08

537 51 6
                                    

Sabiyu melangkahkan kakinya di koridor kampus yang cukup ramai ini, sebenarnya ia tidak mau meninggalkan Azkana sendirian namun nilainya lebih penting saat ini. Jayandra juga sama ia memiliki jadwal dari pagi sampai sore hari.

"Sabiyu!"

Sabiyu menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan mendapati Maheesa yang tengah berjalan ke arahnya

"Lo liat si bocim ga? Gue cari cari daritadi ga ada itu anak, gue jemput ke rumahnya juga ga ada, ke Florist bundanya juga ga ada"

"Azka sakit kak, nih surat cuti dari dokternya buat seminggu ke depan"

"Sakit apa? Perasaan kemaren gue anterin dia masih baik baik aja"

"Panjang deh ceritanya, nanti aja lo jenguk Azka di rumah sakit Harapan Indah, gue takut salah kalau nyeritain tanpa seizin dia"

Maheesa termenung sesaat lalu mengangguki perkataan dari Sabiyu lantas keduanya pun kembali berpisah, melanjutkan langkahnya menuju kelas masing masing.

𐙚⋆˙˚◞♡

Azkana kini tengah memejamkan matanya, tidurnya tidak tenang dari semalam karena bisingnya orang orang yang ada di sampingnya. Azkana tidak sendirian di ruang rawat ini tetapi bersama dua orang lainnya, uangnya tidak cukup untuk sekedar menyewa kelas satu ataupun VIP di rumah sakit ini.

"Tuan Azkana?"

"Iya"

Azkana kembali membuka matanya lalu tersenyum menatap seorang perawat yang kini menghampirinya.

"Keluarganya dimana?"

"Keluarga saya sibuk semua sus jadi cuma sendiri"

"Ini ada resep yang harus di tebus oleh keluarga pasien karena obatnya harus di beli, gimana?"

"Oh gapapa sus biar saya aja yang tebus sendiri"

"Maaf ya kak, sop dari rumah sakitnya sudah seperti ini saya gabisa bantu banyak"

"Gapapa sus, terima kasih ya"

Azkana turun dari ranjangnya seraya mengambil cairan infus yang menggantung, Azkana menggantungkan cairan infus itu pada gantungan yang tersedia di kursi rodanya lalu Azkana duduk di atas kursi roda itu, berusaha menggerakkannya sendirian menuju farmasi untuk menebus obatnya. Sebenarnya Azkana sedikit malu karena keadaan wajahnya yang memar, matanya juga bengkak saat ini belum lagi sebelah pipinya yang masih merah.

Sementara dari arah lain Risa tengah berjalan bersama Namira, Risa mengernyitkan alisnya saat melihat seseorang yang menggerakkan kursi roda sendirian. Risa melebarkan kedua matanya ketika ia menyadari kalau orang itu adalah Azkana.

"Azkana!"

Namira bingung saat Risa tiba tiba sedikit berlari

"Risa Risa! Mau kemana?"

"Nam aku mau nyamperin Azkana dulu ya"

"Azkana? Siapa?"

"Calon mantuku"

"Namanya Azkana?"

"Iya sebentar ya"

Risa kembali melangkahkan kakinya menuju Azkana, Azkana yang melihat itu tersenyum dengan manis.

LOVE [HEESUN] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang