huit(delapan)

1.8K 123 1
                                    

-votmen syang



••
Ervian kembali membuat onar ia terus berteriak di hadapan rumah jaelvin, javien yang baru bangun tidur mengerutkan alisnya menatap jaelvin yang di peluk oleh hecha sembari memegang pipinya yang basah karna air mata, marles adu mulut dengan ervian.

"Jaelvin." Javien menghampiri jaelvin, pipi jaelvin memerah bekas tamparan sampai bibirnya lecet, javien mengerutkan alisnya dan menatap marah pipi jaelvin.

"Jangan, kumohon." Jaelvin menahan pergelangan tangan javien yang hendak menghampiro ervian yang menatap nya meremehkan.

"Dia sudah keterlaluan!" Javien menghempaskan pergelangan tangnnya yang di tahan jaelvin.

"Bajingan, kau menyentuhnya!" Javien memukul wajah ervian dengan kencang sampai ervian terjengkang, ervian menatap javien dengan marah, ia bangkit dan memukul javien juga di wajahnya dengan kencang, tapi javien tidak terusik sama sekali.

"Akh, sudah jangan kumohon." Jaelvin menatap javien yang di pukul ervian, jaelvin tidak ingin javien di hukum oleh papahnya.

"Javien, tenanglah." Marles menahan pundak javien yang akan menghajar lagi ervian, urat di kening dan leher nya menonjol menandakan ia sangat marah, matanya menatap tajam ervian urat-urat di otot tubuhnya menonjol juga karna ia mengepalkan tangannya dengan erat.

"Bajingan ini menyentuh milik ku marles!" Javien menatap marles dengan amarah, marles menggeleng kan kepalanya terus menenangkan javien yang semakin marah.

"Kau hanya orang asing dan dia sudah melacur padamu? rendahan." Ervian berbicara di hadapan wajah javien yang memerah marah.

Javien mencekik leher ervian sampai ervian memelotot nafas nya hampir habis wajahnya memerah.

"Ada apa ini?" Jaelvin memelotot kaget menatap papahnya yang datang dengan matanya yang tajam, papahnya tidak pernah keluar rumah jika bukan kepentingan khusus.

Ervian tersenyum miring menatap javien yang masih mencekik lehernya dengan wajah amarah.

"Hey! orang asing." Javien menengok dan menatap tajam ketua suku yang sudah mendekat ke arahnya, tinggi javien dan ketua suku sama.

"Papah, jael mohon jangan hukum javien papah." Jaelvin melepaskan diri dari hecha dan berlari ke tengah-tengah papahnya dan javien.

"Lepaskan." Javien pun melepaskan cekikannya dari ervian bekas tangan javiem di leher ervian sangat terlihat jelas, ervian langsung meraup oksigen banyak-banyak.

Ketua suku menatap jaelvin yang matanya memerah dan pipinya terlihat bekas telapak tangan tamparan.

Ketua suku menatap tajam javien dan javien pun menatap tajam dan datar ketua suku dengan amarah yang masih ia rasakan, semua suku merasakan aura yang tidak biasa dari tatapan javien dan ketua suku.

"Papah jael mohon jangan." Jaelvin menangis ia takut papahnya marah besar pada javien.

"Bertandinglah denganku." Ketua suku mengangkat tongkatnya dan menaikan dagu javien, javien menatap ketua suku dengan gersenyum miring dengan mata nya yang terus menatap ketua suku tajam.

Ervian tersenyum, ia tau tidak akan ada yang bisa menandingi kekuatan ketua suku di suku ini, makannya dia bertahan dari tahun ke tahun menjadi ketua suku.

"Ya." Jaelvin menatap javien dengan kaget ia shock kenapa javien menerimanya.

"Tidak javien, jangan kumohon jael tidak mau kau kenapa-kenapa!" Jaelvin mengguncang lengan javien, tapi javien hanya menatap ketua suku.

"Persiapkan dirimu, ku beri waktu satu bulan penuh." Ketua suku berbalik dan berjalan lagi ke arah rumahnya, dan setelah ketua suku menghilang dari sana, semua orang berbincang soal yang tadi terjadi.

"Ayo aku obati luka mu." Javien menarik jaelvin ke dalam rumah, marles hanya menghela nafas dan menghampiri hecha, ia akan membantu javien saat berlatih nanti marles tidak bis berbuat banyak ia tau sifat javien seperti apa, lihat saja nanti.




°°
"Jael mohon, batalkan javien." Javien mengompres bekas tamparan jaelvin, javien pun menekan nya dengan sengaja.

"Aw! sakit!" Jaelvin memukul dada bidang telanjang javien.

"Makannya jangan banyak bicara, diam." Javien menutup mulut jaelvin dengan tangannya.

"Hepaskan!" Jaelvin menarik lengan javien dan memukul lengan itu terus menerus, tapi javien tidak merasakan sakit sedikitpun ia menatap datar tangannya yang di pukul.

Jaelvin menatap marah javien tapi menurut javien tidak terlihat sangar dan membuatnya bergetar sama sekali, malah seperti kucing yang marah bukan seperti harimau marah.

"Sudah?" Jaelvin bingung maksud ucapan javien.

"Apa yang sudah ha?!" Jaelvin mengeritkan alisnya menatap marah pada javien, ia kesal javien tidak mau mendengarkannya semaunya saja.

Javien pun menarik jaelvin dan membaringkannya di ranjang lalu memeluk erat jaelvin yang meronta-ronta agar di lepaskan.

"Diam, atau kau mau ku perkosa he?!" Jaelvin langsung menenggelamkan wajahnya di dada javien dan menangis terisak karna di bentak, javien hanya menghela nafas dan mengelus belakag kepala jaelvin dengan halus.










see you the next chapter

LOVE THE PILOT•NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang