4. Kewajiban Suami

607 17 0
                                    

Sebelum lanjut baca, ayo klik vote bintang dulu. Saling menghargai ok🙏







**




Reyhan pikir, seiring berjalannya waktu kehidupan rumah tangganya yang dadakan ini bisa menjadi baik-baik saja kedepannya.

Tapi sayang, itu hanya impian yang entah kapan menjadi kenyataan karena pada kenyataannya, mereka tetap dua orang manusia yang berbeda karakter dan terpaksa disatukan untuk hidup bersama.

Jika rumusnya mereka saling mencintai, wajar jika mereka berbeda tapi selalu belajar untuk saling menerima kekurangan masing-masing. Tapi ini, mereka sudah sama-sama orang asing, ditambah karakter mereka yang sebelas dua belas seperti kutub Utara dan Selatan.

Sudah seminggu perkembangan hubungan mereka cuman satu, yaitu keributan yang tiasa henti dan semakin menuju ke level tertinggi. Tidak ada satupun pembicaraan yang tidak berujung debat pada akhirnya. Kadang Reyhan heran, sepertinya gadis itu seperti memiliki aura yang memang harus menjadi teman debatnya.

"Sepatu gue, lo taro dimana yang di depan di sini kemarin?"

Reyhan sudah mondar-mandir mengacak-acak di dalam kosannya. Sementara Ayana yang ditanya, hanya menatap malas dan lama-lama berubah menjadi kesal saat melihat Reyhan membuat berantakan seisi kos.

"Aku kasih anjing Bang Rojak, pemilik warung depan."

Reyhan menghentikan aksi mengacak dusnya, balik menatap Ayana tidak percaya. "Serius?"

Ayana mendengus. "Udah berapa kali aku bilang, sepatu kotor simpan di depan pintu luar, kan udah ada rak sepatu. Udah tahu kosan sempit, terus ditambah sepatu butut jadi tambah sesek, lah!"

"Iya-iya, gue tahu ini kosan sempit. Gak usah diperjelas juga, dong." Reyhan tertawa mengejek. "Sayangnya, lo udah menjadi istri pemilik kosan sempit ini."

"Emang sial nasibku. Mungkin karena ada dosa di masa lalu."

"Terserah lah, yang penting itu nasibmu bukan nasibku. Sekarang cepetan, dimana sepatu gue? Ini gue udah telat kerja. Mau, gaji gue dipotong karena telat dan kita makin kekurangan duit?"

Ayana menghela napas berat. "Di depan Reyhan, di rak cari aja."

Reyhan berdiri, bersiap membuka pintu luar tapi kemudian berbalik lagi untuk menyerahkan sesuatu ke Ayana.

"Nih ... cuman 20 rebu. Duit gue abis, tinggal ceban buat beli bensin. Lo hemat-hemat deh, buat makan pagi dan siang. Beli uduk warteg di ujung jalan yang murah aja. Nanti malam, gue yang bawa makan. Gue kerja dua shift gantiin temen sakit"

Ayana menerima uang itu dengan pasrah. "Ok, udah biasa juga."

Reyhan terkekeh melihat wajah pasrah Ayana, dia kemudian mendapatkan ide untuk memberikan tangannya untuk disalimi. "Ayo, salim dulu karena suami mau berangkat kerja!"

Ayana melihat tangan Reyhan, kemudian melihat wajah lekali itu dengan malas. "Geli gak, sih?"

Spontan Reyhan langsung ngakak. "Gak papa, sekali-kali biar berkah gue kerja karena disalimi oleh istri. Buru, inget kata paman dan bibi, apa?"

Dengan terpaksa, Ayana mengambil tangan Reyhan untuk dia salimi. Gadis itu tersenyum paksa. "Kerja yang bener yah, Suamiku. Doa Istrimu ini menyertaimu untuk bisa mendapatkan uang banyak."

Sekarang menjadi gantian, terlihat Reyhan yang memasang wajah geli setelah tangan mereka terlepas. "Bikin muntah."

"Apa suamiku?" Ayana balik ngakak melihat wajah Reyhan.

Reyhan hanya bergidik, kemudian buru-buru keluar meninggalkan Ayana yang seolah puas telah meledeknya.

Sebelum menaiki motor legend kesayangannya, Reyhan sempatkan melihat jemuran di depan rumahnya. Seketika, dia langsung tersenyum.

MENIKAH JALUR EXPRESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang