Mentari pagi bersinar terang, memberitahu semua orang bahwa sudah waktunya untuk beraktivitas. Sinar itu juga masuk melalui sela-sela gorden kamar yang sedikit terbuka.
Namun, cahaya itu tidak mengganggu seseorang yang masih bergelung di selimutnya. Sejujurnya dia ingin membuka mata, tapi suhu badannya menyuruhnya untuk tidak bergerak.
"Chenle.. gak mau bangun? Udah siang ini?!" Sentak perempuan yang membuka pintu kamar Chenle dengan kasar.
Chenle tetap diam, kepalanya sedang tidak baik-baik saja kali ini. Wanita itu mendecak, lalu mengambil alih selimut Chenle.
"Mah, Chenle gaenak badan" Lirih Chenle dengan mata sayunya.
Wanita itu menatap Chenle dengan tatapan tajam, seakan tidak percaya apa yang baru saja diucapkan.
"Ck! Gausah drama bisa?!"
"Ada apa Nancy?" Tanya seorang pria yang sudah lengkap dengan setelan kantornya.
Wanita yang dipanggil Nancy itu berjalan ke arah pria itu, dan bergelayut manja di tangannya. Lalu menunjuk Chenle yang berusaha membuka matanya.
"Itu mas, masa Chenle gamau sekolah?"
Brian–ayah Chenle–berjalan ke arah Chenle. Duduk di tepi kasurnya dan meraba kening mulus putranya itu.
"Kamu sakit? Ayah izinin ya?" Kata Brian lembut. Chenle mengangguk lesu. Brian berdiri lalu menyelimuti kembali tubuh putih itu.
"Ini kalung apa? Dapet dari temen kamu?" Tanya Brian sambil mengangkat kalung naga itu.
Chenle menggeleng lemas, lalu menyodorkan tangannya. "Itu punya Chenle yah, jangan di pegang" Katanya lesu.
Brian kembali tersenyum, lalu memberikan kalung itu kepada pemiliknya. Chenle menerimanya, lalu memakainya.
"Mas, masa aku harus jaga dia? Kan aku mau liburan sama temen aku!" Protes Nancy.
"Chenle bisa panggil temen Chenle buat nemenin, ayah gausah khawatir" Kata Chenle sambil menggapai ponselnya.
Brian tersenyum lalu mengelus kepala Chenle lembut. "Yaudah, ayah berangkat kerja dulu ya"
Chenle tersenyum dan mengangguk. Brian lalu mengajak pergi Nancy, dan menutup pintu kamar Chenle.
******
Terik matahari tidak membuat Chenle berhenti memantulkan bola berwarna oranye itu. Walaupun berkali-kali dia beristirahat karena pusing melanda.
Ya, begitulah Chenle. Walaupun dia sedang sakit, dia tidak akan melewatkan les basket yang dia gemari.
"Bang? Lu gapapa? Pucet banget muka lu" Tanya seseorang sambil menyodorkan sebotol air mineral.
Chenle yang sedang beristirahat, menerima air itu. "Gapapa kok, pusing dikit doang"
Orang itu menggeleng mendengar jawaban Chenle, "kalo sakit mah istirahat bang, bukannya main"
"Tumben seorang Sion perhatian ke kakak tingkatnya"
Sion mendecak, lalu memukul pelan bahu seniornya itu. Lalu mengambil alih bola basket yang dipangku Chenle.
"Heh! Bola gue itu!"
"Minjem bentar"
Chenle hanya bisa mendecak, lalu membiarkan adik tingkatnya itu bermain bersama bolanya.
Karena dilanda bosan, Chenle memilih bermain dengan botol air di tangannya. Dia berencana bermain dengan kekuatannya.
Chenle melirik ke arah Sion dan yang lain. Memastikan mereka tidak melihat apa yang akan dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KING || SEQUEL 7 POWER
Novela JuvenilKemenangan mereka melawan Raja Pyro membuat mereka di panggil ke Negri Orlo Immortal. Mereka gembira, karena Raja Pyro yang ternyata menjadi masalah Negri Orlo selama ini, sudah mereka musnahkan. Namun mereka tidak tau, kedatangan mereka justru meni...