Un(satu)

6.5K 215 8
                                    

-votmen syang



••
Pagi ini kota terlihat sangat ramai dengan banyaknya berbagai aktivitas yang mereka lakukan.

"Aku pergi kerja dulu ya, kamu di rumah baik-baik sama jena." Javien mengecup kening sang istri yang tersenyum ke arahnya.

"Hati-hati ya, cepat pulang." Karina tersenyum ke arah javien lalu membenahi seragam pilot sang suami, javien pun langsung pergi dari sana.

Beberapa jam setelah javien pergi, karina pun sedang membersihkan karpet yang ada di ruang tamu, tv pun menyiarkan berita terkini.

"Kecelakaan pesawat xxx-xxx yang di kemudikan oleh sang pilot javien ravandra dengan co-pilot marles levansa terjatuh di pantai lepas xxx di kabarkan tidak ada yang selamat sama sekali, sang pilot dan co-pilot pun tewas dalam kecelakaan itu."

Karina menjatuhkan alat pembersih itu dan ia menangis hebat, ia tidak menyangka beberapa jam yang lalu sang suami baru saja bertemu dengannya mengecup keningnya.

Karina mendapatkan telepon dari atasan javien dan menyuruhnya untuk datang kesana, karina pun dengan bergegas pergi ke tempat yang atasan javien ucapkan.


°°
"Kami mohon maaf, ini adalah barang-barang tuan javien yang kami temukan." Karina menangis terduduk ia sangat patah semangat ia masih tidak menyangka suaminya pergi dengan cepat seperti ini.

"Mohon bersabar kami semua juga cukup kehilangan tuan javien, jasad tuan javien tidak bisa kami temukan nyonya." Salah satu teman javien mengelus pundak karina yang menangis terduduk.


••
"Papah sudah jaelvin katakan jael tidak mah menikah!" Jaelvin pergi sembari menghentakan kaki nya.

"Kamu kenapa lagi ha?" Hecha menatap jaelvin yang cemberut.

"Jael tu tidak mau menikah hecha! jael tidak mau menikah dengan ervian." Jaelvin memanyunkan bibirnya sembari menatap pepohonan di depannya.

"Sudah, nanti juga papa tidak akan menikahkan kamu dengan ervian lagi." Hecha mengelus punggung jaelvin.

"Ayo ke pantai, sudah sore seperti ini biasanya langit terlihat bagus." Hecha bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya ke arah jaelvin yng sekarang sudah tersenyum, ia paling suka jalan-jalan di sisi pantai menurutnya langit sore sangat indah.

"Hum ayo!"



°°
"Hecha mau menikah dengan cowo seerti apa?" Jaelvin berjalan sembari melihat sekitaran.

"Yang tampan, baik, pokoknya begitu lah aku malu." Hecha tertawa membayangkan laki-laki idamannya ia jadi malu.

"Ihhh jael juga sama jael juga mau yang tampan, hidung nya yang mancung, rahang yang tegas, badan nya kekar aahhh idaman sekalii!!" Jaelvin tertawa setelahnya hecha pun tertawa mereka jadi malu sendiri membayangkan laki-laki idamannya.

"Eh? hecha apa itu?" Jaelvin melihat ada dua orang yang terdampar di sisi pantai dengan baju yng robek-robek.

"Ayo." Hecha menarik lengan jaelvin untuk mendekat ke arah dua orang itu.

Hecha melihat satu orang yang badan nya penuh luka dan jaelvin pun melihat satu orang lagi yang baju nya sudah robek dan kepalanya terluka.

"Ini masih bernafas" Jaelvin dn hecha berbicara bersama.

"Aku akan memberitahu papa." Hecha berlari pergi meninggalkan jaelvin yang menatap laki-laki itu dengan kasian.



••
"Ugh."

Jaelvin yang menunggu laki-laki hidung mncung itu pun kaget dan menatap laki-laki hidung mancung itu membuka matanya.

"Kamu siapa?" Jaelvin pun duduk di tempat tidur laki-laki itu.

"Jael adalah Navena jaelvin, jael anak kepala suku." Jaelvin melihat javien dengan bingung, javien bangkit dengan kepala yang sangat pusing dan ia tidak ingat apapun.

"Memang aku kenapa?" Jaevien menatap jaelvin dengan penasaran.

"Kamu terdampar di sisi pantai dan kamu sudah tidak sadarkan diri selama hampir satu bulan, luka mu sudah mengering." Jaelvin menatap luka di dahi javien.

Javien berusaha mengingat-ngingat apa yang terjadi tapi ia tidak bisa ia tidak tahu kenapa ia bisa ada disini ia juga tidak mengingat satu pun kejadian kenapa dia bisa tidak sadarkan diri dan terdampar.

"Javien!!" Marles menatap javien dengan raut khawatir.

"Kamu siapa?" Marles menatap bingung javien.

"Javien ini aku marles." Marles mengerutkn alisnya menatap javien yang masih bingung.

"Aku tidak mengenalmu, apakah nama ku javien?" Marles pun mengangguk mengiyakan.

"Ah kepala ku sakit." Javien memegang kepalanya dan meremas rambutnya dengan kuat.

"Dia mengalami hilang ingatan permanen karna mungkin akibat kecelakaan pesawat kalian." Ucap sang pemeriksa javien kepada marles dan jaelvin yang masih menunggu nya.

"Argh sial."




see you the next chapter

LOVE THE PILOT•NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang