Octagon 3 - 778 : Nadi yang Ditolak

129 16 0
                                    

"Gue gak mau. Gue gak bisa. Gue beneran gak bisa."

Hongjoong memperhatikan bagaimana gemetarnya San ketika mengatakannya secara berulang, seraya mondar-mandir hanya satu langkah, di dalam kamar mandi bersamanya. Hongjoong sendiri hanya diam memperhatikan sambil bersandar pada pintu, membiarkannya dahulu untuk melepaskan pikirannya, sejak lima menit lalu.

Nyatanya, San tak sanggup, ketika Hongjoong mengatakan bahwa di hadapannya terdapat kakek kandungnya, dari pihak ayah.

Kiran Dama Casugraha.

Jikalau bukan karena beliau berada di Antara, Hongjoong juga takkan bisa mencapainya secara mendadak seperti ini.

Ya, walau tetap harus meminta bantuan Gongyoo--yang berada di kamar lainnya.

"Lo seharusnya bilang ke gue sebelumnya--"

"Bukannya lo ingin ketemu anggota keluarga lo yang lain?"

Tersinggung, San dengan emosi yang bertumpuk segera menghadap Hongjoong seperti kilat untuk menghentak dadanya keras terhadap pintu. San mencengkram dadanya, menatapnya marah, dan berucap secara tertahan. "Tapi orang itu yang renggut kedua orang tua gue dari hidup gue."

"Kakek lo lakuin itu buat lo." jawab Hongjoong santai.

Tapi San tak bisa. Pertumpukan emosinya yang terlalu banyak, membuatnya menghentak Hongjoong kembali dengan kasar.

Selagi Hongjoong perlahan mulai menyentuh tangannya, untuk memperingati. "Gue minta maaf untuk bilang ini. Tapi kakek lo anggota di Antara, organisasi keluarga gue, dan pahitnya, sekalipun lo cucunya, kalau beliau lihat posisi kita sekarang, beliau bakal lebih selamatin gue."

"Bukannya itu alasan semakin bagus untuk gue gak mau ketemu orang itu sama sekali?!"

Hongjoong menggenggam pergelangan tangan San, dan tersenyum. "Gue tahu lo marah, tapi mendengar langsung dari sumber sakit lo, mungkin bisa melegakan? Setelah lo ketemu bokap gue dan gak dapat apapun, lo bisa tuntut dari yang sedarah."

"Nuntut apa?" San masih tak melepaskan diri. "Nuntut biar orang tua gue hidup lagi?"

Masih mempertahankan senyumannya, Hongjoong mencoba untuk melembutkan. "Semisal lo butuh waktu lebih, nanti gue telepon anak-anak buat sedikit undur acara kita, okay?"

Disangkutpautkan dengan yang lainnya membuat San berdecak menyerah. San tak ingin menyulitkan, terlebih dengan pihak-pihak yang berusaha untuk makan malam ini. Sehingga yang bisa terjadi adalah bagaimana San harus menekan perasaannya, ketika melepaskan cengkramannya dari Hongjoong.

San berbalik, untuk bernapas lebih dahulu.

Hongjoong pun membiarkannya beberapa saat, bahkan sampai melihatnya membasuh wajah dari air yang didapatkannya lewat keran wastafel. 

Sampailah San pada anggukan, setelah mengelap wajahnya, dan berusaha untuk lebih dewasa menyikapinya.

"Okay." San mengangguk untuk menatap Hongjoong lagi, sebelum memutar mata dan berusaha mendorong sosoknya ke samping agar bisa membuka pintu. "Lo gak akan pernah bisa buat gue benci lo."

"Oh, modal yang bagus." kekeh Hongjoong bercanda.

San menyipitkan mata, meliriknya, masih menahan kenopnya. Sedikit penasaran. "Gue merasa lo jadi lebih ringan. Ada apa?"

"Ada banyak hal." Hongjoong menjawabnya tenang. "Ada banyak hal menenangkan, setelah gue ketemu kakek gue sendiri, dan dapat semua jawaban sekaligus jalan keluar dari seluruh pertanyaan gue. Berat, memang, tapi percayalah, San. Ketika lo berhadapan dengan mereka yang sebenarnya memegang kendali, lo bisa tahu, kalau hidup lo di depan sana bakal baik-baik aja."

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 5 (END)Where stories live. Discover now