Octagon 3 - 774 : Menjadi Nol

208 20 0
                                    

Sungguh terkejut adanya.

Juyeon pikir pertemuan akan dilakukan bersama dengan angkatan-angkatan aktif sekarang, baik dari Universitas Bakti Bangsa, atau dan juga dari Universitas Badasa. Walau memang cukup membingungkan karena di waktu akhir sebelum dia berangkat, ketika Hongjoong memberitahu lokasi pertemuan, justru adalah rumah dari Taeyang. Tetap Juyeon berpikir akan menemukan yang lainnya, termasuk Yunho, tetapi tidak.

Benar-benar tidak ada.

Di sana, hanya ada Taeyang sebagai pemilik rumah, dan Hongjoong.

Jujur saja Juyeon agak gemetar saat turun dari motornya, untuk kemudian ikut bergabung dengan mereka yang telah menunggu di halaman depan--dalam keadaan santai, seperti tak butuh rapat secara formal.

Taeyang sendiri bersandar di salah satu pilar halaman depan rumahnya, selagi Hongjoong duduk di salah satu anak tangga memanjang dari rumah besar tersebut.

Walau begitu, Juyeon merasa sedikit lebih hangat.

Kini... terasa bahwa dirinya dianggap oleh Hongjoong, untuk menjadi salah satu tangannya.

"Gue kira... pertemuan semuanya."

"Sudah tadi." Hongjoong menjawab sambil memperhatikannya mendekat.

Juyeon nyaris berhenti di langkahnya--nyaris jatuh kecewa mendadak.

Hanya saja sudah lebih cepat dari Hongjoong melanjutkannya. "Lo gak gue undang, soalnya gue ngasih tanggung jawabnya ke Yunho. Di sisi lain, gue tau lo pasti bantuin San, buat acara nanti malam."

"Cenayang lo?" balas Juyeon cepat, ketus, untuk menutupi perasaan aslinya yang terus berubah.

Hongjoong mulai menyandarkan kedua tangannya ke belakang, pada anak tangga lainnya, secara menumpu. Sekilas melirik Taeyang yang posisinya berada jauh lebih atas, selagi Juyeon berhenti dengan berdiri tepat di hadapan Hongjoong tanpa menyentuh anak tangga. "Sekarang di sini, kita. Angkatan 50. Dari berbagai macam seleksi, walau yang lain setia kawan, cuma lo berdua yang bisa gue percaya."

"Okay?" Juyeon menunggu dengan mulai menyelipkan kedua telapak tangannya pada saku celananya.

Dari posisinya, Taeyang masih bersandar diam, melipat kedua lengannya sambil menunggu.

Dan Hongjoong memainkan jemarinya, menatap Juyeon, seperti tengah mempertimbangkan hal. Walau seharusnya tak perlu.

Juyeon sampai penasaran, pun sedikit takut sejujurnya. Ludahnya terasa sulit sekali untuk ditelan, ketika tatapannya kembali pada Hongjoong untuk menuntut maksud. "Uhm... kita harus duduk barengan sekarang, atau gue cuma harus berdiri aja di sini, nunggu salah satu dari kalian jelasin... hal ke gue?"

"Kudeta."

Kali ini, Juyeon merasa keseimbangannya mendadak terganggu.

Hongjoong berucap menatap seperti tanpa beban sama sekali.

Bahkan Taeyang tampaknya memang sudah sejalan dengannya.

Masih agak tak mengerti, Juyeon mengerjap, mencoba mencari tahu lebih jelas. "Maksud lo... hal serupa kayak perlawanan pertama lo, di konser... lalu?"

"Hah?" Hongjoong refleks terkekeh. Setidaknya itu menambah ekspresi baru di wajahnya yang datar sedari tadi--tapi tak mengintimidasi, beruntungnya. "Konser kemarin? Itu permainan anak kecil."

Konser kemarin Hongjoong sebut permainan anak kecil.

Padahal efek yang terjadi luar biasa.

Hongjoong bahkan mungkin takkan dilirik sedalam ini oleh Dongwook, sampai membuatnya pun bisa menjadi ketua angkatan sekarang.

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 5 (END)Where stories live. Discover now