deux(dua)

2.8K 165 8
                                    

-votmen syang


••
Javien menatap laut lepas yang tenang dengan pikiran yang kosong, ia aneh kenapa ia tidak ingat apa-apa kenapa ia bisa disini.

Marles terduduk di ranjang dengan menghembuskan nafas beberapa kali, ia tidak bisa melakukan apapun dengan javien yang hilang ingatan secara permanen, luka-luka yang mereka dapatkan sudah sembuh sedikit-sedikit.

"Ini minumlah obat ramuan ini, agar luka mu semakin membaik." Marles menatap hecha yang masuk dengan gelas yang terbentuk dari bambu, mata marles tidak teralihkan sedikit pun dari hecha, hecha terlihat cantik dengan rambut yng ia selipkan di telnganya.

"Tunggu." Marles menahan lengan hecha yang hendak pergi setelah menaruh obat ramun itu di samping marles.

"Apakah kamu butuh sesuatu?" Hecha menatap marles dengan bingung.

"Bisakah kamu temani aku?" Marles menepuk ranjang kosong di sebelahnya, hecha pun tersenyum dan duduk di sana, mereka pun berbincang-bincang dengan marles yang terpesona dengan senyuman hecha yang sangat manis.


°°
"Ervian lepaskan jael!" Jaelvin pun menghempaskan lengan nya yang di genggam ervian.

"Kamu harus mau terima perjodohan kita." Jaelvin menatap julit ervian, ia sangat sebal jaelvin sangat menolak keras dengan perjodohannya dengan ervian, ervian itu jelek jaelvin ga suka.

Javien mengerutkan alisnya mendengar percakapan jaelvin dan ervian, ia pun menengok menatap jaelvin yang cemberut dengan ervian yang terus berbicara.

"Sudah ah sana pergi." Jaelvin mendorong ervian, ervian dengan tidak senang hati pergi, jika ia berbuat kasar ia akan di habisi oleh ketua suku.

Jael yang tadi nya cemberut dan menatap ervian sebal langsung menatap javien dengan tersenyum manis dan berjalan menghampiri javien yng menatapny dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kamu sedang apa?" Jaelvin pun duduk di sebelah javien.

"Kamu masih mengingat-ingat ingatan mu itu?" Jaelvin menatap javien dengan mata bulatnya dan bulu mata yang lentik javien terpana dengan wajah sempurna jaelvin.

"Ya." Javien menatap jaelvin sembari tersenyum tipis.

"Jael akan membantu kamu dan menemani kamu sampai ingatan kamu kembali." Jaelvin tersenyum manis, jaelvin itu benar-benar sempurna dengan kulit seputih susu pipi merona alami, bibir se pink cherry dengan hiasan bulu mata yng lentik dan pupil mata yang berwarna biru.

"Benarkah?" Jaelvin tersenyum dan mengangguk semangat.

"Bisakah temani aku jalan-jalan di pulau ini?" Jaelvin pun kaget lalu setelah ya ia pun tersenyum manis.

"AYO!" Ingat jaelvin suka jalan-jalan ia sangat menikmati keindahan di pulau ini.


°°
"Berapa usia mu?" Javien menatap jaelvin yang tersenyum sembari berjalan bersamanya.

"Usia jael itu... 29 tahun." Javien kaget ternyata jaelvin sudah hampir mau kepala tiga tapi masih cantik seperti umur 18 tahun.

"Kamu masih terlihat muda dan cantik." Jaelvin tertawa, sampai javien terpesona dengan keindahan jaelvin.

"Banyak yang mengatakan seperti itu." Jaelvin sudah tidak asing dengan ucapan orang-orang yang mengatakn ia seperti masih remaja.

"Kau bahkan tidak ingat usia mu ya?" Jaelvin menatap javien dengan penasaran.

"Tidak, bahkan aku tidak mengingat apapun, tidak ingat nama, asal ku dari mana dan kenapa aku ada disini saja aku tidak tau." Jaelvin menatap kakinya yang berjalan bersama javien dengan sendu sebenarnya jaelvin kasian dengan javien.

"Sabar ya, mungkin teman mu juga bisa membantu mu mengembalikan ingatan mu sedikit-sedikit." Jaelvin mengelus bisep javien dengan halus, javien pun memegang tangan halus jaelvin dan mengelusnya dengan jempol tangannya.

"Terimakasih." Javien tersenyum manis sampai matanya pun ikut tersenyum.

"Ayo pulang, matahari hampir tenggelam." Javien menggandeng tangan jaelvin.

"Hidung mu bagus." Jaelvin menatap hidung javien dengan serius, di seluruh wajah javien jaelvin sangat suka hidung nya karna itu sangat bagus.

"Benarkah, jika hidung nya bagus biasanya hidung bawah pun bagus." Javien menaik turun kan alisnya menggoda jaelvin, seluruh wajah jaelvin sampai telinga memerah.

"Ah jael tidak tau, tidak mengerti." Jaelvin melipat tangannya di dada dan menatap ke lain arah, padahal dia sangat malu dengan apa yang di ucapkan javien.

"Benarkah???" Javien mencondongkan dirinya dan menatap wajah jaelvin yang semakin memerah.

"Ahh sudah jael tidak tau!!" Jaelvin langsung berjalan dengan cepat, javien hanya tertawa sembari melihat jaelvin yang berjalan duluan dengan kencang.











see you the next chapter

LOVE THE PILOT•NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang