. Ia hanya lelah. Lelah dengan keadaan. Lelah dengan semua yang menimpa dirinya. Percuma. Percuma bilang seperti itu di depan wajahnya. Andai Fazil tak hilang ingatannya soal itu. Baskara pasti percaya dengannya.

Gev dihukum karena kejadian yang menimpa dirinya tadi. Baskara sangat marah kepadanya, sehingga ia menghukumnya di sana. Bukannya menyadari kesalahan yang ia buat, justru memarahinya. Fazil sempat menghalangi perbuatan Baskara terhadap Gev saat ia ingin mengurung Gev di gudang. Tempat yang sangat gelap, sunyi, dan kotor. Namun perbuatan Fazil itu sia-sia.

"Ngelamun terus lo. Udah, ga usah mikirin. Lagian kenapa lo nyelamati adek lo sih. Kan, lo tau sifat mereka kayak gimana. "

"Daripada lo ngelamun, mending luka lo obati."

"Kalau gue obati luka gue, ga guna, Rev. Bakal muncul lagi.."

"Hati gue ga bisa diobati, kan? Untuk apa gue obati hati gue, yang jelas-jelas ga bisa sembuh? Yang jelas-jelas ga bisa diobati? Emang lo tau,  obat apa untuk hati gue biar bisa sembuh? Ga ada, kan?" jelasnya dengan nada getar. Tatapannya kini benar-benar kosong. Sedari tadi tatapannya tak berubah.

"Karena gue pengen mati dengan cara seperti itu, Rev. Tapi gue ga mati-mati. Gue ga bisa mati karena gue harus ngelindungi semua adek gue, dan orang tua gue punya harapan besar ke gue. Walaupun mereka benci ke gue, tapi mereka-"

"Ga mungkin, Gev. Benci ya benci. Memang orang tua lo naruh harapan sama ekspetasi ke lo, tapi karena mereka udah benci sama lo, ga anggap lo ada, dan banyak lah. Ga mungkin naruh harapan lagi, biasanya sih, gitu. Dulu orang tua teman gue juga kayak lo nih. Dia sekarang jadi jahat dan bunuh keluarganya sendiri."

"Ngapain lo ngelindungi mereka? Mereka ga anggap lo kakak mereka sendiri. Lagian mereka juga udah besar, kan? Ngapain dilindungi? Apalagi mereka punya kekuatan. Orang kayak gitu tu ga pantas dilindungi, Gev. Mereka ga pernah mengasihini lo sepersen pun."

"Karena tugas seorang Kakak itu ngelindungi adeknya, Rev. Lebih baik gue mati buat ngelindungi mereka, daripada gue mati di tangan tu oang."

"Tch. Terserah. Kalau gue jadi lo. Gue bakal biarin mereka. Sedikit egois, Gev."

"Kalau gue ga nyelamati mereka. Ayah pasti ngehukum gue mati, Rev. Matinya ga lazim."

"What the hell!!?"

"Gev, gue akan cari informasi tentang Brixton lebih dalam lagi. Gue rasa, Ayah dan Ibu lo itu bukan orang tua lo yang asli."

"Ngapain lo bantu gue? Lo bukan siapa-siapa gue, Rev. Gue ga mau ngerepotin lo."

"Heh, gue ada di dalam tubuh lo. Jadi otomatis gue ngerti apa yang lo rasain. Ga Fazil doang yang bisa ngerasain apa yang lo rasa. Gue sama kayak lo. Gue udah muak tau ga. Lo ga muak apa, digituin sama orang tua lo?"

"Terserah lo."

"Lo beneran ga mau keluar? Gue-"

"Gue udah bilang, kan, tadi? Ga usah. Kalau gue keluar, bukannya bebas, yang ada malah nambah hukuman."

"Lagipula, tempat ini sesuai gue.."

"Astaga, serah lo deh."

"Gue tinggal dulu."

[\▪︎\]


26 Januari 2024

Benar-benar sangat kacau setelah kejadian kemarin. Keempat siswa yang bersangkutan dibawa ke BK hari ini. Untung saja, mereka bertiga punya banyak bukti untuk meyakinkan para guru BK, termasuk Pak Kepala Sekolah, jika Araav benar-benar melakukan semuanya. Jadi, mereka bertiga lolos dari hukuman yang akan diberikan. Kecuali Araav. Siswa itu diberi hukuman tidak masuk sekolah selama tiga hari.

JERITAN ANAK PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang