Hello,
Jangan lupa vote dulu sebelum baca, komen jangan lupa🤗**
Perjalanan pulang terasa lebih mencekam dibanding saat mereka pergi kemarin. Untuk pertemakalinya, Reyhan tidak berani mengajak Ayana berbicara, wanita itu terlihat sangat muram. Sepanjang di bus, dia hanya terus menggenggam tangan wanita itu, berusaha memberitahu jika Ayana tidak sendiri, bahwa ada di sini selalu bersamanya.
"Rey," panggil Ayana dengan suara lemah, bahkan pandangannya masih terlihat kosong ke arah jendela bus.
"Iya, kenapa Ay?"
"Hidupku drama banget, yah? Udah ditinggal mati duluan, eh ternyata aku bukan anak kandung mereka." Terdengar tawa Ayana yang miris. "Kedepannya, apa lagi yah kejutannya?"
Benar, jika menjadi Ayana, Reyhan mungkin akan sefrustrasi itu, menertawakan kehidupannya yang penuh drama ini. Dia saja, tadi sangat syok saat ikut duduk di ruang tamu untuk mendengarkan kenyataan bahwa Ayana bukan anak kandung orangtuanya yang sudah meninggal.
Dia mungkin tidak akan setenang Ayana saat mendengar informasi itu. Wanita itu dengan tenangnya tidak menunjukkan ekspresi apapun dan malah meminta izin untuk pulang saat itu juga. Tapi apakah memang setenang itu? Apa itu terasa sangat memuakkan, sampai dia tidak bisa berekspresi apapun lagi?
Tapi sekarang, kemuramannya menunjukan bahwa dia sangat hancur walaupun sedikitpun belum menangis.
"Ay, kamu pasti tahu kan istilah darah lebih kental dari air, tapi tak selamanya keluarga harus berhubungan darah. Kamu tahu kan keluarga Anang Ashanty, anaknya Anang sedekat itu dengan ibu tirinya lebih dari kedekatan mereka dengan ibu kandungnya, padahal mereka tidak ada hubungan darah."
Reyhan tidak tahu perumpamaan itu berhasil atau tidak, tapi melihat wajah Ayana yang melihat ke arahnya seolah mengatakan 'serius, kamu pakai perempuan keluarga itu?'
Reyhan tertawa canggung. "Ya udah, aku kasih contoh kebalikannya. Waktu itu kamu kasih aku lihat berita tentang ibu yang bunuh anaknya, ayah yang perk*sa anaknya padahal itu anak kandung. Tidak selamanya hubungan sedarah itu benar-benar keluarga dan sebaliknya tidak selamanya hubungan tidak sedarah itu juga bukan keluarga."
Ayana kembali menatapnya dengan pandangan seolah kembali berkata 'perumpamaan kamu terlalu jauh'.
Reyhan sekarang bingung, rasanya, setiap dia berbicara dia salah terus. "Ok, gini aja, dulu orangtua kamu siksa kamu?"
Ayana terdiam, kemudian menggeleng.
"Mereka jahat?" tanya Reyhan lagi, kembali Ayana menggeleng.
"Mereka sayangin kamu, enggak?"
Kali ini, Ayana mengangguk dengan senyum tipis sesaat.
"Kamu bahagia sama mereka?"
Pertanyaan Reyhan kali ini membuat Ayana kembali terdiam, kemudian matanya terlihatlah berkaca-kaca. Kemudian dengan pelan, Ayana mengangguk dibarengi isakan kecilnya.
Reyhan lalu merengkuh Ayana ke dalam pelukannya, membiarkan wanita itu menangis sepuasnya. Sekarang, akhirnya tangis Ayana pecah, dia bisa meluapkan emosinya. Reyhan lebih suka melihat Ayana menangis seperti ini, daripada tadi terlihat kosong tapi terlihat hancur secara bersamaan.
"Ak--ku gak tahu Rey, perasaan aku sekarang gimana. Aku ... ini terlalu mendadak, aku gak bisa cerna ini semua." Ayana mendongak dalam pelukan untuk melihat Reyhan. "Sekarang, kenyataan apapun udah gak berguna karena mereka udah gak ada. Aku bahkan gak mau tahu orangtua kandungku siapa, itu udah gak penting lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAH JALUR EXPRESS
RomansaWarning 21+ Reyhan Ilham, cowok 19 tahun yang sekarang sedang sibuk bekerja menjadi pramuniaga minimarket, suka nongkrong di bengkel teman karena hobi mekanik, sayangnya gak lanjut kuliah karena tidak ada uang. Suatu hari pergi liburan ke Bandung k...